Easy to forgive, ain't easy to forget

309 41 15
                                    

Namjoon menghela nafasnya dalam.

Pria berkacamata itu memegang pergelangan tangan Yoongi. Beberapa luka sayatan tampak jelas di pergelangan tangan lelaki pucat itu. Kemarin Namjoon menemukan dua bekas sayatan, hari ini bertambah menjadi tiga.

"Hyung. Kau tidak perlu melakukan ini."

Wajah Namjoon tampak begitu khawatir. Tapi Yoongi seakan tidak peduli. Lelaki itu tidak bereaksi apapun. Ia tertunduk lesu.

"Luka ini tidak seberapa dibanding luka hati Cecilia," ucap Yoongi.

"Iya tapi Hyung. Bukan dengan seperti ini."

Yoongi menggelengkan kepalanya, tatapan matanya kosong melihat foto Cecilia.

"Dia tidak akan pernah kembali. Namjoon."

Namjoon mendekatkan diri pada Yoongi.

"Dia hanya butuh waktu berpikir, Hyung."

"Beri dia waktu. Banyak orang yang mencintaimu."

Namjoon berusaha untuk menyemangati Yoongi. Namun sepertinya lelaki pucat itu sudah terlalu dalam meratapi kehilangannya.

"Aku tahu. Tapi aku membutuhkannya. Cecilia dan Hyunki. Mereka adalah duniaku."

"Hyung. Aku yakin kalau kalian berjodoh dia pasti kembali padamu. Hyung, penggemar mengkhawatirkanmu."

Yoongi tersenyum tipis, "Terimakasih Namjoon."

Yoongi melihat pergelangan tangannya. Entahlah, sejak kepergian Cecilia untuk kedua kali ia jadi suka menyakiti dirinya. Semakin hari, rasanya menjadi candu. Setiap dia merindukan Cecilia dan mengingat wajah kekasihnya dia akan melakukannya.

Hari ini tepat dua bulan kelahiran Hyunki. Yoongi merindukan mereka.

"Haruskah aku melakukannya lagi? Apakah ini untuk terakhir kali?" gumamnya.




***



Musim panas mulai tiba, matahari sedang bagus dan terasa hangat. Cecilia mengajak Hyunki untuk berjalan - jalan dan berjemur di sekitar taman kota. Jungkook membelikan Hyunki kereta dorong terbaru.

"Ahhh Daddy ingin lebih lama bersama Hyunki, tapi Daddy harus pergi bersama Papi Jimin dan Paman Taehyung."

Jungkook mengeluh lantaran tidak bisa berlama - lama mendorong stroller Hyunki. Hari ini adalah jadwal dia dan kedua hyungnya mendaftarkan diri untuk wajib militer.

Cecilia tertawa kecil. Jungkook memang sangat menyayangi Hyunki seperti anaknya sendiri. Bahkan Jungkook selalu menyempatkan diri untuk menginap dan tidur bersama Hyunki. Cecilia tahu baik Jimin dan Jungkook sudah dewasa. Jiwa ke Bapak-an mereka sudah mulai muncul secara alami.

Terkadang Cecilia merasa kasihan kepada mereka. Saat mereka tumbuh sebagai pria normal pada umumnya, mereka harus menahan diri karena memikirkan pandangan agensi dan penggemar. Cecilia menyayangi Jimin dan Jungkook layaknya adik. Begitu pula Jimin dan Jungkook menyayangi Cecilia seperti kakak perempuan mereka sendiri.

"Jungkook pergilah. Nanti kau terlambat."

Jungkook tampak malas beranjak dari sana. Ia mencium pipi Hyunki. Setelah puas mengendus bau bayi di leher Hyunki, Jungkook segera berdiri memakai masker hitamnya dan memasangkan hoodie. Ia menoleh ke arah Cecilia.

"Haaa aku malas. Bolehkah aku tidak mendaftar [wajib militer]?" Jungkook memeluk noonanya.

Cecilia tertawa lepas, "Kau ini. Itu kewajibanmu sebagai warga negara yang baik."

"Yaa … tapi aku jadi tidak bisa bertemu Hyunki Noona."

"Dengar. Suatu saat kau juga akan punya anak sendiri. Tugasmu temukan calon istri dan menikahlah."

Unwanted EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang