“Yoongi. Aku pikir kau harus membiarkan ku pergi, lagipula kita tidak memiliki hubungan satu sama lain. Kau tidak perlu merasa bertanggung jawab atas aku dan bayi ini.”
Sebenarnya kata-kata Cecilia ada benarnya. Pria itu tidak sedang sakit hati, kenapa harus? Toh memang hubungan keduanya juga tidak direncanakan dan haruskah ada kalimat hubungan? Ya, Yoongi juga bingung dengan hubungan mereka saat ini.
Apa yang dikatakan perempuan itu benar, mereka tidak sedang menjalin hubungan apapun. Bahkan kehadiran bayi itu juga bukan merupakan kesengajaan. Tapi entah mengapa Yoongi begitu berat melepaskan keduanya, baik bayi itu maupun Cecilia.
“Tidak. Kau tidak akan pergi kemanapun!” sanggah Yoongi.
Bahkan pria itu pun tak tahu mengapa dirinya berkata demikian.
“Tapi mau apa aku disini Yoongi? Katakan padaku? Apa seumur hidup aku harus tinggal bersamamu?”
Yoongi terdiam, tidak mampu menjawab pertanyaan perempuan itu.
Mengapa begitu berat melepaskan Cecilia?
Apa arti Cecilia baginya?
Pertanyaan - pertanyaan itu berputar bagai carousel di otaknya.
Tak mendapat jawaban, Cecilia pergi menuju kamarnya. Sejujurnya dia berat hati melakukan ini, tapi harus. Kedua tangannya segera meraih beberapa buah baju dari dalam lemari lalu memasukkannya asal ke dalam koper. Tidak banyak, hanya baju hamil dan beberapa surat penting miliknya.
Pria itu berjalan cepat, menyeruak masuk ke dalam kamar wanita itu. Mendapatinya mengemas barang, rasanya hati pria itu terbakar emosi seketika.
“Mau pergi kemana kau?”
Cecilia menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap Yoongi. Perempuan itu bukanlah seorang bodoh yang tidak mengerti gestur posesif Yoongi. Hanya saja sikap irasional itu harus segera dinetralkan sebelum semua terlambat.
“Kumohon Yoongi. Berpikirlah matang, jangan halangi aku. Untuk apa aku tinggal disini? kehadiran kami hanya akan membuatmu susah. Lihat keadaan kita Yoongi. Suatu saat kau dan aku akan punya masa depan masing-masing.”
Mendengar pernyataan Cecilia hati Yoongi terasa sangat perih. Pria itu marah, bukan karena Cecilia hendak pergi. Tapi dia marah kenapa baru menyadari arti perempuan itu di saat seperti ini.
"Aku tidak mengizinkanmu pergi Cecilia."
"Aku tidak perlu izin darimu Yoongi. Kita bukan siapa - siapa."
"Kau mengandung anakku. Itu berarti kau adalah milikku!" Tegas Yoongi.
Ia tidak bisa membayangkan hidupnya tanpa perempuan itu. Cecilia mendekati Yoongi, kedua tangannya meraih wajah Yoongi yang tertunduk.
“Min Yoongi. Kau adalah pria paling baik, perhatian dan paling manis yang pernah kutemui. Kau adalah pria sempurna bagi banyak perempuan....”
“Tapi?” tanya Yoongi.
“Tapi aku tidak pantas mendapat semua perhatian itu Yoongi. Aku takut. Kau tahu … aku bukan siapa - siapa. Aku tidak punya apapun. Kau seorang idola. Harta dan ketenaran ada padamu. Aku merasa aku tidak pantas berada di sisimu.”
“Suatu saat, kau dan aku akan dipertemukan dengan seseorang … dan kita akan bahagia di jalan kita masing-masing.”
Mendengar ucapan Cecilia, Yoongi menyeringai memaksakan senyum. Seorang Min yang diagungkan para fansnya sejagat raya, berlutut mendaratkan kedua tangan di perut perempuan itu.
"Bayi ini milikku. Aku tidak akan membiarkan lelaki manapun merawatnya selain diriku sendiri … kau mengandung anakku. Itu artinya kau juga milikku."
Meskipun berlutut tapi dia tidak akan menyerah pada Cecilia. Palu sudah diketuk, Cecilia adalah milik Min Yoongi seorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Encounter
FanfictionYoongi idola kelas dunia yang sedang digandrungi para wanita tidak tahu kalau kesalahannya di masa lalu bisa mempengaruhi hidup dan mati seseorang, bahkan menghancurkan karirnya. Meski terdengar buruk, nyatanya kesalahan Yoongi adalah anugerah bagi...