"Hyung. Akhir - akhir ini beat dalam lagumu terasa berbeda. Rasanya aku seperti merasa senang hanya dengan mendengar ritmenya. Apa kau sedang merasa senang?" tanya Jimin.
Sebagai salah seorang teman yang telah lebih dari sepuluh tahun bersama, tentu saja Jimin mengetahui ciri khas musik Yoongi. Sejak kedatangan Cecilia dalam hidupnya ritme dan lirik musik pria dingin itu berubah. Jika biasanya merupakan analogi distopia kehidupan kini berubah menjadi bait-bait lirik yang lebih ceria.
"Benar. Akhir - akhir ini kau juga selalu pulang dibawah jam 10 malam. Tidak biasanya Hyung," ucap lelaki tinggi dengan senyuman kotak yang berdiri di sampingnya.
Yoongi tidak menjawab, hanya tersenyum simpul. Jimin, Taehyung dan Jungkook memang tidak mengetahui perkara Cecilia, karena sebelumnya Yoongi dan Namjoon sepakat bahwa Hyung line dan Sejin saja yang boleh mengetahui permasalahannya. Bahkan tidak ada yang tahu kalau Yoongi dan Cecilia tinggal satu atap.
Sejak melihat bayinya di ultrasonography, Yoongi semakin semangat untuk menemui Cecilia dan bayinya. Seperti ada magnet yang terus menariknya pada keberadaan perempuan berbadan dua itu. Meskipun bayi mereka belum lahir, dia tidak ingin melewatkan perkembangan janin itu. Ada sejuta rasa bahagia juga penasaran yang teramat jika menyangkut makhluk yang tengah bersemayam di rahim Cecilia. Makhluk yang memiliki darah dan daging yang sama dengan dirinya.
Dilain pihak, sikap dan perhatian Yoongi membuat Cecilia merasa senang. Setidaknya perempuan itu tidak merasa sendirian dalam kehamilannya. Hubungan mereka semakin dekat satu-sama lain.
"Aku rasa mixtape ku untuk hari ini sudah selesai."
"Kita tidak ada jadwal lain kan Manajer Nim?" tanya Yoongi kepada manajer pribadinya.
"Tidak ada Suga Nim."
Mendengar jawaban sang manajer, Yoongi merasa senang. Itu berarti dia bisa pulang cepat malam ini.
"Pasti dia sedang memasak dan menungguku," gumamnya sambil membayangkan perempuan itu.
“Hyung. Kau mau pulang lagi?” Jungkook menggelayutinya.
“Sekarang Hyung selalu pulang duluan, kau tidak mau bermain bersama kami?” pria tinggi itu sedikit merajuk.
Yoongi menepuk pundak lelaki jangkung bergigi kelinci itu.
“Aku ada urusan keluarga Jungkook. Lain kali aku pasti akan ikut kalian.”
Setelah mengemasi barang, Yoongi langsung berpamitan. Dia segera menuju mobilnya dan bergegas pulang. Remang lamoh malam tak menyurutkan niatnya untuk menuju tempat yang dia sebut "rumah". Pria bermarga Min itu menepikan kendaraannya ke sebuah tempat. Dia mampir ke sebuah toko bunga yang juga bersejajaran dengan sebuah toko kue yang cukup terkenal saat ini. Pria itu membeli buket mawar merah dan sekotak kue. Raut wajahnya terlihat ceria. Entah sejak kapan dia menjadi candu dengan momen 'pulang', padahal bukan tipenya jika harus berada di rumah lama-lama. Setelah membeli semua yang dibutuhkan, Yoongi segera masuk kedalam mobil dan pulang.
Roda mobil yang dikendarainya telah sampai di depan sebuah pemukiman elit. Sebuah bangunan rumah mewah bergaya modern dengan beberapa orang lelaki berjas tengah berjaga menyambutnya. Pria berkulit pucat itu menapakan kakinya, penuh rasa bahagia bibirnya tak henti tersenyum. Dia langsung masuk ke dalam rumah. Tak lupa menyapa beberapa penjaga yang berjaga di depan mansionnya.
Sejak rumah ini kedatangan Cecilia, suasana menjadi hangat. Perempuan yang dibawa pulang Yoongi kali ini begitu berbeda dengan yang sudah-sudah. Perempuan itu sering membuatkan kudapan kecil bagi para bodyguard. Untuk mengusir rasa bosannya karena harus berdiam terus di dalam rumah, Cecilia sering membuat kue dan membagikannya pada seluruh pekerja Yoongi di rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Encounter
FanfictionYoongi idola kelas dunia yang sedang digandrungi para wanita tidak tahu kalau kesalahannya di masa lalu bisa mempengaruhi hidup dan mati seseorang, bahkan menghancurkan karirnya. Meski terdengar buruk, nyatanya kesalahan Yoongi adalah anugerah bagi...