Udara malam di Seoul semakin dingin. Hembusan angin seperti menyayat kulit siapapun yang terkena sentuhannya. Hoseok bisa melihat lambaian daun - daun dari jendela kaca rumah Yoongi. Lelaki itu kemudian menutup jendela lalu kembali duduk bersama semua sahabatnya. Mereka sepakat untuk menyusun rencana, diputuskan bahwa Yoongi akan menghadap PD Nim dan berterus terang tentang keadaannya.
Setelah perbincangan serius selesai dan mereka memutuskan untuk pulang ke kediaman masing-masing, Yoongi akhirnya kembali ke kamar untuk menemui Cecilia yang tadi tertidur di sana.
Yoongi mendadak panik saat memasuki kamar, tidak ada siapapun disana. Degup jantungnya terasa kencang. Nafasnya memburu, dia berlari ke arah kamar Cecilia di lantai dua, barangkali saja perempuan itu pindah ke sana. Perasaan benar-benar tidak enak. Tapi yang didapatinya hanya secarik kertas.
Yoongi membacanya sekejap lalu melempar secarik kertas itu ke atas ranjang milik Cecilia. Dia buru-buru menyambar kunci mobil dan langsung bergegas pergi. Netranya begitu fokus pada jalanan ibu kota, bagaimana mungkin Cecilia bisa menyelinap dari rumah dengan penjagaan ketat? Kecuali ada yang membantunya, ah biar saja– itu urusan nanti pikirnya.
Yoongi terus melajukan mobil tanpa tujuan. Berkali-kali dia melihat ke sisi kanan jalan, siapa tahu ada Cecilia di sana. Tidak sulit menemukan wanita itu, apalagi dengan tubuh hamilnya. Tiba-tiba saja Yoongi ingat sesuatu. Pria bermarga Min itu langsung memutar kendaraannya. Beruntung jalanan sudah mulai lenggang.
Sesampainya disana, Yoongi segera menaiki tangga darurat, menunggu lift terlalu lama baginya. Rasanya anak - anak tangga itu begitu banyak. Padahal unit Cecilia hanya berada di lantai tiga.
"Kumohon, jangan pergi dulu," gumamnya.
Yoongi segera mencapai unit apartemen Cecilia, ia masih ingat nomor kunci rumah itu. Satu-satu jarinya memencet tombol abu - abu. Setelah bunyi kunci terdengar, pintu itu terbuka.
Ruangan itu tampak sepi.
‘Cecil, dimana kamu?’
Nafas Yoongi terengah, peluh terlihat di dahinya. Derap langkah lelaki itu memenuhi ruangan. Dengan tergesa dia berlari kesana kemari, dapur, kamar mandi, tak ada yang ia lewatkan.
Yoongi berjalan menuju kamar Cecilia. Pria berkulit pucat itu menghela nafas dalam, kedua bahunya menurun tenang saat melihat koper abu-abu teronggok di atas tempat tidur itu
“Yo … Yoongi?” isak Cecilia saat melihat sosok Yoongi tengah berdiri di kamarnya. Perempuan itu tengah berdiri di depan pintu kamar mandi.
Mendengar suara itu Yoongi berbalik dan mendesah, ia benar-benar lega melihat Cecilia berdiri di sana. Lelaki itu segera memeluknya erat, helaan nafasnya terasa tak beraturan akibat berlari menaiki tangga. Panas nafas Yoongi terasa jelas di kulit pipinya.
“Apa kau mau meninggalkanku?” tanya Yoongi.
Cecilia tak mampu berkata apapun, ia hanya tertunduk menenggelamkan wajahnya di dada pria itu.
“Apa yang kau pikirkan Cecil? Kau ini sedang hamil. Dan diluar sana berbahaya bagi kalian …."
Yoongi mengguncang pundak Cecilia.
“A … aku takut Yoongi. Aku takut, aku tidak mau menjadi bebanmu. Apa kata orang tentang bayi ini? Aku takut kau membenciku karena hal ini, lalu meninggalkanku. Aku tidak sanggup kalau kau tinggalkan. Aku – hanya bayi ini yang aku punya …."
Perlahan air mata mulai menutupi pandangannya. Cecilia memeluk erat tubuh lelaki itu, menangis sejadinya. Perempuan itu takut jika dirinya terlaru larut dalam perasaannya pada pria dingin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unwanted Encounter
FanficYoongi idola kelas dunia yang sedang digandrungi para wanita tidak tahu kalau kesalahannya di masa lalu bisa mempengaruhi hidup dan mati seseorang, bahkan menghancurkan karirnya. Meski terdengar buruk, nyatanya kesalahan Yoongi adalah anugerah bagi...