Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta
Jangan lupa makan hari ini
Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian
'Selamat Membaca'
Rey berada di rumah orang tuanya setelah Seka mengantarkannya untuk dititipkan pada ibu mertuanya karena Pria itu mendapat panggilan dari kantor pusat sehingga mengharuskan Seka untuk pergi sebentar dan harus menitipkan Rey pada ibu mertuanya. Seka tidak tega jika harus meninggalkan Rey sendirian di rumah walau Rey sudah bilang dia akan baik-baik saja di rumah sendirian.
Rey tidak merasakan sepi karena kedua adik sepupunya menemaninya di rumah orang tua Rey. Caca bilang Mas Seka menyuruh mereka menemani Rey agar tidak merasa bosan, karena Seka tahu ibu mertuanya pasti memiliki kesibukan sendiri dibandingkan dengan dua adik iparnya yang kesibukannya hanya goleran di kasur.
"Mbak Rey, ayo kita pergi ke danau waktu itu. Danau yang tidak jauh dari rumah," ucap Jiji sambil memakan es potong dan duduk di bawah kasur sambil bersandar pada pembatas ranjang. Jiji membeli es ini waktu dia tidak sengaja melihat ada pedagang yang lewat di depan rumah tadi.
"Danau yang mana?" tanya Caca yang tiduran di kasur Rey.
"Danau yang ada di dekat sini, mbak Caca sepertinya tidak tahu, mbak Rey saja tahunya waktu itu."
"Memangnya ada danau di dekat sini mbak?" Caca menatap Rey yang sedang tidur di sebelahnya.
"Ada."
"Kalau begitu ayo kita ke sana, Caca juga ingin tahu bagaimana bentuk danau itu." Caca bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk, gadis itu merasa antusias karena dia baru tahu ada danau di dekat sini.
"Mbak Rey lagi malas melakukan apapun," ucap Rey sambil menghela nafasnya pelan.
"Mbak Rey kenapa? Mbak Rey sakit?" Jiji menatap Rey dari tempatnya duduk.
Rey menggelengkan kepalanya "Hanya tidak bersemangat."
"Kita main sepeda mbak seperti dulu, Jiji yang akan membonceng mbak Rey," ucap Jiji merayu. Anak itu sepertinya sangat ingin pergi ke danau yang waktu itu.
"Lalu mbak Caca di bonceng siapa Ji?" tanya Caca.
"Mbak Caca pakai sepeda sendiri lah." Jiji berucap santai membuat Caca menatapnya dengan sinis.
"Dasar adik kurang ajar, kalau tahu kamu besarnya menjadi seperti ini, mbak buang kamu dulu ke rawa-rawa."
Jiji menatap mbaknya itu dengan tajam seolah ada laser merah yang keluar dari kedua bola matanya, begitu juga dengan Caca, gadis itu menatap sang adik tidak kalah tajam, dalam benaknya ingin sekali menenggelamkan Jiji di bak kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories 1986 | Jung Jaehyun (✓)
FanfictionPerang persaudaraan yang dipicu akibat ketidak seimbangan finansial, dimana sifat iri manusia menyebabkan kehancuran. Hasutan manusia memang paling mematikan hingga menyebabkan banyak kerusakan. Abiseka seorang tentara yang ditugaskan untuk menghen...