(+21) Penyusukan Untuk Kepergian 1986

53 14 3
                                    

Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta

Jangan lupa makan hari ini

Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian

'Selamat Membaca'

Keluarga besar aksara berjalan begitu cepat dengan langkah yang tegas dan lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keluarga besar aksara berjalan begitu cepat dengan langkah yang tegas dan lebar. Raut wajah mereka tersirat kekhawatiran yang ketara. Di tengah lorong ada Caca yang duduk sambil menundukkan kepalanya dalam. Gadis itu menangis dalam diam dengan kondisi yang bersimbah darah. Caca belum membersihkan dirinya dari saat dia datang ke rumah sakit bersama polisi untuk membawa Jiji. Gadis itu bahkan melupakan tangannya yang terluka dan membiarkan darah yang ada di tubuhnya mengering begitu saja.

Caca mendongakkan kepalanya ketika ada banyak suara langkah kaki yang menghampirinya. Caca berdiri ketika tahu bahwa mereka yang datang adalah keluarganya.

"Ma." Caca berucap lirih ketika ibunya memeluk tubuhnya erat. Anis ibunya Caca mengusap pelan rambut halus Caca yang sekarang terasa sangat kasar. Wanita itu sempat kaget ketika melihat penampilan Caca yang seperti ini. Tapi ketika melihat Caca masih bisa berdiri dan masih membuka matanya membuat dirinya sedikit lega.

"Apa yang terjadi?" tanya Anis pelan sambil berusaha menenangkan Caca yang masih menangis.

"Orang-orang itu memukuli Jiji. Maaf Caca tidak bisa melakukan apapun ketika Jiji dipukuli." Caca semakin menangis keras ketika mengingat bagaimana Jiji dipukuli di depan matanya sendiri.

"Apa Jinan terluka parah?" tanya sang ayah, Prabu. Tidak ada jawaban dan hanya ada tangis yang semakin pilu dari Caca. Tangisan itu saja sudah bisa menjadi jawaban separah apa keadaan Jiji.

Rey dan kedua orang tuanya sedari tadi diam lalu ketika tahu Jiji seperti ini karena dipukuli oleh orang-orang yang sedang demo membuat Yudi ayah dari Rey mengepalkan tangannya kuat. Ini sudah keterlaluan karena keluarganya telah menjadi korban.

Dokter keluar dari ruang ICU membuat semua atensi keluarga aksara teralih pada dokter yang menangani Jiji. Prabu dan Yudi segera bergegas untuk mendekat pada dokter.

"Bagaimana keadaan anak saya?" tanya Prabu.

"Putra anda mengalami patah tulang tengkorak akibat pukulan yang sangat keras dan karena hal ini putra anda juga mengalami pendarahan otak akibat pecahan tulang. Kami harus segera melakukan operasi."

Seperti ditusuk oleh ribuan belati, tubuh prabu oleng ke belakang, untung saja Yudi dengan cekatan memegangi tubuh adiknya. Pendarahan otak bukan hal yang patut di anggap remeh. Pendarahan mengakibatkan sel-sel di dalam otak gagal berkoordinasi dengan organ tubuh lainnya dan efeknya setelahnya juga tidak baik. Orang yang mengalami pendarahan otak bisa lumpuh atau tidak bisa berbicara lagi, dan mungkin yang paling parah dia bisa meninggal.

Memories 1986 | Jung Jaehyun (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang