(+22) Dia Memilih Untuk Pergi 1986

65 14 9
                                    

Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta

Jangan lupa makan hari ini

Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian

'Selamat Membaca'

Suara tangis memenuhi lorong rumah sakit ketika ruangan operasi kembali menyalakan lampunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara tangis memenuhi lorong rumah sakit ketika ruangan operasi kembali menyalakan lampunya. Seperti Dejavu Yudi kembali duduk di depan ruang operasi setelah beberapa jam yang lalu menunggu Jiji yang sedang melakukan operasi. Jiji dinyatakan koma setelah operasinya selesai dilakukan. Retak pada tengkorak kepalanya cukup parah, dan dokter cukup kerepotan untuk menghentikan pendarahan pada otaknya.

Sekarang Yudi kembali ke tempat ini, namun yang membedakan adalah sekarang yang berada di dalam sana bukan lagi keponakannya tapi putrinya sendiri. Putri tunggalnya. Anak satu-satunya yang paling dia sayangi di dunia ini. Rey sedang berjuang di dalam sana menunggu apakah dia keluar dengan senyuman atau pergi meninggalkan duka.

Tak henti-hentinya Yudi berdoa kepada Tuhan untuk tidak dulu mengambil putrinya. Dia tidak siap jika harus kehilangan putrinya. Walau Yudi juga termasuk ayah yang keras terhadap anaknya tapi Yudi benar-benar menyayangi Rey. Bahkan ketika Rey lahir ke dunia, Yudi sampai menggelar pesta besar-besaran hanya untuk kelahiran putrinya. Menggendong putrinya ketika menangis, atau menimangnya ketika putrinya sulit tidur. Hal yang Yudi lakukan ketika membatasi pertemanan Rey itu karena dia menyayangi Rey, Yudi tidak ingin jika Rey bergaul dengan orang luar dan terluka. Yudi tentu tidak akan rela jika putri kesayangannya pergi dari hidupnya dan raganya tidak bisa dia rengkuh lagi.

Lampu ruang operasi telah mati membuat Yudi dan Pamella langsung berdiri untuk menyambut dokter yang keluar dari ruangan operasi. Pintu terbuka dan menampilkan dokter yang telah membuka baju khusus operasinya. Yudi lantas berjalan tergesa untuk menghampiri dokter.

"Bagaimana dok operasinya apakah berjalan lancar?"

Dokter diam sejenak lalu menghembuskan nafas pelan, "Mohon maaf pak dengan menyesal saya harus menyatakan bahwa anak bapak telah meninggal dunia bersama dengan bayi berusia 3 Minggu yang sedang dia kandung."

Pamella ambruk dan menangis histeris setelah mendengar penuturan dokter. Wanita itu menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Rey dengan baik. Andai saja dia lebih cepat menghentikan Irwan pasti hal ini tidak akan pernah terjadi. Iya, semuanya hanya sebatas kata andai.

Yudi menarik kerah baju dokter itu karena tidak terima dengan apa yang dokter itu katakan, "Jangan berbohong! Katakan bahwa putri saya baik-baik saja!!" Yudi mengeram marah.

"Saya mohon maaf pak tapi putri bapak tidak bisa terselamatkan. Tusukan itu sangat dalam dan mengenai organ vitalnya. Nona Aksara juga kehabisan banyak darah."

Memories 1986 | Jung Jaehyun (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang