Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta
Jangan lupa makan hari ini
Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian
'Selamat Membaca'
Seorang pria paruh baya beserta istrinya sedang berkumpul di ruangan keluarga bersama dengan beberapa pelayan rumah mereka. Mereka semua nampak diam menunggu kedatangan putra semata wayang keluarga Bramasta. Putra yang pergi jauh untuk pekerjaannya, pekerjaan mulia yang tidak semua orang bisa melakukannya.
Pintu utama terbuka lebar setelah salah seorang pelayang membukakan pintu kayu besar menjulang itu. Adi Ageng Bramasta sang kepala keluarga beserta istrinya langsung berdiri menyambut kedatangan putra mereka. Sedangkan putra mereka berdiri di depan pintu dengan senyuman yang teramat mereka rindukan.
Seorang pria muda memasuki rumah dengan gagahnya. Langkahnya nampak tegas dengan punggung yang begitu tegak. Seragam loreng hijau yang membalut tubuhnya terlihat apik saat seragam itu mencetak postur tubuhnya, terlihat sangat indah. Sepatu buth yang dia pakai menggema di seluruh rumah membuat siapa saja yang mendengarnya langsung ikut menegakkan tubuhnya. Jangan terlalu fokus pada tubuhnya sehingga melupakan wajahnya, wajah yang di pahat bak Dewa Yunani itu terlihat begitu tampan dan menawan. Lubang di kedua pipinya menambahkan bonus manis saat dia tersenyum. Sungguh dia adalah contoh manusia sempurna yang sebenarnya.
"Hormat Ayah!" Pria muda itu menegakkan tubuhnya didepan Adi sang ayah sambil memberikan postur hormat pada sang ayah.
Adi membalas hormat itu singkat lalu memeluk putranya itu. Putra yang pergi selama bertahun-tahun untuk tugasnya. Putra tunggal yang sangat dia sayangi melebihi dirinya sendiri.
"Putra ayah, Seka selamat datang nak." Adi menepuk keras punggung putranya.
"Ibu," ucap Seka pelan setelah melepas pelukan pada ayahnya.
Saras menangis keras setelah kata ibu terucap dari bibir Seka. Hatinya seakan teriris setelah mendengar kata Ibu terucap dari bibir putranya setelah sekian lama. Seka lantas memeluk Saras dengan erat, mencoba menenangkan ibunya yang menangis haru karena kepulangannya.
"Jangan menangis ibu. Maafkan Seka."
Setelah beberapa menit berlalu akhirnya tangis Saras berhenti. Saras meletakkan kedua tangannya pada pipi Seka sambil menatap wajah sang putra tercinta yang telah lama tidak dia lihat. Saras menelisik setiap inci wajah putranya. Putranya sudah banyak berubah, pipi tembam yang dulu selalu dia elus telah menghilang digantikan dengan pipi tirus dengan rahang yang tegas. Putra kecilnya telah menjadi dewasa tanpa dia sadari.
"Putraku sudah dewasa mas," ucap Saras sambil mengelus lembut pipi Seka.
"Iya, putra kita telah menjadi pria dewasa yang tampan." Adi tersenyum bangga karena dia telah berhasil membuat produk unggul.
"Duduklah nak." Saras menarik lembut tangan Seka untuk duduk di sofa.
"Ada masalah apa ayah menyuruh saya pulang? Apa ada sesuatu yang penting?" Tanya Seka setelah mendudukkan dirinya.
"Kamu sudah dewasa nak, bukankah sudah saatnya kamu untuk menikah?" Adi berucap dengan suara beratnya.
"Saya masih belum memiliki kekasih ayah. Saya belum mempunyai calon istri yang siap untuk saya nikahi."
"Kamu tidak perlu khawatir, ayah sudah memilihkan calon yang baik untukmu nak," ucap Adi dengan sungguh dan antusias.
Seka diam setelahnya, pria itu tidak tahu harus menjawab apa. Semuanya terlalu tiba-tiba menurutnya. Tidak ada angin tidak ada topan tapi ayahnya tiba-tiba saja sudah mencarikan calon istri untuknya.
"Dia putri teman ayah, anaknya cantik dan juga baik," ucap Saras setelah melihat raut wajah putranya berubah.
Adi mengeluarkan sesuatu dari dalam map coklat yang sedari tadi ada di atas meja. Adi mengeluarkan dua lembar foto dari dalam map coklat itu, foto seorang gadis yang sedang tersenyum anggun.
"Namanya Reyna dari keluarga Aksara," ucap Adi.
Seka kembali diam tapi tangannya meraih foto dari map coklat itu untuk dia lihat lebih dekat. Ingat bukan bahwa manusia bisa menyembunyikan kebohongan lewat mulutnya namun matanya tidak bisa berbohong. Sorot mata Seka memancarkan binar seakan terpesona akan seorang gadis di dalam foto yang sedang tersenyum anggun itu. Bukan hanya karena fotonya yang cantik, tapi juga karena nama dari gadis itu, nama yang sudah lama tidak dia dengar namun dia masih sangat ingat siapa pemilik nama itu.
"Reyna?" Seka berucap pelan hampir tidak terdengar, namun karena Saras berada sangat dekat dengannya jadi dia mendengar apa yang putranya itu ucapkan.
"Namanya Reyna, temui dia besok nak, dia gadis yang baik, ayah dan ibu tidak mungkin memilihkan calon istri untukmu secara asal." Saras mengelus pelan punggung Seka memberi pengertian.
"Saya akan menemuinya ibu. Saya menemukannya, saya menemukan takdir saya." Seka tersenyum lebar menampilkan cekungan pipi yang begitu menyenangkan untuk dipandang mata.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
._BERSAMBUNG_
'Silahkan tandai jika ada salah penulisan di part-part yang akan datang'
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories 1986 | Jung Jaehyun (✓)
FanficPerang persaudaraan yang dipicu akibat ketidak seimbangan finansial, dimana sifat iri manusia menyebabkan kehancuran. Hasutan manusia memang paling mematikan hingga menyebabkan banyak kerusakan. Abiseka seorang tentara yang ditugaskan untuk menghen...