(+23) Kesedihan Setelah Kepergian 1986

62 14 8
                                    

Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta

Jangan lupa makan hari ini

Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian

'Selamat Membaca'

Seorang pria berbaju loreng memiliki postur tubuh yang tinggi gagah berjalan dengan langkah tegas dengan tas besar yang dia bawa di tangan kanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pria berbaju loreng memiliki postur tubuh yang tinggi gagah berjalan dengan langkah tegas dengan tas besar yang dia bawa di tangan kanannya. Semua orang memusatkan pandangan mereka saat pria itu sesaat setelah dirinya datang. Seorang wanita paruh baya lantas langsung berlari dan berhamburan ke pelukan pria itu.

"Seka." Saras ibu dari Seka memeluk Seka dengan erat sambil menangis keras.

Seka melepaskan pelukan ibunya dengan pelan lalu tersenyum tipis kepada Saras. Senyumannya tidak tulus dan terkesan terpaksa, dan Saras tahu itu. Mata Seka juga redup tidak ada binar sedikit pun. Kantong mata dan lingkar hitam di sekitar matanya juga terlihat begitu jelas menandakan bahwa pria ini kurang tidur atau bahkan tidak tidur sedikit pun.

"Ibu, seka ingin melihat istri Seka." Seketika tangis orang-orang kembali pecah ketika Seka mengucapkan hal itu.

"Sayang maaf tapi Rey telah dimakamkan sejak semalam." Saras berucap lirih dengan air mata yang terus mengalir deras dari pelupuk matanya.

Seka menjatuhkan tas yang dia bawa begitu saja. Tatapan pria itu yang awalnya redup sekarang menjadi tatapan yang benar-benar kosong. Suara tangis semua orang menjadi melodi terburuk yang Seka dengar saat ini. Seolah tangis itu menambah goresan tidak terlihat yang ada dalam hatinya.

"Dimana?" Suara Seka serak dan bernada datar membuat Saras mendongak menatapnya. Saras kembali menunduk ketika melihat sorot mata putranya yang begitu kosong. Saras tidak tega dengan hanya melihat ekspresi Seka yang seperti itu.

"TPU Pondok Keraton," ucap Saras sambil menggenggam tangan Seka yang mengepal.

Tanpa banyak bicara Seka lantas langsung meninggalkan rumah keluarga aksara dan pergi dengan tegarnya. Pria itu bahkan tidak menangis ketika semua orang yang melihat dirinya menangis. Punggung tegas itu nampak membungkuk saat dilihat dari belakang, seolah Seka sedang ditimpa beban yang begitu berat dalam hidupnya. Semua orang tahu jika Seka bukan orang yang bisa mengungkapkan emosinya dengan baik, jadi pria itu hanya diam dan berlalu pergi tanpa ada tangis.

Seka tidak perlu menggunakan kendaraan untuk sampai di tempat pemakaman karena memang tempatnya tidak jauh dari rumah keluarga Rey. Langkahnya sangat pelan tidak seperti Seka seperti biasanya yang lebih suka bergerak cepat. Angin sore menerpa wajahnya yang begitu menyedihkan. Bibirnya kering dan matanya memiliki lingkar hitam yang begitu ketara. Rambutnya berantakan dan nampak kusut.

Pria itu berhenti tepat di pintu masuk pemakaman. Hatinya berdesir, raut wajahnya gelisah, tangannya bergetar dan kakinya nampak enggan untuk melangkah masuk. Seka terlalu takut untuk menerima kenyataan buruk yang menimpa Rey dan juga dirinya.

Memories 1986 | Jung Jaehyun (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang