(+24) Butuh Waktu Untuk Kata Mengikhlaskan Menjadi Ikhlas 1986

64 14 3
                                    

Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta

Jangan lupa makan hari ini

Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian

'Selamat Membaca'

Setelah satu Minggu lebih koma akhirnya Jiji telah sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah satu Minggu lebih koma akhirnya Jiji telah sadar. Semua orang senang bukan main menyambut kesadaran Jiji. Caca bahkan memeluk adiknya itu sambil menangis dan membuat Jiji risih sendiri karena tidak mau melepaskan pelukannya dengan waktu yang lama.

"Ji ayo makan dulu," ucap Caca yang duduk di kursi samping brankar menyodorkan sendok berisi bubur pada Jiji.

"Tidak mau, rasanya hambar." Jiji menengokkan kepalanya ke lain arah untuk menghindari bubur yang di sodorkan Caca.

"Tapi kamu harus makan sayang," ucap Anis yang duduk di kursi bersama dengan Pamella.

Pamella hanya diam, wanita paruh baya itu duduk menyandar pada sandaran kursi ruangan Jiji dengan mata yang tertutup rapat seolah sedang tidur, padahal wanita paruh baya itu tidak tidur sama sekali.

"Oh iya, mbak Rey kemana? Semenjak Jiji bangun mbak Rey tidak ada. Mbak Rey lagi sibuk ya ma?"

Hening. Caca dan juga Anis saling menatap satu sama lain dengan sorot mata sendu. Pamella berdiri dari posisi duduknya lalu pergi meninggalkan ruangan Jiji membuat guratan tanya pada dahi Jiji. Anis tersenyum singkat ke arah Caca seolah berkata, 'kamu pasti bisa memberitahu Jiji' lalu wanita paruh baya itu ikut pergi ke luar ruangan untuk menyusul Pamella. Anis tidak ingin mbak iparnya itu melakukan sesuatu yang berbahaya karena rasa sedihnya.

Dua hari lalu Pamella berteriak seperti orang kesetanan sambil memanggil-manggil nama putrinya Rey yang sudah tiada. Pamella berusaha membenturkan kepalanya pada tembok karena merasa bersalah tidak bisa melindungi putrinya, dan untung saja pada waktu itu Yudi datang tepat waktu dan langsung memeluk Pamella yang menangis dengan histeris.

Kehilangan putri tunggalnya sangat mengganggu psikis Pamella. Wanita paruh baya itu menangis setiap malam sambil memeluk foto Rey dengan erat. Setiap malam dalam tangisnya, Pamella selalu mengucapkan kata maaf yang ditunjukkannya pada Rey. Rasa bersalah selalu menggerogoti tubuhnya dengan bayang-bayang Rey yang tergeletak bersimbah darah sambil merancau anak yang ada dalam kandungannya.

"Kenapa mama dan tante Pamella malah pergi mbak?"

Caca tersenyum kecil lalu mengusap lembut kepala Jiji yang dibalut oleh perban. "Mereka ada urusan, kamu makan dulu ya."

"Tapi Jiji tidak mau makan makanan itu. Rasanya tidak enak." Jiji menggeleng dengan wajah yang cemberut.

"Meski tidak enak kamu tetap harus makan biar sembuh."

Memories 1986 | Jung Jaehyun (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang