Laura dan Rubi saat ini sedang mencari keberadaan Nathaniel. Keduanya panik dengan apa yang terjadi. Alana seharusnya tak ikut campur atas apa yang Ocha dan teman-temannya lakukan, atau itu akan membuatnya dalam masalah.
Ocha adalah anak dari Pemilik Neo School. Oleh karena itu seluruh murid di Neo School agak segan untuk ikut mencampuri urusan gadis tersebut. Memilih aman dengan tetap diam walaupun melihat banyak sekali korban Ocha dan kedua temannya.
Pernah beberapa kali ada murid yang melaporkannya tapi tetap saja, Gadis itu tetap tidak dihukum. Ia memanfaatkan profesi Ayahnya sebagai pemilik dari Neo School, dan mengancam Kepala Sekolah untuk tidak menghukumnya. Sejak saat itu tidak ada lagi yang pernah melaporkannya, bahkan Ocha dan kedua temannya itu tidak berniat berubah dan semakin menjadi-jadi.
Keberadaan Nathaniel saat ini sangat penting, karena Nathaniel adalah sepupu dekat dari Ocha. Laura dan Rubi berharap semoga saja Nathaniel bisa membantu. Walaupun ia tak pernah terlihat membela murid yang menjadi korban dari Sepupunya itu.
Laura dan Rubi sudah mencari Nathaniel sedari tadi, tapi sosok yang mereka cari itu tidak memperlihatkan batang hidungnya sama sekali. Keduanya sempat kebingungan dibuatnya. Mereka berdua lalu mencoba mencari Nathaniel di kantin, berharap laki-laki itu berada disana.
Kedua gadis itu berlari dengan tergesa-gesa menuju kantin. Mereka menghela napas lega saat melihat Nathaniel dan teman-temannya yang masih berada disana. Laura dan Rubi kemudian sedikit berlari untuk menghampiri Nathaniel. Nathaniel yang sedang menikmati jam istirahat bersama teman-temannya itu sedikit tersentak mendapati Laura dan Rubi yang terlihat terengah-engah.
Nathaniel menatap kedua gadis itu bingung, begitu pula dengan Arga, Galang dan Jenaka yang berada disana.
Rubi dan Laura mengatur napas mereka lalu bersuara. "El.. Bantuin, bantuin kita." Nathaniel menatap bingung pada keduanya tidak mengerti.
"Coba tenang dulu, tarik napas. Gitu," Jenaka buka suara, menyuruh keduanya untuk tenang. Arga dan Galang ikut mengangguk melihat keduanya.
Laura dan Rubi mengikuti saran Jenaka, masih mencoba mengatur napas mereka yang tidak beraturan.
"Alana! i itu, disana. Sama Sepupu lo. Ocha." ucap Laura seraya menunjuk kearah koridor sekolah.
Nathaniel mengernyit kan dahinya bingung. Jenaka, Galang dan Arga saling menoleh satu sama lain seakan bertanya-tanya, ada apa?
"Jadi tadi, kita. Aku, Al sama Laura mau balik kelas. Pas balik kita liat kerumunan gitu, dan ternyata itu Ocha sama temennya ngebully lagi. Terus pas kita mau balik kelas, eh si Alana tiba-tiba nyelonong berusaha bantuin si cewek yang dibully itu." jelas Rubi panjang lebar.
"Kita semua tahu, Ocha kaya gimana. Dan kita kesini berharap lo mau bantuin kita bujuk si Ocha, sepupu lo." lanjutnya.
Nathaniel terlihat diam, masih bergelut dengan pikirannya.
"Lagian ngapain pakek dibantuin sih? kan tau sendiri, si Ocha kek gimana?" sahut Arga yang sedari tadi hanya mendengar.
Jenaka yang mendengar itu lalu menyenggol bahu Arga pelan, "Ah, elo Ga. Si Alana kan anak baru mana tahu dia tentang Ocha."
Arga memukul dahinya pelan, "Oh iya."
Galang sedari tadi diam, masih menunggu apa yang akan dilakukan Nathaniel.
Lama tak menjawab Rubi kembali bersuara, "El. Ayo! Kita ga bisa lama. Entar Alana kenapa-kenapa gimana?" ucapnya sedikit kalut.
"Gak." jawab Nathaniel singkat, menolak untuk ikut.
Arga, Galang, Jenaka, Rubi dan Laura sontak menoleh menatap Nathaniel terkejut. Rubi dan Laura tidak bisa berkata-kata, kecewa akan apa yang Nathaniel ucap. "El..?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Something that can't be Tied
Teen Fiction[SELESAI] "Kita memang dipertemukan oleh semesta. Namun semesta juga lah, yang tak membiarkan kita untuk bersama.." -Alana Aurellia . . . "Nathaniel, kita.."