Tok tok tok.
Terdengar ketokan dari pintu kamar Alana. Gadis itu menoleh kearah pintu tersebut, menunggu seseorang menampakkan diri. Alana tahu, kalau itu pasti Papanya. Gadis itu seketika gugup, semisal Sang papa masuk dan melihatnya berpenampilan seperti ini.
Pasalnya Alana telah berpakaian seakan ingin pergi keluar, namun gadis itu belum mengatakan apa-apa pada Papanya.
Pintu terbuka..
Alana mengulum mulutnya reflek, saat Sang papa melihat dirinya dibalik pintu ketika hendak masuk. Sang papa terlihat memandanginya dari bawah keatas seperti bertanya-tanya.
"Eh Papa.." Alana sedikit terkekeh.
Angga melangkah maju menghampiri putrinya itu.
"Kamu mau keluar ya?" tanyanya.
"Ah, i-iya nih.." Alana seketika gelagapan.
"Mau kemana? Kok ga bilang Papa?"
Oke, gadis itu kini merasa sedang diinterogasi oleh Papanya.
"Aaa i-itu.. Baru juga mau bilang. Hehe.."
Angga terlihat memicingkan matanya, merasa tak puas dengan jawaban yang diberikan Alana.
"Sama siapa?"
"Yaa.. Sama temen.."
"Temen?"
Alana mengangguk.
Tak lama terdengar dering dari ponsel Alana, menandakan pesan masuk. Alana membaca sekilas pesan tersebut dilayar notifikasi.
Gadis itu seketika membesarkan matanya, terkejut.
'Gue didepan'
Ya, Nathaniel telah sampai di depan rumahnya.
"Dari siapa?" Sang papa bersuara.
Alana reflek mematikan ponselnya, "Ah, i-ini.. Dari temen. Iyah temen, temen Alana udah didepan. Al pergi dulu ya Pa, Daah."
Alana kemudian meraih tas selempang hitam disisi kasur, buru-buru keluar untuk menemui Nathaniel. Didalam hatinya, gadis itu berharap kalau Sang papa tak akan kepo untuk mengetahui temannya itu.
Namun nyatanya, setelah Alana keluar dari kamar, Angga berjalan kearah jendela kamar. Jendela tersebut mengarah pada gerbang rumah mereka, dan Angga bisa melihat teman yang dimaksud oleh putrinya itu adalah seorang laki-laki.
~~Motor Nathaniel berhenti di sebuah tempat makan; lamongan. Yang tak terbilang mewah namun tempat itu adalah tempat yang Nathaniel sering kunjungi.
Alana kini sedang menunggu Nathaniel yang masih menyimpan helm dimotornya, saaf setelah selesai laki-laki itu kemudian mengajak Alana duduk disebuah meja.
"Lo mau makan apa?" Nathaniel bertanya.
"Ha? Oh itu.. Samain aja,"
Terlihat Nathaniel mengulum senyum sebentar, kemudian memanggil Sang penjual untuk memasan makanan mereka.
"Mang! Ayam gorengnya 2 ya, kaya biasa." Nathaniel sedikit berteriak.
Sang penjual didepan sana menoleh sejenak kearah Nathaniel, kemudian memberikan sign 'oke' ditangannya.
"Oke, mas!"
Keduanya kini diterpa kecanggungan, tak ada yang memulai pembicaraan sama-sama terdiam. Menunggu hingga pesanan mereka tiba. Nathaniel dan Alana terlihat memandang kearah yang berbeda, saling menghindari tatapan dari keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something that can't be Tied
Novela Juvenil[SELESAI] "Kita memang dipertemukan oleh semesta. Namun semesta juga lah, yang tak membiarkan kita untuk bersama.." -Alana Aurellia . . . "Nathaniel, kita.."