Berpindah pada suasana kelas, nampak Rubi yang masih kalut dengan pikirannya. Entah apa yang Nathaniel perbuat pada sahabatnya itu, Rubi tak tahu.
Pandangan gadis itu seketija teralihkan saat melihat Jenaka yang muncul dari pintu kelas diikuti Arga dan Galang dibelakangnya. Rubi sontak berdiri menghampiri sekawanan itu.
Laura yang saat itu berada disamping Rubi, sedikit terkejut melihat Rubi yang tiba-tiba saja beranjak dari duduknya.
"Heh! Nathaniel mana?" tanya Rubi.
Jenaka, Arga dan Galang yang saat itu tak tahu apa-apa, menghentikan langkah mereka. Terlihat kening ketiganya berkerut dalam, menatap Rubi heran.
"Hah?" suara Jenaka.
"Gue tanya. El mana??"
"Apaan si, orang kita aja baru balik. Ya mana gue tau, kalo lo tanya El dimana." balas Jenaka sedikit kesal, karena Rubi yang menyolot padanya sembarangan.
"Ga jelas." sambung Jenaka.
Laki-laki itu kemudian melanjutkan langkahnya begitu saja, melewati Rubi disana. Galang dan Arga saling pandang, masih tak mengerti kenapa Rubi tiba-tiba datang dan nyolot pada ketiganya.
Saat Galang dan Arga hendaj mengambil langkah untuk ikut menyusul Jenaka, keduanya seketika terdiam saat mendengar Rubi bersuara.
"Temen lo itu bawa temen gue!" suara Rubi meninggi.
Jenaka berbalik, kembali menatap Rubi.
"Siapa maksud lo?"
"Alana."
"Hah?" Arga terlihat heran.
Galang terdiam, mendengar nama Alana disebutkan seakan membuatnya terdiam. Laki-laki itu seketika berpikir, untuk apa Nathaniel membawanya? Dan.. Kemana?
Pertanyaan-pertanyaan itu muncul sendirinya, hingga kaki Galang hendaj bergerak berbalik untuk keluar mencari keduanya. Namun lagi-lagi langkah kakinya harus terhenti disaat ia melihat dua orang yang berdiri didepan pintu kelas.
"El?" ucap Galang pelan, namun terdengar hingga ketelinga Jenaka, Rubi dan Arga.
Ketiganya reflek menoleh saat mendengar suara Galang, dan mendapati Nathaniel dan Alana disana.
Nathaniel dan Alana yang melihat itu, saling menoleh pandang sebentar. Lalu kembali menatap keempat orang tersebut.
"Kenapa?" Alana bersuara.
"Alana! Lo gapapa kan?" Rubi dengan cepat menghampiri Alana, begitu juga dengan Laura.
"Aku gapapa Ubi.."
"Beneran?" Laura menyahut.
Alana mengangguk sebagai jawaban, berusaha meyakinkan kedua temannya itu.
"Noh, udah balik kan anaknya? Heboh bener. Heran gue," Jenaka menyahut dari tempatnya, kemudian berjalan menuju tempat duduknya.
Rubi hanya merotasikan bola matanya malas.
"Udah ya? Aku gapapa kok, sekarang kita duduk aja. Udah bunyi bel kan tadi?" ucap Alana.
Rubi mengangguk menyetujui, saat ketiganya berjalan menuju meja masing-masing Laura berbisik, namun bisa terdengar oleh ketiganya.
"Entar cerita, ya?"
Alana mengangkat tangannya memberikan sign 'oke' sebagai balasan.
Hanya tersisa Galang, Arga dan Nathaniel disana. Nathaniel memandang Galang dan Arga bergantian, kemudian melangkahkan kakinya untuk menuju pada meja kursinya. Saat sampai pada Galang, Nathaniel sempat menepuk pundak Galang sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something that can't be Tied
Fiksi Remaja[SELESAI] "Kita memang dipertemukan oleh semesta. Namun semesta juga lah, yang tak membiarkan kita untuk bersama.." -Alana Aurellia . . . "Nathaniel, kita.."