31. Starting to unfold

47 1 0
                                    

"El kemana ya? Udah jam segini.. katanya mau bareng??"

Alana terlihat jenuh, sedang menunggu Nathaniel menjemputnya. Gadis itu bahkan telah menelpon pacarnya itu berulang kali, namun Nathaniel tak mengangkatnya.

Lalu tak lama, pintu kamar gadis itu terbuka, menampilkan Sang papa yang telah siap dengan setelan jasnya. Angga berjalan mendekat menghampiri putrinya.

"Kok belum berangkat? El nya belom sampe juga?"

Ya, Angga telah tahu hubungan Nathaniel dan Alana sejak 2 minggu yang lalu. Angga hanya menyetujui saja, melihat Nathaniel yang tampak seperti laki-laki yang baik. Pria itu tak masalah, asal putrinya bahagia.

Alana tampak memajukan bibirnya, menggeleng pelan, tanpa mengalihkan pandangannya pada roomchat Nathaniel.

"Mau Papa anter aja? Mungkin Elnya lagi gabisa sayang.."

Gadis itu menghela napas, "10 menit lagi deh, kalo El masih ga bales Al, Alana ikut Papa."

"Yauda, Papa tunggu dibawah. 10 menit kamu ga turun, Papa tinggal."

"Papa." Alana menatap Sang Papa.

"Enggak dong.. Papa bercanda. Yauda Papa turun." tangan Angga bergerak mengusap kepala Alana lembut.

"Inget, kalo 10 menit nggak turun Papa tinggal," ucap Angga lagi, saat dirinya telah sampai pada luar pintu kamar.

"Iyaaaa!"
.
.
.

10 menit telah berlalu..

Selama 10 menit Alana terus saja memandangi roomchat Nathaniel, berharap laki-laki itu akan membalas chatnya ataupun menelponnya.

Namun, Alana tak kunjung mendapatkan itu. Hingga gadis itu memutuskan untuk turun kebawah, menyusul Papanya untuk mengantarnya ke sekolah hari ini.

Dengan sedikit berat hati, Alana harus pergi ke sekolah dengan Papanya. Alana tak marah, hanya saja ia merasa sedikit kesal. Setidaknya Nathaniel bisa mengabari dirinya walaupun hanya dengan sebuah pesan singkat. Tapi tidak, Nathaniel seakan menghilang begitu saja.

Setibanya disekolah, Alana dengan segera menuju pada kelasnya. Mungkin saja Nathaniel telah sampai lebih dulu, namun kalau itu benar mungkin Alana akan sedikit kecewa pada laki-laki itu.

-

Sesampainya dikelas, Alana masih tak bisa mendapati Nathaniel disana. Gadis itu kini tampak panik, bingung kemana Nathaniel sebenarnya.

Saat gadis itu mulai melangkah masuk, Alana mulai sadar, bahwa seisi kelas tertuju padanya, memandanginya secara terang-terangan. Namun Alana tak tahu apa maksud dari tatapan itu, hingga dia memilih untuk melanjutkan langkahnya menduduki diri.

Ah, ya. Alana juga baru sadar bahwa Galang, Arga dan Jenaka juga tidak berada disana. Bahkan Rubi dan Laura tak terlihat telah tiba disekolah, melihat dari kursi keduanya yang masih kosong dan bersih.

Hingga tak lama, Alana dikagetkan dengan Rubi dan Laura yang terlihat berlari menghampirinya.

"ALANA!!"

~~

Nathaniel memberhentikan motornya saat sampai pada suatu kediaman mewah, Ayahnya. Dengan kasar Nathaniel melepas helm fullfacenya segera melangkah masuk kerumah tersebut.

Dilihat dari raut wajah Nathaniel, laki-laki itu terlihat sangat marah. Rahangnya mengeras, memperlihatkan urat-urat wajahnya yang tercetak jelas disana.

Something that can't be TiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang