Alana pov.
Ini hari kedua ku disekolah ini, aku sudah tiba disekolah. Ya tentu, Papa yang mengantarku.
Sesampainya dikelas aku langsung duduk dibangkuku sama seperti kemarin dipojok jendela. Dan ya, sekarang aku bingung harus melakukan hal apa, karena sepertinya masih ada waktu untuk pelajaran dimulai.
Aku tidak sengaja memandang keluar jendela dan melihat seorang laki-laki yang menarik perhatianku. Entahlah, dia tampan bagiku, senyumannya itu.. sangat manis.
Disaat aku memperhatikan laki-laki tersebut, aku baru menyadari bahwa yang berjalan disampingnya itu adalah Galang. Iya, Galang. yang kemarin sempat berkenalan denganku. Pikiranku mulai berkelana apakah laki-laki yang bersama Galang itu sekelas denganku? Ah mana mungkin. Kemarin aku tidak pernah melihatnya sekalipun dikelas. Iya, aku ingat sekali. Walaupun aku sempat tidak melihat Galang juga sebenarnya.
Masih dengan mata yang terpaku pada dua insan tersebut, tiba-tiba ada yang mengagetkanku.
DOR!!
"SIAPA!" pekik ku karena terkejut.
Aku bisa melihat laki-laki didepanku ini sedikit terkejut. Ah ternyata yang duduk disamping ketua kelas.
"Eh sorry sorry, kaget ya?" ucap laki-laki tersebut.
"Ha? Ngga kok. senam jantung doang. Hehe," balasku, memaksa tersenyum.
Laki-laki didepanku itu sedikit tertawa. "Lucu juga lo,"
Aku hanya memandangnya aneh. Apa yang lucu? Toh emang beneran kaget juga.
"Gue Jenaka, salam kenal." kata laki-laki itu yang bernama Jenaka, lalu mengulurkan tangannya kepadaku.
"Aku Alana," aku pun berdiri, lalu menerima uluran tangan tersebut.
"Pakek lo-gue aja kenapasih?" protes laki-laki itu.
"Lah.. terserah aku."
"Dih? Gue kan-"
"Kenapa lo ditempat gue?"
Saat Jenaka ingin berucap kembali, ada yang memotong laki-laki itu. Aku dan Jenaka sontak menoleh kearah suara tersebut. Aku sedikit terkejut karena ia adalah laki-laki yang aku lihat diluar jendela. Sedangkan reaksi Jenaka hanya biasa saja.
Dan apa katanya 'Kenapa lo ditempat gue?' jadi ini.. bangkunya?
"Gue tanya kenapa lo ditempat gue?" laki-laki itu kembali berucap.
Pikiranku seketika buyar, dan menatap laki-laki yang berada didepan ku itu.
"Ha? Oh maaf, soalnya cuman tersisa ini aja yang kosong kemarin. Aku kira ga ada yang dudukin, jadi.. gitu." jelasku sedikit gugup.
Aku bisa melihat laki-laki itu mengitari pandangannya berusaha mencari kursi kosong, namun nihil.
"Udah gapapa, duduk disebelahnya aja mang kenapasih El?" sahut Jenaka.
"Iya El, bener kata si Naka." ucap Galang ikut bersependapat dengan Jenaka.
'Oo.. Namanya El,' ucapku dalam hati.
"Kok jadi gue sih? Ini kan emang kursi gue. Harusnya ke dia noh, anak baru." tunjuk laki-laki itu kearahku.
"Lo juga Gal! kenapa lo ga ngomong kalo si anak baru duduk ditempat gue?" sambungnya, lalu memukul lengan Galang tidak kuat.
Kulihat Galang sedikit tersentak pelan. "Ya.. gue mau bilang. cuman keburu nyampe kelas, hehe." balas Galang sedikit terkekeh.
"Basi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Something that can't be Tied
Fiksi Remaja[SELESAI] "Kita memang dipertemukan oleh semesta. Namun semesta juga lah, yang tak membiarkan kita untuk bersama.." -Alana Aurellia . . . "Nathaniel, kita.."