Arga, Galang dan Jenaka sudah berada dikantin. Mereka sengaja tidak bersama Nathaniel karena masih merasa bahwa Nathaniel salah dan masih merasa kesal padanya.
Disela mereka tertawa bersama, terlihat Nathaniel yang melihat kearah ketiganya. Sontak ketiganya seketika diam dan tetap mengabaikan Nathaniel yang menatap mereka disana.
Nathaniel melihat ketiganya sebentar, lalu memilih duduk dimeja yang berbeda. Ketiga orang yang melihatnya tidak ambil pusing, bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Diam-diam Jenaka sedikit mendongakkan kepalanya melihat pada meja mana yang Nathaniel tuju. Saat Galang hendak menoleh padanya, Jenaka segera kembali pada sikap awalnya.
Beberapa saat ada seorang Ibu kantin mengantarkan makanan mereka. Ibu kantin tersebut tersenyum ramah,
"Widiie~" seru Jenaka seraya menggosok-gosok tangan tidak sabar melahap makanan tersebut.
Ibu kantin yang biasa dipanggil dengan sebutan bude itu tersenyum, lalu menata piring dan diletakkan didepan pemiliknya masing-masing.
"Seperti biasa, mas Jenaka Ketoprak, mas Arga nasi kuning, dan mas Galang baso udang, dan mas Nathaniel.." Sang Ibu kantin menggantungkan kalimatnya.
"Lho? Mas Nathaniel nya kemana? Biasanyakan bareng-bareng? Ini Bude bawa makanan buat mas Nathaniel juga." tanya Sang Ibu kantin yang mendapati Nathaniel tak berada disana.
Ketiganya yang ditanya saling pandang, bingung menjawab seperti apa.
"Em.. gatau Bude, si El nya yang misah meja. Tuh, orangnya disana." jelas Jenaka, lalu menunjuk kearah Nathaniel duduk.
Sang Ibu kantin lalu menoleh kearah yang dituju Jenaka, lalu mengangguk. Galang dan Arga hanya memilih diam membiarkan Jenaka.
"Yaudah, Bude anterin makanan mas Nathaniel dulu kalo gitu." ucap Bude mengambil piring yang berisikan makanan Nathaniel.
Ketiganya lalu mengangguk, mengiyakan sang Ibu kantin.
"Makasih Bude." ucap Ketiganya bersamaan. Sang Ibu kantin hanya tersenyum lalu beranjak dari sana mengantarkan makanan Nathaniel.
Nathaniel yang sedari tadi memperhatikan ponselnya tersentak pelan, mendapati Sang Ibu kantin mengantarkan makanannya. Ia mematikan ponselnya, lalu tersenyum pada sang Ibu kantin, begitu juga sebaliknya.
"Mas El, ini Nasi Goreng seafoodnya." ucap Ibu kantin, lalu meletakkan piring ditangannya ke atas meja.
"Oh iya, makasih Bude."
"Mas, kenapa duduk disini? tumben ga gabung sama yang lain?" tanya Ibu kantin penasaran.
Nathaniel seketika menoleh pada sang Ibu kantin,
"Hm? Oh, gapapa Bude. Lagi ada problem dikit." jawabnya sedikit terkekeh, sang Ibu kantin kemudian mengangguk, mengiyakan jawaban tersebut.
"Yaudah, Bude tinggal ya."
"Iya, makasih ya Bude." sang Ibu kantin kemudian berlalu dari sana, melanjutkan pekerjaannya.
Nathaniel menoleh sebentar kearah ketiga orang didepan sana yang sedang sibuk menyantap makanan mereka. Nathaniel menghela napas sejenak, kemudian memilih untuk mengabaikannya.
.
.
.Bel pulang sekolah berbunyi. Seluruh murid bergegas membereskan buku mereka dan keluar kelas.
Dari mejanya, Nathaniel melihat Galang, Arga dan Jenaka yang keluar bersama dan lagi-lagi mereka mengabaikan dirinya. Lagi-lagi ia menghela napas, kemudian menggendong tas dibahu kirinya, lalu bergegas menyusul ketiganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something that can't be Tied
Roman pour Adolescents[SELESAI] "Kita memang dipertemukan oleh semesta. Namun semesta juga lah, yang tak membiarkan kita untuk bersama.." -Alana Aurellia . . . "Nathaniel, kita.."