Mereka bertiga telah duduk disofa ruang tamu Nathaniel, ketiganya terdiam begitu juga Nathaniel yang merasa canggung.
"Em, tumben kesini? Kenapa?" tanya Nathaniel membuka pembicaraan.
Galang, Arga dan Jenaka seperti membeku. Sulit sekali membuka suara, merasa sangat canggung didepan Nathaniel.
"Lo kenapa ga masuk?" sahut Arga, sama sekali tidak menjawab pertanyaan Nathaniel.
"Biasa, bolos." -Nathaniel.
Arga hanya mengangguk, bingung untuk bertanya apa lagi. Ia kemudian menyenggol Jenaka disampingnya, lelaki itu sedikit tersentak karena Arga yang menyenggolnya tanpa aba-aba.
"Apasih!" bisik Jenaka ditelinga Arga.
Arga sedikit menggerakkan bibirnya pelan, menyuruh Jenaka untuk berbicara. Jenaka yang melihat itu kemudian merotasikan bola matanya malas.
"Kita mau minta maaf." belum sempat Jenaka bersuara, Galang telah lebih dulu.
"Kita salah, maafin kita. Gue mau kita kaya dulu lagi, jangan gini ya? Jangan ngejauh dari kita El." tutur Galang tanpa jeda.
Nathaniel mengernyitkan dahinya, "Gue udah maafin lo pada. Siapa juga yang marah." jelasnya.
"Beneran?" tanya Galang memastikan.
"Bener."
Senyum Galang dan Arga mengembang, senang mendengar ucapan Nathaniel. Berbeda dengan Jenaka yang kembali ingin memastikan. "Lo ga boong kan El?"
Nathaniel berdecak, "Ck. Beneran, ngapain juga gue boong. Lagian gue tuh ga ada ngejauhin lo pada. Gue kan udah bilang tadi, gue bolos."
"Masa sih?" ledek Jenaka.
"Terserah."
Jenaka sontak tertawa lalu mendekat kearah Nathaniel memeluknya dari samping. "Iya-iya percaya,"
Nathaniel lalu mendorong kepala Jenaka agar menjauh darinya, "Gaperlu Peluk. Jijik."
Galang, Arga dan Jenaka yang melihat reaksi Nathaniel kemudian tertawa.
Jenaka lalu menoleh pada Galang dan Arga yang masih duduk ditempat. "Woi! Sini gabung!" ajak lelaki itu.
Sebelum bergabung, keduanya saling pandang, lantas ikut bergabung dan saling memeluk satu sama lain. Terdengar helaan napas dari Nathaniel, lelaki itu hanya pasrah dengan ketiga temannya, merasa senang juga karena hubungan keempatnya kembali membaik.
~
Alana kini berada dikamarnya, lagi dan lagi gadis itu sedang bergelut dengan pikirannya. Nathaniel yang tidak masuk selama 2 hari terus saja mengganggu pikirannya.
Terakhir kali Alana melihat hubungan Nathaniel dan teman-temannya sedang tidak baik. Galang, Arga dan Jenaka seperti berusaha menghindar darinya. Dan itu pasti karena dirinya, Ya. Alana tau, ia tau semua tentang Rubi dan Laura yang meminta bantuan dari Nathaniel dan berakhir penolakan. Laura sudah menceritakan semua padanya.
Alana merasa tidak enak, ia beranggapan bahwa renggangnya hubungan Nathaniel dan teman-temannya itu karena dirinya. Alana mengacak rambutnya kesal, apa tindakannya waktu itu salah? Kalau saja ia mengabaikan kejadian itu pada waktu itu, apakah semuanya akan baik-baik saja? Ah entahlah. Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something that can't be Tied
Teen Fiction[SELESAI] "Kita memang dipertemukan oleh semesta. Namun semesta juga lah, yang tak membiarkan kita untuk bersama.." -Alana Aurellia . . . "Nathaniel, kita.."