Bandung, 2009.
5 tahun kemudian.
Nathaniel sudah menginjak usia 8 tahun. Diusianya kini, Nathaniel memberanikan diri untuk bertanya pada Sang Papa, alasan kepergiannya sang Bunda. Anak itu lelah, Nathaniel lelah menunggu selama 5 tahun terakhir, berharap sang Bunda muncul untuk yang terakhir kali. Ingin tahu sebenarnya apa, apa alasannya sang Bunda pergi 5 tahun lalu.
Nathaniel kini telah berdiri didepan pintu ruangan kerja Aditya, ia mengatur napasnya terlebih dahulu, sebelum akhirnya mengetuk pintu tersebut.
Tok tok tok.
"Pa, ini El. El masuk ya?" tanya Nathaniel setelah mengetuk pintu tersebut 3 kali.
Lama Nathaniel menunggu, masih tidak ada jawaban dari sang Papa. Anak itu kemudian membuka pintu itu perlahan tapi pasti. Saat pintu terbuka separuh Nathaniel melihat sang Papa sedang sibuk dengan berkas-berkas diatas mejanya. Nathaniel kemudian mengetuk untuk yang kedua kalinya.
Tok tok tok.
Ketukan itu akhirnya berhasil mengalihkan atensi sang Papa, Aditya menoleh pada Nathaniel yang masih berada dipintu, enggan untuk masuk sebelum sang Papa memberinya izin.
"El? Ada apa?" tanya Aditya yang masih bergelut dengan berkas-berkasnya. Natahniel kemudian masuk perlahan, lalu menutup pintu itu dengan rapat, dan menghampiri sang Papa.
"Pa, El mau tanya sesuatu." ucap Nathaniel terlihat sungkan.
"Hm? soal apa?"
Nathaniel sedikit gugup untuk bertanya, Anak itu menghela napa sejenak, memberanikan diri.
"Soal.. Mama."
Pekerjaan Aditya seketika berhenti mendengan ucapan Nathaniel. Ia lalu menutup berkas yang terbuka, kemudian menoleh pada Nathaniel. Nathaniel sedikit tertegun ditatap seketika oleh sang Papa.
Nathaniel kemudian memainkan jari kukunya, terlihat gugup.
"Pa, Mama sebenarnya kemana Pa? Kenapa Mama tidak pernah kembali? El kangen Mama, Pa." tanya Nathaniel.
Aditya diam sejenak berpikir, jawaban apa yang harus ia berikan pada Nathaniel.
"Papa tidak tahu." jawab Aditya, lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada berkasnya.
"Pa? Jangan bohong, Papa pasti tau Mamah kemana, iya kan?" sahut Nathaniel.
"Papa tidak tahu, El."
"Pa. El mohon, kasih tau Nathaniel, Pa." Nathaniel terlihat bersih keras untuk mengetahui keberadaan Sang bunda.
"PAPA BILANG TIDAK TAHU!!" Aditya membentak Nathaniel tiba-tiba, tidak dapat membendung emosi yang keluar begitu saja.
Nathaniel sedikit tersentak, untuk pertama kalinya sang Papa membentaknya seperti itu. Apa, apa yang salah dari pertanyaan Nathaniel? Ia hanya ingin tahu keberadaan sang Mama, Pikirnya.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Mamah sampai pergi dari rumah waktu itu? Kenapa Mama tega ninggalin El? Jawab El, Pa! Jawab!" Nathaniel sedikit berteriak, berusaha menahan air matanya, berusaha untuk tidak terlihat lemah dihadapan sang Papa saat itu.
Aditya menghela napas, "Lebih baik kamu kembali ke kamar sekarang, El." bukannya menjawab pertanyaan Nathaniel, Aditya malah berkata lain.
"Enggak Pa! El gamau! El mau tau semuanya, El berhak untuk tau Pa! Mau sampai kapan Papa sembunyiin semuanya dari El? Nathaniel capek Pa, El capek nungguin Mama pulang selama 5 tahun terakhir. El cuma mau tau Mama dimana, dan apa alasan Mama pergi waktu itu! Itu. Itu yang El mau!" Nathaniel berucap panjang lebar, mengeluarkan segalanya yang terpendam sejak lama. Air mata dipipinya membuktikan betapa rindunya Nathaniel pada sosok Sang Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something that can't be Tied
Roman pour Adolescents[SELESAI] "Kita memang dipertemukan oleh semesta. Namun semesta juga lah, yang tak membiarkan kita untuk bersama.." -Alana Aurellia . . . "Nathaniel, kita.."