Part :22

87 4 0
                                    

-Happy Reading-

Setelah bell pulang berbunyi, Alvaro langsung pergi ke kelas Aldara di ikuti ke empat temannya.

Saat mereka sampai ternyata Aldara baru keluar kelas bersama Amanda, melihat pacarnya yg baru kelujar Azka buru buru menghampiri Amanda.

"Eh! Ngagetin aja lo!" ketus Amanda.

Azka memberikan cengiran. "Hehe ya maaf sayang."

"Da ko lo mau sih pacaran sama modelan ke si Azka?" tanya Edgar di akhiri kekehan.

"Khilaf gue duh." jawab Amanda santai.

"Sayang! Ko kamu gitu sih!" Azka mencebikkan bibirnya.

"Najis alay!" ledek Kenzo di akhiri tawa.

Mereka semua tertawa kecuali Alvaro, dia hanya memasang wajah datar dan memasukan satu tangan nya ke saku celana.

"Gue sama Amanda duluan ya, dadahhh!" Azka berjalan sambil melambai lambaikan tangan nya.

"Kita juga duluan ya." ucap Edgar pada Alvaro dan Aldara.

Alvaro mengangguk, lalu mereka bertiga langsung pergi.

"Ayo pulang." ajak Alvaro.

Aldara hanya mengangguk, ntahlah kenapa sekarang mereka jadi canggung.

***

Aldara turun dari motor Alvaro, lalu membuka helm yg berada di kepala nya.

"Mau mampir dulu?" tanya Aldara.

"Ngga deh kapan kapan aja." jawab Alvaro sambil menguyar rambut hitam nya ke belakang.

"Oh yaudah." hanya itu yg keluar dari mulut Aldara.

"Sepi banget, ayah sama bunda lo kemana?"

"Lagi pergi ke acara kayany." jawab Aldara pelan.

"Yaudah gue pulang dulu ya." ucap Alvaro lalu mengusak pucuk kepala Aldara.

"Jangan ngebut ngebut bawa motornya."

Alvaro hanya mengangguk, lalu menyalakan motornya dan setelahnya pergi meninggalkan rumah Aldara.

***

Setelah selesai makan malam tadi, Aldara kembali ke kamar dan menonton film.

Mendengar hp di samping nya berbunyi, Aldara pun mengambil nya.

"Alvaro? Ngapain nelpon malem malem?" Aldara pun langsung mengangkat panggilan telpon dari Alvaro.

"Hallo Al kenapa?"

"Mau martabak?"

"Hah? Martabak?"

"Mau ga?"

"Yaudah deh mau."

"Oke tunggu bentar!"

Tut

Aldara mengerjap ngerjapkan matanya, ini Alvaro kenapa sih suka tiba tiba deh! pikir Aldara.

Dia memilih untuk melanjutkan menonton film drakor nya, baru saja mau memakan camilan tiba tiba pintu nya di ketuk.

Aldara pun membuka pintu. "Eh bunda! Kenapa bun?" tanya nya.

"Ada pacar kamu tuh di luar." ucap Dewi dengan di akhiri kekehan.

Aldara tersenyum kikuk. "Nanti Aldara turun deh, mau beresin laptop dulu."

"Yaudah jangan lama ya, kasian dia nunggu lama!" setelah mengatakan itu Dewi pun pergi meninggalkan kamar Aldara.

Alvaro menoleh ke belakang saat mendengar namanya di panggil, cowo tampan itu tersenyum manis pada gadis yg sudah berdiri di hadapannya.

"Nih!" Alvaro menyodorkan kresek yg berisi martabak.

Mata Aldara berbinar menatap kresek yg di berikan Alvaro, padahal dia sudah makan malam tapi saat mencium aroma martabak dia jadi lapar kembali.

"Duduk dulu yu!" ajak Aldara.

Alvaro hanya mengangguk saja, lalu mereka duduk di kursi teras depan rumah.

"Pelan pelan sayang makan nya." ucap Alvaro saat melihat Aldara memakan martabak dengan begitu lahap.

Aldara tersenyum kikuk, lalu kembali melanjutkan memakan martabak.

"Sengaja beli martabak?" tanya Aldara.

"Ngga juga sih. Tadi abis dari rumah Edgar, pas lewat pasar malem liat tukang martabak, terus keinget lo mangkanya gue beli." jawab Alvaro santai.

Aldara hanya ber 'oh' ria. "Mau?" tanya nya dengan wajah polos.

Alvaro terkekeh gemas melihat nya, Aldara menawari nya martabak yg hanya tinggal satu.

"Suapin dong!" pinta Alvaro.

"Lo kan punya tangan, makan sendiri dong." cibir Aldara.

Alvaro menyondongkan wajahnya ke depan wajah Aldara. "Kalo gue maunya di suapin lo gimana?" tanya Alvaro sambil menatap mata Aldara.

"Ish! yaudah yaudah nih gue suapin!" Aldara mengerucutkan bibirnya.

Alvaro membuka mulutnya, dan menerima suapan dari Aldara.

Setelah menghabiskan martabak, mereka berdua masuk ke dalam. Alvaro berpamitan pada kedua orangtua Aldara karna hari sudah semakin malam.

***

"Lo kenapa gar? tumben banget diem diem bae." ucap Kenzo sambil merangkul bahu Edgar.

Edgar menggeleng, "Gue gapapa." jawab nya dengan senyum paksa.

"Lo gabisa boongin kita!" seru Reza.

"Mau lo bilang lo baik baik aja pun percuma, kita bisa liat dari wajah lo." ucap Azka.

"Kita berempat temen lo bahkan udah kaya keluarga, apa lo gamau cerita ke kita tentang masalah lo?" kali ini Alvaro yg berbicara.

Edgar menarik nafas kasar, "Bokap gue selingkuh!" ucap Edgar pasrah.

"Serius lo?" tanya Kenzo yg terkejut.

"Lo tau darimana kalo bokap lo selingkuh?" tanya Reza yg sama terkejut nya.

"Tadi pagi pas gue berangkat sekolah, gue liat bokap gue cium kening perempuan lain di depan cafe." jelas Edgar yg sudah menunduk.

Ke empat temannya merasa terkejut, mereka merasa kasihan pada Edgar.

"Gue tau ini emang berat buat lo, apalagi nyokap lo lagi sakit kan. Tapi kita yakin lo pasti kuat, dan bisa hadepin ini dengan lapang dada." ucap Azka berusaha menyemangati teman nya.

"Lo pokus aja rawat nyokap lo, gausah terlalu mikirin soal bokap lo." saran Reza.

"Kalo lo butuh bantuan kita tinggal bilang aja, kita pasti bakal bantuin lo." ucap Kenzo antusias.

"Makasih lo semua udah semangatin gue, gue gatau gimana jadinya kalo sampe nyokap gue tau tentang ini."

Mereka berempat mendekati Edgar, dan saling merangkul layaknya saudara.

"Kita berempat juga Black Wolf bakal selalu ada buat lo, jangan ngerasa lo sendirian kita semua saudara lo." ucap Alvaro

Edgar hanya membalasnya dengan anggukan, mendapat teman seperti mereka merupakan sebuah anugrah bagi Edgar.











Semoga suka sama part ini..
See you next chapter.

Jangan lupa vote nya..

ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang