-Happy Reading-
Aldara mengajak Alvaro untuk duduk di bangku taman, kebetulan cuacanya juga tidak terlalu panas.
"Ko gue baru tau lo punya abang." ucap Alvaro.
"Tiga taun yg lalu abang gue kecelakaan, dan kita ngiranya dia udah meninggal."
"Terus? Ko sekarang masih idup orangnya?" tanya Alvaro dengan wajah polos.
Aldara tersenyum lembut, lalu mulai menceritakan semua nya. Alvaro hanya menyimak, dan sesekali mengangguk faham.
***
Setelah mengenakan kaos hitam kesayangan nya, Alvaro duduk di tepi kasur untuk mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.
Dingin nya angin malam, menerobos masuk ke dalam kamar Alvaro lewat pintu balkon kamar nya. Di rasa rambutnya sudah kering, Alvaro pun beranjak pergi untuk menutup pintu karna angin nya semakin kencang.
Alvaro meraih hp nya yg ada di meja belajar, saat mendengar ada panggilan telpon masuk. Melihat nama Azka yg tertera, Alvaro langsung mengangkat nya.
"Alvaro gawat markas kita di serang!" ucap Azka dengan napas yg tidak beraturan.
"Oke gue otw ke sana." setelah mengatakan itu Alvaro menutup panggilan telpon.
Dia langsung mengambil jaket kulitnya dan juga kunci motor, lalu bergegas pergi ke luar mengambil motor.
***
Saat sampai di tempat yg Azka bilang, dia langsung membantu para anggota Black Wolf yg sedang bertarung dengan anak anak SMA Cakrawala.
Alex dan teman temannya juga ikut membantu geng Black Wolf, untuk melawan anak SMA Cakrawala yg jumlahnya cukup banyak.
Salah satu anak geng Black Wolf melihat jika ketua dari SMA Cakrawala mengeluarkan pistol dan mengarahkan nya pada Alvaro, karna melihat Alvaro yg sibuk bertarung dia pun segera berlari ke arah Alvaro agar Alvaro tidak terkena tembakan.
Dor..
Peluru dari pistol itu mengenai dada kiri pemuda yg berlari tadi, Kenzo menoleh ke arah suara tembakan. Dia di buat syok, saat menyadari ternyata salah satu anggota Black Wolf tertembak.
"Woy Azam ketembak!" teriak Kenzo yg membuat pertarungan terhenti.
Anak anak SMA Cakrawala langsung bergegas pergi meninggalkan markas Black Wolf, sedangkan Alvaro dan seluruh anggota lain menghampiri pemuda yg bernama Azam itu.
Meruka semua panik melihat keadaan Azam, apalagi melihat dada kirinya yg terkena tembakan.
"T-tadi d-dia mau n-nembak Alvaro." ucap Azam terbata bata.
Nafas pemuda itu semakin tidak beraturan, karna dadanya semakin terasa sesak.
"Kita harus bawa Azam ke rumah sakit!" teriak Alvaro pada semua anggota nya.
Mereka semua pun mengangguk, lalu menelpon Ambulan. Setelah ambulan datang, mereka membawa Azam masuk ke dalam mobil.
Alvaro menyuruh Reza dan Kenzo juga beberapa anggota untuk ikut di dalam mobil, sedangkan separuh anggota lain juga Alex mengikuti dengan motor ke rumah sakit.
***
Alvaro terus mondar mandir di depan ruang UGD, dia benar benar merasa bersalah karna sudah lalai menjaga anggota nya. Azam merupakan anak yatim piatu, Alvaro maupun anggota nya yg lain begitu prihatin pada Azam.
"Arrgghh kenapa gue bodoh banget si! Ketua macam apa gue!" Alvaro mengacak ngacak rambut nya prustasi.
"Tenang Al tenang, dia bakal baik baik aja ko di dalem." ucap Azka menenangkan Alvaro.
"Tapi gue udah bikin dia dalam bahaya, gue gagal jadi ketua yg baik dan tanggung jawab ka." lirih Alvaro.
"Ini semua bukan salah lo Al, lagi pula kita semua gatau kalau ketua mereka bawa senjata." sela Alex yg juga berusaha menenangkan Alvaro.
Azka mengusap ngusap pundak Alvaro, agar cowo itu sedikit lebih tenang.
Pintu UGD terbuka, dan keluar lah dokter yg menangani Azam. Alvaro langsung beranjak bangun, dan menanyakan keadaan Azam.
"Gimana dok keadaan temen saya?" tanya Alvaro dengan wajah yg sudah memerah.
"Peluru yg ada di dada kirinya berhasil di keluarkan, namun sayangnya pasien mengalami koma dan keadaan nya kritis." jelas dokter.
Mereka semua memejamkan mata, saat mendengar kabar mengenai Azam. Alvaro menutup wajah nya dengan telapak tangan, jika sampai hal buruk terjadi dia benar benar tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
Alvaro memutuskan untuk tetap di rumah sakit karna mau menjaga Azam, dia di temani oleh anggota inti Black Wolf dan beberapa anggota lain. Sedangkan sebagian dari anggota nya pulang ke rumah masing masing, Alvaro juga menyuruh keempat temannya dan anggota yg ikut berjaga untuk pulang tapi mereka menolak dan tetap ingin di rumah sakit.
"Bentar ya bokap gue telpon." ucap Alvaro lalu sedikit menjauh.
Alvaro langsung mengangkat panggilan telpon dari ayah nya, dia tau pasti orangtua nya khawatir karna dia belum pulang.
"Hallo pah."
"Kamu dimana? Ko belum pulang." ucap Adijaya dari sebrang telpon.
"Alvaro lagi di rumah sakit pah."
"Loh kamu kenapa? Baik baik aja kan?"
"Iya Alvaro baik baik aja. Alvaro ijin ga pulang ya pah, soalnya mau jagain temen Alvaro di sini."
"Yaudah kamu baik baik di sana, nanti papah bilangin ke mamah kamu biar dia ga khawatir."
"Iya pah, makasih!"
Setelah mengatakan itu, panggilan telpon nya berakhir. Alvaro kembali menghampiri teman temannya, lalu duduk karna merasa pegal.
Gimana part kali ini, seru?
Semoga kalian suka ya..
Jujur ya meskipun yg vote cuma dikit, tapi seneng banget liat yg bacanya ternyata udah banyak huhu 😭Pokonya makasih banyak banyak buat yg udah baca, dan nungguin cerita ini sampe part sekarang..
Pas awal awal tu aku sempet mau hapus cerita ini, soalnya yg liat dikit banget. Tapi sekarang ga nyangka banget pas tau banyak yg baca ternyata, jadi makin semangat buat lanjutin book ini huhu.
Jangan lupa vote.
See you next chapter guys<3
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO
Teen FictionAlvaro Adijaya Ketua geng Black Wolf Yg terkenal menyeramkan dan dingin. Siapapun ga ada yg berani nyari masalah Sama Alvaro, kecuali Rivalnya. Penasaran? yu kepoin.