K

548 66 6
                                    

"Aku berpikir kamu tidak akan datang." intonasinya lembut seperti biasa, dan Jungkook yang mendengar memalingkan muka sembari mengangguk mengiyakan.

"Aku harus datang. Setidaknya untuk membiarkan Haneul memberi salam sebelum kamu pulang."

lee Jieun tertawa, mengucapkan terima kasih karena telah pengertian sebelum membawa Jungkook masuk ke gedung pengadilan untuk mengurus hak asuh anak yang pindah ke tangannya.

Mantan istrinya menyapa pengacara pribadi dan hakim penananggung jawab di dalam ruangan, bertukar sapa sebentar lalu di arahkan untuk duduk dan mulai berdiskusi.

"Tuan Jeon, anda yakin dengan keputusan anda?" hakim itu melontarkan pertanyaan seraya menuliskan sesuatu di atas kertas, meliriknya yang mengangguk tegas.

"Ya."

Selanjutnya ia bertanya hal yang sama pada Jieun dan jawaban wanita itu juga sama dengan jawabannya.

Ketuk palu bergaung mengisi udara, dan pernyataan resmi hakim membuatnya mengusap wajah lega.

"Dengan ini saya nyatakan bahwa hak asuh Jeon Haneul akan diwenangi oleh Jeon Jungkook, selaku ayahnya."

Jimin mual. Dan Yeonjun tidak tahu harus membantunya dengan cara apa.

"Senior?"

Suaranya berdengung dikoridor menuju aula, disampingnya terdapat pintu kamar mandi yang tertutup rapat bersama suara Jimin yang mendesis keras.

Yeonjun dititah agar diam diluar, dan sebagaimana ajaran tata krama dalam kerajaan, ia harus patuh pada apa yang di perintahkan oleh yang lebih tua. Tapi kalau keadaannya begini, Yeonjun tidak dapat mengelak bila ajaran itu bisa ia abaikan sekarang karena cemas yang membludak.

"Aku masuk ya?" ia berteriak lagi, hendak mendorong pintu sebelum Jimin balas berteriak lemah.

"Tak perlu, aku baik baik saja."

Pria itu mengerling pelan ketika pandangan memburam, perutnya terasa di lilit kuat, dan ia sudah berupaya mengeluarkan isi walaupun tidak membuahkan hasil.

Kakinya tak lagi bisa menopang berat tubuh, lantas berpegang pada dinding juga tak ada gunanya ketika ia telah jatuh lebih dulu menghantam dinding disebelahnya.

Kepalanya berputar, dan rasa mual itu muncul semakin parah. Namun ia tak ingin juniornya semakin terbebani karena penyakitnya yang tiba tiba.

"Senior, ijinkan aku masuk dan memeriksa keadaanmu." Yeonjun kembali berteriak, dan Jimin tidak bisa mengeluarkan suara karena takut itu akan memicu mualnya keluar dan ia tak bisa bangkit menggapai closet ataupun wastafel.

Yeonjun yang tak mendengar jawaban apapun semakin kalut, takut kalau pria rupawan didalam telah kehilangan kesadaran atau kemungkinan-kemungkinan buruk lainnya, langsung mengambil tindakan membuka pintu dengan tergesa dan meraih pundak Jimin yang hendak terjatuh.

"Senior?"

Jimin membuka matanya, sebelah tangannya menggenggam lutut teramat kuat dan sebelahnya lagi memegang lengan Yeonjun yang tengah meneliti keadaannya.

"Perutku...sakit, Yeonjun-ah." ujarnya pelan. Pemuda dihadapannya mengangguk paham kemudian ingin memapahnya keluar, sebelum Jimin melempar kepalanya ke belakang hingga leher jenjang polos berhias urat urat mengencang dan teriakkan kesakitan sebelum pria itu jatuh pingsan.

"Astaga, demi tuhan, senior seperti sedang merenggang nyawa."

Rumah sakit Busan, ruang rawat inap intensif VVIP.

Jungkook dapat pesan itu usai Yeonjun menelponnya dua jam lalu. Kendati telah mengendarai dengan kecepatan maksimum, ia tidak puas karena waktu tempuh yang terlampau lama.

Jieun melepasnya pergi dengan mengatakan akan mengurus sisanya. Wanita itu berkata akan menyusul setelah semuanya selesai.

Dan disinilah ia sekarang, berlari sekuat tenaga menyusuri koridor lantai teratas rumah sakit besar di Busan usai menempuh enam puluh menit perjalanan dengan helikopter dan enam puluh menit lainnya untuk menyusuri jalan kota Busan yang padat menuju rumah sakit.

Melupakan letih yang membasahi seluruh badan, Jungkook berhenti sebentar sewaktu pandangannya menangkap pemuda berkacamata dan masih lengkap dengan pakaian dinasnya tengah melangkah keluar dari suatu ruangan dan menutup pintu sembari menghela nafas dan terlihat gusar.

"Yeonjun!"

Berpaling terkejut ketika namanya bergaung di seluruh penjuru, mata minusnya menemukan pria jangkung sedang berlari menujunya.

"Dimana Jimin? Bagaimana kabarnya? Apa terjadi sesuatu yang buruk padanya?"

"Hyung-nim, tenang. Senior Jimin sekarang sudah baik baik saja,  kamu tak perlu khawatir karena dia dan bayinya baik baik saja."

Jungkook mengangguk dengan nafas berangsur lega, "Oke, dia dan bayinya baik baik saja, itu bagus."

Yeonjun ikut mengangguk, tersenyum lebar dan detik berikutnya ia terlonjak kaget begitu Jungkook ber teriak disampingnya.

"Huh?!" kerut di dahinya tercipta. Duda itu menatap penuh pada Yeonjun yang menyengir lebar padanya.

"Tunggu, kamu bilang apa tadi? Bayi?"

Pemuda itu menggasak hidungnya semangat lalu memukul lengan Jungkook main main.

"Selamat Hyungnim. Senior Jimin tengah mengandung adik Heneul sekarang."




Well, ternyata masih beberapa chapter lagi. Hehe

Viudo: Bad GentleManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang