N

730 81 0
                                    

"P,pengaman! Pakai pengaman, Jungkook-gun!"

Menggeram buas, Jimin berdecak tak suka begitu Jungkook melesak masuk begitu saja tanpa menghiraukan perkataannya.

Menjerit keras, Jimin melempar kepala begitu rasa sakit menjalari seluruh tubuhnya tanpa ampun. Ini yang pertama kali, dan Jungkook lupa kalau meniduri Jimin butuh penetrasi lebih lembut dari yang ia lakukan kepada teman tidur sebelum-sebelumnya.

"ARGHH!!"

Urat di sepanjang leher mencuat, seprai kusut karena genggaman kuat dari jemari Jimin yang menahan nafas merasakan betapa besarnya Jungkook di dalamnya.

"S,sakit Jungkook, sakit" gumamnya parau, sang dominan mencium permukaan wajahnya secara menyeluruh, meminta maaf. Membiarkan gerut tak nyaman Jimin di punggungnya yang sudah pasti memerah.

"Allow me to move?"

Menyamankan posisi, Jimin mengatur nafas sebelum mengangkat pinggul lebih tinggi dan membiarkan Jungkook memasukinya lebih dalam. Bibirnya di raup kembali, Jungkook menghujam perlahan di iringi desis teman tidurnya yang jelita.

Terbesit wajah Jieun sepintas, Jungkook menggelengkan kepala sesudah menyadarkan diri bahwa sosok di kukungannya adalah lelaki matang yang siap mencintainya sampai kapan pun. Tanpa tuntutan dari pihak lain, maupun menjadi seseorang yang harus ditiduri agar mendapatkan seorang cucu untuk orang lain.

Jungkook lupa siapa yang lebih dulu mencium ketika mobilnya sampai di basement dan siapa yang melucuti pakaian hingga mereka telanjang bersama di atas kasur, sekarang.

"AH!"

Titik surgawinya di pukul tepat sasaran, dan Jungkook mengerang kencang karena rektrum Jimin menyelimutinya dengan erat. Kepala berpaling resah, Jimin menggapai pundak Jungkook dan memegangnya kuat, ia butuh pegangangan atau dunia akan semakin sirna di kepalanya.

"Mhm! D,disana, ya disana! ANGH!!"

Peluh membasahi dahi dan Jungkook tak bisa berhenti untuk menghujam semakin dalam. Karena demi tuhan, molek tubuh prianya sungguh membakar birahi dan menaikan libido agar benihnya tertanam habis di perut rata lelaki di bawahnya.

Mengerang tertahan bersama desah sensual Jimin, sebelah tangan menekan pinggul dan mencengkramnya kuat, sedangkan sebelahnya lagi mengangkat betis menuju pundak lalu bergerak merendahkan badan bersama hujam semakin dahsyat.

Jimin menggerung terisak, rasanya terlalu nikmat dan euforia di sekitarnya mendadak mengguncang raga karena pergumuluan yang luar biasa. Kepalanya menyelinap di sela leher putih bersih bak porselen, menggigit pundak dan dua hentak setelahnya Jungkook mengeluarkan putihnya bersamaan dengan Jimin.

Tawa kecil bersautan dengan nafas tersendat dan dada yang naik turun hingga saling membentur. Jimin balas menggigit kendati atmosfir bercinta di sekitar mereka semakin menyusut rendah.
Mengecup pelipis sembari berguman serak, Jungkook balas terbahak mendengar suara Jimin yang menyeramkan "Apa anakmu sudah menjadi anak'ku sekarang?"

Mengangguk setuju, yang bersangkutan menarik diri dan duduk tegak di antara kaki Jimin. Menyibak helaian rambut basah sambil pamer otot dada juga perut yang terbentuk sempurna.

Melepas penyatuan, Jimin mendesis lelah begitu kemaluan duda itu bergoyang lambat seolah puas menerkamnya.

"Langsung tidur atau mandi terlebih dahulu lalu kita makan?"

Mengangkat kepala dari atas bantal, Jimin berpaling menatap jam dinding di disamping lemari. Oh, pukul dua pagi.

"Mau digendong?"

Viudo: Bad GentleManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang