Ini sabtu pagi, hari libur dari kerja lima harinya yang tak pernah usai. Tapi, Jimin harus merelakan istirahatnya karena seorang pria yang sekarang meneteskan air liur melihat pedagang kaki lima yang berjejer rapi di sudut kota kelahirannya.Ia sempat bertanya pada saudara tirinya selaku orang terdekat yang punya pengalaman terkait seseorang yang tiba tiba berkeinginan aneh sepanjang hari, seperti sekarang, Jungkook bergerak antusias mengitari outlet jajanan lokal yang tersedia, membiarkan Jimin duduk menatapnya dari kejauhan. Memperhatikan bagaimana pria itu membawa beberapa makanan di tangannya usai mengantri didepan banyak truk makanan, kemudian menghampirinya.
"Oh, aku kaget, Jungkook-gun." ujarnya membantu sang kekasih yang bergegas membuka tutup plastik ramen dan kimchi lalu melahap hingga Jimin menegurnya akibat nyaris tersedak.
Menyingkirkan poni kesisi dahi, Jungkook hanya memberinya senyum kelewat lebar dan kembali menyantap makanannya usai berucap terima kasih.
"Hei, im the one who got pregnant anyway. And look what i see now?" Jimin menyodorkan minum kehadapan Jungkook yang menerima senang hati "kamu yang mengidam, Jungkook-gun."Yang bersangkutan menoleh dengan kerut tak terima, meletakkan sumpit di atas meja lalu mengutarakan protesnya.
"Aku punya pengalaman menghadapi orang hamil, Jimin-shi. Dan yang kamu sebutkan tadi termasuk konyol."
"Oh ya?" alis sebelah kanan terangkat dengan muka pongah yang semakin membuat Jungkook tersinggung. "Lantas tahukah kamu kalau selama seminggu ini aku nyaris mati karena kamu ingin dimasakan ramen di jam dua pagi?"
"Kalau memang aku yang mengidam, kamu tak akan kerepotan karena aku mau membunuhmu sekarang juga."
Jungkook melunakkan ekspresi, memajukan kepala untuk bersandar di bahu sang kekasih yang memerah tersulut emosi. Geraman halus mengudara bersama dekap hangat agar Jimin berhenti marah.
"Maaf, aku tidak pernah dengar kalau ada sesuatu yang seperti ini juga."
Oho, Jimin juga bertanya tentang suasana hati yang naik turun bagai jungkat jungkit seperti ini. Maka dari itu ia yakin, bahwasannya Jungkook-lah yang tengah mengidam.
"Makanya sering-sering membaca, duda tampan."
•
•
•
Jimin menggeser segelas kopi hitam dihadapan Jieun yang diam menatapnya.
"Sudah dapat restu," kata wanita itu sembari meliriknya"lalu mana cincin lamarannya?" dan dilanjutkan dengan pertanyaan dengan raut muka menyebalkan.
Jimin angkat bahu, dan duduk di sofa sebrangnya. Saudara tirinya itu tergelak kecil, berucap terima kasih atas minumannya dan meneguk sambil menanti dia kembali berucap.
"Ku anjurkan secepatnya, Jimin. Apalagi kamu sedang mengandung sekarang, apa Ayah tahu tentang ini?"
"Ya, dan restu Jungkook nyaris di tarik karena hal ini."
Jieun mengangguk, lengannya terjulur meraih tangan Jimin dan menggenggamnya. Mengusap punggung tangan pria itu kemudian tersenyum lebar.
"Aku setuju, jika kamu datang kesini untuk bertanya kesediaanku datang ke pernikahanmu." Jieun menatap lama mata adiknya yang sekarang berbinar indah.
"Jeon Jungkook was a good man. I can say that because i already had one night stand at the old days."
Jimin terpekur sambil tertawa keras. "Shut up, Nuna."
Usai pamit meninggalkan kafe dan mengendarai mobilnya, Jimin dapat panggilan dari sahabat tersayang yang masih betah berada di London meski ia sudah hampir siap menjadi pasangan hidup sepupu suaminya.
"Selamat pagi, Jimin."
"Pagi juga, Kak."
Ada jeda sebentar selagi Jimin berusaha memarkirkan mobilnya di pelataran kediaman besar keluarga Jeon. Ia harus datang karena Ibu Jeon memintanya mengurus beberapa hal.
"Are you driving?"
Jimin membuka seatbelt, menarik kunci dan keluar sembari bergumam menjawab pertanyaan Yoongi.
"Iya. Jadi kamu tidak perlu memarahiku lagi yang selalu berpikir untuk tidak membeli mobil agar mengurangi polusi."
Ada kekeh kecil yang ia rindukan membalasnya. Jimin melangkah ringan sambil menyapa beberapa pelayan yang menyambutnya di ruang utama, menyusuri koridor menuju kamar Jungkook adalah tujuannya sekarang.
"Well, that's good. Aku dengar kamu akan menikah pekan depan?"
Jimin mengerutkan kening sebentar "Apa Jungkook memberitahumu bahwa pernikahannya diselenggarakan pekan depan?" tanyanya lalu membuka pintu dan berjalan masuk, meletakkan dompet, kunci mobil, dan kotak rokoknya di meja, dan mendudukkan diri di sofa panjang dekat jendela setelah melepaskan sepatu dan kaus kakinya.
"Aku dengar dari Taehyung tadi sih begitu. Padahal waktu menelponmu kemarin, masih tiga pekan lagi kan?"
"Iya benar, tapi waktunya dimajukan lagi sepertinya. Kamu bisa pulang lusa? Orang tua Jeon dan ayahku sudah sepakat akan di selenggarakan hari Minggu, tiga hari lagi."
"SHITT!!"
Jimin sempat menjauhkan ponselnya sebentar karena Yoongi mengumpat keras disamping telinganya.
"Hyung? "
"Kalian memang konyol. Kenapa baru memberitahuku sekarang?! Aku mau pesta melepas lajang bersamamu!!!"
Jimin benar benar menjauhkan telponnya dan tertawa keras, ia bahkan bisa mendengar suara Taehyung yang menegur pria pucat itu di sebrang.
"Hey Jim, i'll go to your house tomorrow, so be preapre, honey."
"Ya ya, datang saja. Aku akan menunggumu."
Dan Jimin memutus sambungan bersamaan dengan sebuah kecupan manis di pipinya.
"Kamu sibuk sekali sampai tidak dengar aku masuk, Jimin-shi."
Jimin mendongak, menatap pria-nya yang tersenyum sembari merunduk balas menatapnya. Dia menjulurkan tangan, meraih tengkuk Jungkook yang patuh untuk melumat bibir kenyal kekasihnya.
"Ibu sudah di bawah menunggumu. Perlu ku sampaikan kamu mau istirahat dulu?"
Jimin menggeleng kecil, bangkit berdiri dan mendorong pundak Jungkook pelan agar ganti pria itu yang duduk, lalu bergerak menaiki paha dan duduk disana.
"Aku akan turun usai mengulum penismu dahulu."
"Astaga sayang, aku baru datang."
...dua bab lagi yaaa

KAMU SEDANG MEMBACA
Viudo: Bad GentleMan
Short StoryDefinisi dari seorang duda tampan, mapan, adalah Mr. Jeon, tapi Park Jimin selaku mantan iparnya menolak keras pendeskripsian di atas. "Kamu tidak pernah memberiku uang untuk belanja, makanya aku tidak suka!" "...kamu bisa ambil dompetku Jimin-shi...