9 | Suka yang Mana?

161 44 6
                                    

include: kata-kata kasar.

p.s. buat yg baca lookism di webtoon, mungkin bisa tau sedikit tema yg aku usung ^^ *dan beberapa istilah yg ada.

═════════•°•⚠️•°•═════════

"Kak, rumah kosongnya selalu bersih kan?"

Sang kakak mengerutkan dahinya, ia menoleh pada adik perempuannya yang tiba-tiba bertanya di saat ia yang sibuk akan segala bisnisnya di depan laptop. "Lo mau apa?"

"Buat temen gue. Di sana aman, kan?"

Kini, atensi sang kakak sepenuhnya berada ke adiknya. Ia mengembuskan napas beratnya. "Sejauh ini aman. Tapi gue nggak bisa jamin. Emang semiskin apa temen lo sampai mau tinggal di rumah kita?"

Adik perempuannya itu mendecak. Ia yang tadinya bersandar di dinding jadi menegak. "Jaga mulut lo. Gue cuma mau bebasin dia dari ibunya yang bejat."

Kakaknya tergelak. Tawa renyahnya terdengar mengejek. "Urusan lo?"

Urat wajahnya timbul. Perempuan itu kembali berdecak. "Pokoknya bilang ke semua temen berandal lo, jangan ada yang ke rumah sana walau cuma lewat. Gue nggak mau temen gue lecet." Setelah itu ia pergi dari ruangan sang kakak. Meninggalkan tawa yang semakin keras mengejek di dalam sana.

"y/n! Lo mana ada punya temen, yang ada lo suka sama dia!"

"Bacot!"

Gebrakan pintu terdengar. Sang kakak semakin tertawa keras. Ah, adiknya memang istimewa.

Tapi sebentar, suka? Ia seketika menegaskan ekspresinya. Dengan cepat ia meraih ponsel yang ada di samping laptop menyalanya. Menekan nomor kontak yang ia ingini dan tersambung. Suara seberang menyapa, "Halo?" dengan heran.

"Ada masalah, Kak?" tambahnya.

Laki-laki itu menggigit bibir bawahnya tak sabar, ia segera menyahut. "Kira-kira, lo tahu nggak adek gue deket sama siapa akhir-akhir ini?"

Alis seseorang diseberang mengerut. Tapi matanya segera membola, mulutnya terbuka, menjawab, "Ah, yang gue tahu sih, namanya Renjun. Mereka lagi deket karena ada urusan buat acara sabtu besok di sekolah."

"Acara? Yakin cuma itu?"

Ada anggukan yang tak bisa dilihat. Suara diseberang kembali terdengar. "Iya. Kenapa? Lo ada masalah sama Renjun, Kak?" Meski tak yakin, seseorang itu bertanya. Namun yang lebih tua mendecak.

"Bukan apa-apa. Omong-omong, gue denger lo mau ngumpulin anak. Kenapa nggak rundingan dulu sama gue, Jeno?" Sekarang, ia fokus akan masalah lain. Ekspresinya menegas, lebih tak santai dari sebelumnya. Ada hening sejenak. Sebelum ia kembali bicara.

"Lo pikir, lo siapa Jeno? Ketua?" sindirnya.

"Ah, bukan. Kak—maksud saya, Ketua. Maaf."

Yang dipanggil ketua mendecih. Hening kembali menguasai. Ia mendongak menatap langit-langit ruangannya, lehernya menempel pada kepala kursi. Tubuhnya terlihat santai tenggelam di empuknua sofa kulit hitamnya. Ia kembali bersuara.

"Buat apa lo butuh mereka?" tanyanya tak acuh. Dirinya seratus persen tahu apa rencana dan alasan salah satu anggotanya. Tapi ia tetap ingin bertanya. Memangnya, sepenting apa seseorang yang telah mati itu bagi Jeno?

Ada kepalan tangan kuat yang memunculkan setiap urat yang Jeno punya. Giginya terbungkam kuat, sebelum dengan tegas menjawab.

"Saya mau mereka mati, Ketua. Saya mau mereka yang bunuh Jaemin... mati tanpa sisa. Saya mau balas dendam, untuk teman saya."

Sang ketua menyeringai. "Teman, ya?" Senyuman lebarnya terpatri. Lidahnya menekan gigi gerahamnya kuat. Ia mengangguk-angguk paham. "Kalau gitu, lakuin sesuka lo. Tapi gue mau, lo kasih semua info tentang Renjun ke gue."

"Renjun?"

"Lakuin tanpa ketahuan, Jeno. Gue tunggu telepon lo besok."

Sambungan diputus sepihak. Ia menghela napasnya. Membuang ponsel genggamnya asal di atas sofa. Ia kemudian mendengkus, tawa kecilnya terdengar. Lantas kepalanya menunduk, lalu menggeleng pelan.

"Dasar anak muda."

Ia kembali pada bisnisnya. Mengacuhkan setiap perilaku yang orang sekitarnya lakukan. Ah, dia jadi teringat masa lalu. Padahal rasanya itu baru kemarin. Tapi nyatanya generasi baru telah datang, ya?





[]

"Suara lo bagus Ren. Telinga gue nggak pernah salah buat suka."

Renjun kembali tersenyum senang mendengar pujian dari perempuan di seberang telepon. Earphone dipasangnya dengan nyaman di kedua telinga miliknya. Ia membalas, "Lo suka sama suara gue atau orangnya juga?"

Hanya hening yang tercipta. Tapi suara gemerasak tiba-tiba hadir dari seberang. Tak lama, sebab sambungan telepon pun putus. Renjun mendelik heran. Ia menatap ponsel yang mati menandakan panggilannya yang usai. Namun, kemudian ia mendapatkan pesan dari orang yang baru saja berbicara dengannya lewat ponsel.

Si Ketua OSIS
|maaf, Ren. sinyal gue jelek.
|tadi lo bilang apa?

Sekarang Renjun mulai sadar. Ia melotot tak santai. Segala umpatan membodohi diri sendiri juga terlontar bebas dari mulut tipisnya. Ah, Renjun bodoh sekali. Memalukan!

You
Oh, engga penting kok.|
Sampai ketemu besok di hari H|
Semangat Ketua!|

Tentu saja Renjun akan mengelak! Mana bisa dia mengulang pertanyaan yang mirip akan gombalan itu pada si ketua. Ah, beruntung sambungan telepon mereka sedang jelek.

Oh? Tapi kata siapa?

═════════•°•⚠️•°•═════════

Friday, 6 May 2022

(+) kalian mau cerita actionnya lebih dominan atau balance?

Aram Temaram - Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang