15 | Debarannya Kembali

104 32 7
                                    

include: kata-kata kasar.

═════════•°•⚠️•°•═════════

Jeno kembali datang ke tempat Yuta. Rumah utama keluarga Nakamoto itu begitu megah. Meski hanya ada dua anggota keluarga yang tinggal. Sabtu pagi ini, ia dipanggil oleh sang pemegang kuasa dalam kelompoknya. Mungkin hendak membahas sesuatu mengenai sang adik yang telah Jeno laporkan semalam.

Jeno duduk di hadapan Yuta yang tengah menutup laptopnya di atas meja dan melepas kacamata anti radiasi dari wajah. Ia menatap Jeno yang duduk diam menunggu pertanyaan terlontar dari bibir Yuta.

"Lo tahu kalau gue nggak akan ikut rencana balas dendam lo, kan?"

Jeno tak terkejut, ia mengangguk tahu. "Iya. Karena itu, gue nggak bilang kalau mau kumpulin anggota sebelumnya. Maaf, Kak." Ah, rupanya bukan tentang sang adik.

Yuta mengangguk masa bodoh. Ia menyandarkan siku kanannya di atas pinggiran sofa, menyangga wajahnya dengan punggung tangan. Memandang Jeno dengan senyuman miring yang terlukis mengejek. "Udah dapet siapa aja?"

Mata Jeno membulat, ia nampak tak siap dengan pertanyaan yang Yuta lontarkan. Ia berdeham sebelum menjawab dengan gagu. "Gue sendiri udah berhasil bujuk satu dari tiga orang incaran gue. Si ahli muay thai, Bambam."

"Bambam?" Yuta agaknya terkejut karena Jeno berhasil bujuk salah satu pemain terbaik dalam dunia bela diri. "Lo bujuk gimana?" tanyanya.

Jeno mendesis, sebenarnya, susah-susah gampang membujuk orang satu itu. Karena Bambam sendiri bisa dibilang lebih sering masuk dalam kubu netral. Dia orang yang bebas, tak mau berurusan dengan apapun yang menyusahkan hidupnya. Bertarung dalam satu kubu tertentu misalnya. Tapi rupanya, dengan salah satu anggota kelompoknya yang memberi informasi bagaimana Bambam bisa mudah dibujuk begitu membuahkan hasil.

Ada sisipan tawa tertahan sebelum Jeno mengungkapkan alasan apa yang ia katakan pada Bambam hingga membuat lelaki itu mau masuk dalam kubunya. "Makan gratis setiap hari selama setahun."

Tak bisa menahan, Yuta jelas tertawa akan alasan yang terdengar tak masuk akal. Tapi jika itu Bambam, ia bisa percaya. Anak satu itu memang sulit ditebak kepribadiannya. Tapi jangan ditanya dengan keahlian yang dipunya, tentu Bambam memiliki potensi yang bagus. Lelaki itu pula memegang wilayah barat kota sebelah. Sejauh ini, wilayah miliknya tak pernah menimbulkan masalah yang signigikan. Namun, alasan Bambam menjadi pemimpin di wilayahnya itu karena semua golongan preman pembuat keributan telah ia kalahkan. Tak ada lagi kejahatan. Ia seolah menjadi peri pelindung bagi rakyat-rakyat yang tertindas. Padahal alasan Bambam melakukan itu murni karena bosan dan ingin mencoba hasil latihan bela dirinya pada mereka yang pantas mendapat tendangnya.

"Konyol. Tapi beruntung lo bisa dapetin dia. Lalu dua lainnya siapa?"

Jeno, meski ragu akan bisa mengajak dua orang lainnya, mengatakan kedua nama yang ia inginkan untuk masuk dalam kelompoknya dengan tegas. Yuta tersenyum tipis akan dua orang pilihan Jeno. Ia berdiri dari duduknya, membawa jas abu yang tersampir di punggung sofa yang tadi ia duduki sebelum menepuk pelan kepala Jeno.

"Semoga berhasil. Bawa kemenangan buat hati lo, Lee Jeno."

Senyum lembut dan tepukan pelan itu mampu membuat Jeno beku dalam ketidakpercayaan. Johnny benar, jika Yuta memanglah salah satu dari anak Nakamoto yang mewarisi romantisme yang tinggi seperti sang ayah. Sebagai mantan bawahan ayah Yuta, Johnny mengakui, bahwa Tuan Nakamoto adalah bos terbaik dan terhebat yang pernah ia abdi.

[]

Renjun telah bersiap dengan pakaian yang sang ketua OSIS belikan ketika Renjun sendiri sempat bingung untuk memakai apa ketika tampil nanti. Maka dari itu ia bilang pada perempuan itu untuk pulang dulu ke rumahnya. Tapi di saat Renjun siap untuk pergi saat yang ditunggu datang, sosok itu malah memberikan sebuah paperbag yang berisi setelan untuk ia kenakan. Katanya, "Pakai itu aja. Waktu kita mepet kalau anter lo pulang dulu." Jadi ya mau tak mau Renjun mengganti bajunya-yang sebenarnya belum diganti sejak semalam kecuali pakaian dalam yang sempat ia beli kemarin-dengan kaos merah muda serta lapisan jaket putih dan celana berwarna senada. Dengan satu tambahan ornamen penting, sebuah baret.

"Ren, sayang banget nggak sih, lo nggak jadi pacar gue? Haha!"

Asal perempuan itu tahu, Renjun berusaha mati-matian agar merah pada telinganya tak terlihat oleh mata semua orang ketika bahkan hawa panas di wajahnya tetap terasa hingga mereka berdua tiba di sekolah.

"Loh, Ren? Lo sakit?"

Tapi sayang beribu sayang. Haechan dan kedatangannya yang menyentuh dahi Renjun dengan punggung tangan itu membuat rasa berdebarnya kembali hebat. "Diem lo!" Renjun menepis kasar tangan Haechan yang masih bertengger di dahinya untuk memeriksa suhu tubuhnya yang pasti terasa hangat.

Lantas Haechan yang tiba-tiba dibentak tanpa tahu salahnya apa hanya mampu sabar dan menahan cemberutnya. Meski sudah sering dimarahi, Haechan tetap saja sedih jika Renjun membentaknya. Hati kecil Haechan tak mampu disakiti berulang kali.

"Hiks, jahat..."

Plak!

"Alay."

"CHOI BOMIN BERENGSEK!"

Hanya ada kekehan riang dari sang pembuat masalah yang menepuk keras wajah sedih Haechan. Ia hanya geli, karena Haechan sama sekali tak cocok untuk pura-pura tersakiti. Wajah memelas itu menyebalkan untuk Bomin lihat.











Penampilan yang memukau banyak pihak itu diakhiri dengan tepuk tangan meriah dan siulan keras. Suara Renjun yang lembut bagai kapas dipadukan dengan suara Haechan yang terdengar lebih kuat melandai indah. Mereka berdua adalah penggabungan yang pas. Cocok sekali sebagai pasangan duet.

Lantas, di bawah sana, ada perempuan yang fokus memperhatikan Renjun dengan senyum tipis yang tak pernah pudar. Ada kamera yang terkalung di lehernya, ia berhasil mengambil berbagai tangkapan apik lewat itu. Renjun menjadi objek paling indah yang sanggup ia abadikan lewat banyaknya suara klik yang terdengar ketika ia menekan tombol foto pada kamera.

Hanya Renjun. Kamera itu hanya diisi oleh ribuan foto dari Renjun seorang.

Senyumnya melebar. Ia tetap mengamati Renjun yang berjalan turun setelah mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang memberinya dukungan. Senyum manis itu, ia sanggup mempertaruhkan segalanya agar lengkungan itu tetap abadi.

Selamanya.

═════════•°•⚠️•°•═════════

Sunday, 5 June 2022

rj's outfit on mubank:
dive into you

rj's outfit on mubank:dive into you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

scr: pinterest

(+) sekarang udh paham siapa yeen? wkwk

Aram Temaram - Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang