32 | Pangeran Menyerah

124 21 0
                                    

include: kata-kata kasar & bahasa jawa tanpa translate.

p.s. emang sengaja. tp kalo ada yg tanya bakal kujawab kok! (´•ω•')

═════════•°•⚠️•°•═════════

Huang Renjun kembali masuk ke dalam kamarnya. Memilih menyendiri di saat ia pula tak mampu berbuat banyak. Ia masih ditawan. Bagaimana bisa ia pulang. Pulang pun, ke mana?

Siapa lagi... yang sanggup ia percayai?

Tidak ada. Tidak ada yang mampu membuat hatinya menaruh rasa percaya pada siapa pun. Sejak awal, Renjun pun tahu. Tapi ada pengecualian untuk beberapa—tidak, dua orang. Hanya dua orang yang sanggup membuatnya yakin, jika masih ada orang baik di dunia. Masih ada manusia-manusia yang mau berjalan bersamanya dalam kondisi apapun.

Satu, Lee Haechan.

Dua, Shin y/n.

Tapi, kenyataannya, Renjun tak tahu banyak akan dua orang itu. Tidak, hingga saat ketika Jaehyun mengungkap semua kenyataan yang ada.

Gila.

Rasanya Renjun ingin menyerah.

Mengetahui fakta jika manusia itu sama saja. Muak sekali.

"Bajingan. Hidup susah juga, ya?" pedihnya mengadu pada sang kuasa dengan sebatang rokok yang kembali ia hisap. Asap putih yang mengepul membuat matanya semakin perih. Tapi zat adiktif itu nyatanya masih ia hisap hingga habis. Begitu terus, berulang-ulang, hingga mentari menyapa dan Renjun... telah menghabiskan semua puntungnya.

[]

Lee Taeyong dan Kim Doyoung dulunya memang bukan teman. Tapi ketika ada tawuran antar sekolah, mereka selalu jadi yang terdepan untuk maju membawa kemenangan nama sekolah mereka. Mereka selalu dipihak yang sama, bertarung bersama, dan menang bersama. Lambat laun, banyak yang ingin tahu, siapa yang paling hebat dari dua orang pemimpin yang selalu menjadi rekan ketika bertarung dengan sekolah lain itu.

Nama mereka pastinya dikenal di kalangan anak-anak sekolah dan preman jalanan di Surabaya. Oh, para pembangkang dan masa bodoh akan aturan seperti Taeyong dan Doyoung itu sangat dikagumi.

Sejak saat itu, mereka akhirnya memutuskan untuk bertarung. Disaksikan oleh para anak-anak sekolahnya, di lapangan tertutup yang sekolahnya miliki. Setelah kelas usai, malam pun tiba, banyak anak yang berkumpul hanya untuk tahu siapa yang paling kuat di antara Taeyong dan Doyoung.

Sayangnya, tak ada yang menang atau pun kalah saat itu. Keduanya sama-sama menciptakan luka di tubuh lawan, mereka sama-sama ngos-ngosan, dan mereka pula sama-sama terlentang lelah.

Ah, anggap saja mereka tak puas... atau merasa ketagihan? Sebab setelahnya, banyak lagi perkelahian antara keduanya yang sukar usai. Hingga hari kelulusan pun, keduanya menyempatkan diri untuk bertarung.

Namun, sama saja. Kenapa tidak ada hasil yang keluar?!

Frustasi.

"AAAHHH!"

Suara dedaunan yang jatuh akibat pukulan Doyoung yang meleset terdengar nyaring. Lee Taeyong menyeringai.

"Tambah kuat, yo?" Ada aksen jawa yang kental.

Doyoung mendecih dan menarik kepalan tangannya dari pohon rindang—yang mungkin akan berubah gundul jika pukulan yang sama menghantam badannya terus-menerus. Ada bekas yang tertinggal di sana. Jika pohon itu sanggup bicara, ia pasti akan mencaci-maki Kim Doyoung sampai serak.

Aram Temaram - Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang