25 | Kenyataan Itu Terkuak

73 27 3
                                    

═════════•°•⚠️•°•═════════

Renjun tak pernah mengira, hidupnya akan sedramatis ini. Layaknya cerita-cerita fiksi tentang penculikan dengan orang berbadan besar dan kekar. Renjun sungguh dihadapkan pada situasi yang buruk. Pantas saja jika para korban itu menangis dan tak menurut setiap perkataan sang penculik.

Rasanya, seperti harga dirimu hancur. Memang bukan saatnya memikirkan harga diri. Tapi, mendengar seolah nyawanya hanya sebuah permainan, itu yang mengesalkan. Sama seperti sekarang.

"Coba kita tunggu, seberapa lama pahlawan lo dateng? Ah, tapi lo cuma bisa selamet kalau dia gak nyerang sih. Kalau dia memberontak... BOOM! Kepala lo meledak. Haha!"

Sial. Setidaknya jika nyawamu akan diambil paksa, sisakan harga dirimu agar kamu tak menyesal hingga akhir.

Renjun mendecak. "Kalian mau apa sih, dari gue? Gue gak punya apa-apa!"

Salah satu lelaki di sana tertawa sumbang. "Masih belum jelas, ya? Lo itu cuma umpan buat dia."

Lagi, Renjun mendecak kesal. "Bisa gak, kalau ngasih informasi jangan setengah-setengah?! Dia siapa maksud lo?"

Seringai tercipta. Lelaki itu menjawab, "Shin y/n. Lo gak tahu ya, kalau dia itu keluarganya Yakuza?" dengan sebelah kakinya yang menjadi penyangga tangan kanannya, dia berjongkok. Memandang Renjun dengan senyum kasihannya yang main-main.

"Apa?"

"Ah, lihat dari reaksi lo aja gue udah tahu. Gimana sih, masa informasi keluarga pacar sendiri gak tahu."

Terdengar mengejek. Baginya, Renjun seolah tak dianggap sebagai seseorang yang mempunyai hubungan lebih. Tak memberikan peringatan pada kedekatan mereka yang akan berbahaya. Sebab perempuan yang dikencaninya itu termasuk dalam orang-orang yang seharusnya tak didekati. Apalagi sampai menjalin hubungan.

Renjun tersentak begitu pernyataan sebagai 'pacar' ia dengar. Ia menutup matanya yang lelah menerima semua kenyataan yang baru didengar. Rasanya lebih baik tidur dan tak peduli pada keadaannya. Namun, yang benar saja, tak mungkin pula Renjun akan bisa tenang jika ia dijaga begitu ketat.

"Kayaknya kalian salah paham. Gue bukan pacarnya, jadi kalian bisa lepasin gue dan cari-"

"Ups, berarti cinta sepihak, ya? Bagus sih, lo jangan sama dia. Nggak baik!" Satu penjaganya yang sedari awal mengajaknya bicara itu melambaikan tangannya, memberi gestur ketidaksetujuannya. Lelaki yang hanya mengenakan atasan hitam tanpa lengan dan celana joger itu duduk bersila dan kembali mengoceh. "Lo pasti tahu kan, Yakuza kayak gimana. Banyak musuhnya!" Lagaknya seperti seorang teman yang memberikan nasehat pada sosok yang akan temannya pacari. Semua hal buruknya pasti dia tahu.

Lelaki itu terus mengoceh, hingga tiba ketika satu kata yang terlontar itu membuat Renjun kembali teringat akan penemuannya di bawah bantal.

"Lo pasti udah diuntit. Dari kebiasaannya hidup di ruang lingkup orang-orang kotor, dia jelas harus periksa seluk beluk dan kegiatan apa aja yang calon mangsanya lakuin. Dia orang bahaya, Renjun. Harusnya lo gak pernah deket ke dia. Sekarang lihat apa yang terjadi?"

Ucapan Haechan kembali terngiang dalam benaknya. Tentang bagaimana Renjun yang terlalu terbuai akan kebaikan tiba-tiba yang ia terima dan semua foto yang ada dalam kamera itu.

Benarkah... sang ketua OSIS itu menguntitnya? Jadi selama ini dia sudah ditandai? Lalu Haechan, apa yang membuat Haechan begitu yakin jika perempuan itu bukan orang yang baik-baik? Apa Haechan sejak awal sudah tahu? Bagaimana?

Banyak pertanyaan yang hinggap, Renjun tatap orang di hadapannya dengan alis berkerut. Ia tak bisa percaya pada orang asing. Tidak lagi.

Lelaki di depannya itu kembali menyeringai. "Nyawa lo udah kayak mainan, ya? Tapi tenang aja, lo gak perlu khawatir. Dia pasti lebih utamain keselamatan lo daripada dirinya sendiri."

Lelaki itu bangkit dari duduknya, pergi meninggalkan Renjun dengan tiga orang lainnya yang tetap berdiam diri di belakang Renjun. Berdiri siaga dengan senapan di punggung.

Tidak bisa begini, Renjun harus tahu apa yang akan terjadi pada temannya jika ia memilih untuk menyelamatkan Renjun. Lalu ia berteriak, membuat langkah lelaki berkulit tan itu berhenti di ambang pintu.

"Tunggu! Kalau dia pilih gue, apa yang bakal terjadi ke dia?!"

Ada kekehan samar, lelaki itu menoleh dan menampilkan senyum simpulnya. "Dia aman. Selama dia di pihak kami, dia bakal tetap aman. Tapi, gue gak bisa jamin kalau dia putusin untuk balik ke keluarganya. Mungkin... mati ketusuk katana?" Senyumnya semakin terkembang ketika raut curiga hadir di wajah Renjun.

"Lo mungkin gak tahu, tapi keluarganya... paling benci sama pengkhianat. Karena itu, si pengkhianat harus mati sebagai balasannya." Lelaki itu merasa puas akan ekspresi takut yang tercipta. Tapi ia masih punya satu kejutan lagi.
















"Gue denger, shin y/n itu orang yang setia. Dia cinta keluarganya, dan dia juga benci sama pengkhianat."




═════════•°•⚠️•°•═════════

Friday, 29 July 2022

hm, si pengkhianat yang benci sama pengkhianat. kira-kira apa maksud jackson?

Aram Temaram - Huang RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang