Meninggalkan pekerjaannya, Nora memutuskan pergi bersama Ical untuk mengendarai motor lelaki bersama.
Awalnya, perjalanan mereka dipenuhi dengan obrolan-obrolan ringan. Namun sejam kemudian, Nora yang memang lelah setelah seharian bekerja, perempuan itu pun tertidur di belakang.
Ical membawa kedua tangan Nora ke ke perutnya, ia tahan kuat lalu sedikit merendahkan tubuh karena posisi Nora yang bersandar nyaman.
Mengantar Nora pulang memang itulah niatnya. Ia mengendarai motor dengan laju santai hingga tibalah mereka di apartment baru wanita tersebut.
Turun dengan hati-hati, Ical lantas menggendong Nora yang masih tertidur sampai kepalanya seperti patah lunglai dan rambutnya berantakan.
"Aku tidak tahu password-nya," batin Ical. Sudah berdiri di depan pintu apartment Nora, Ical justru mematung karena tidak tahu password pintu apartment perempuan itu.
"Nora..." Ical memanggil lembut. Membenarkan gendongan Nora yang sudah sangat nyaman. Bahkan sempat menggeliat kecil untuk mencari kehangatan di dada Tentara tersebut.
"Nora, apa password— ahh!"
"Astaga!"
Nora terbangun setelah mendengar pekikan rendah Ical. Perempuan itu segera meminta diturunkan dengan mata khas bangun tidur.
"Aku tidak sengaja." Nora mendongak, melihat Ical yang menatapnya hanya dengan satu mata terbuka. Barusan, tidak sengaja jari perempuan itu mencolok mata kiri Ical hingga kini menjadi berair dan memerah.
"Matamu berair," kata Nora. Cepat-cepat membuka pintu apartment kemudian mencari obat tetes mata miliknya.
Ical tidak masuk. Ia tetap berdiri di luar sembari melihat langit-langit apartment guna meringankan matanya yang terasa perih dan berair itu.
"Merunduk. Biar kutetesi matamu dengan ini." Namun, barulah Nora sadar jika tidak mungkin bisa meneteskan obat mata itu bila Ical merunduk.
"Biar aku." Ical meminta obat itu dari Nora, tapi sedetik kemudian Nora menarik tangan Ical kuat masuk ke dalam apartment-nya. Perempuan itu naik ke atas kursi lalu berdiri, jadilah ia lebih tinggi dari Ical.
"Tahan. Ini akan sedikit perih," ujar Nora, ambigu. Awalnya tidak ada yang aneh. Namun, seketika Nora tertawa pelan karena melihat Ical yang telah mengulum bibir guna menahan senyumnya.
"Pikiranmu memang selalu kotor." Nora menyentil pelan kening Ical setelah usai meneteskan obat di mata lelaki itu.
"Kau juga tertawa, Nora. Kenapa hanya aku," balas Ical masih menengadah. Mengerdipan matanya perlahan.
Nora masih berdiri di atas kursi. Rasanya sangat menang dapat lebih tinggi dari Ical. "Terima kasih sudah mengantarku pulang," celetuk Nora dan Ical mengangguk.
"Lanjutkan tidurmu." Ical membalas. Tiba-tiba saja memegang kedua pinggang Nora lalu ia turunkan ke bawah. Jadilah Nora harus kembali menengadah.
"Kau ingin pergi?" Nora bertanya.
"Apa aku tidak boleh pergi?"
Nora tersenyum dan menunduk singkat. Kembali lagi ia melihat wajah Ical. "Duduklah di situ. Jaga aku tidur seperti biasanya," minta Nora. Menunjuk pada kursi yang berada tepat di sebelah ranjang.
Ical menurut. Ia menarik kursi itu dan langsung duduk bersandar sambil bersedekap tangan. "Tidurlah. Kujaga sampai pagi."
Terkekeh rendah. Nora lantas naik ke atas ranjang, memakai selimut dengan berbaring menghadap Ical. Mereka saling memandang lurus, bergeming serta merta intens.
KAMU SEDANG MEMBACA
RODE
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || DARK TOXIC ROMANCE S C O T T S E R I E S #2 CERITA INI PENUH DENGAN UNSUR DEWASA; AKTIFITAS SEX EROTIS, BAHASA VULGAR & KEKERASAN FISIK; PEMBUNUHAN ILEGAL DAN LAIN-LAIN. PLEASE BE WISE! ...