15 | good and bad news (?)

21K 1.2K 487
                                    

"Mengapa Ibu menyuruh Nora untuk menjadi bagian dari kejahatan haram yang Ibu geluti?"

"Bu!"

"Ibu!"

Rahang Ical mengetat. Ia terus memberikan pertanyaan pada Felice, tetapi Felice sama sekali tak berniat untuk menanggapi ataupun menjawab semua pertanyaan Ical barusan.

Sibuk menyiapkan diri karena akan menghadiri sebuah acara formal bersama Felix pukul tujuh malam nanti.

"Mrs. Felice Scott!" Lantang Ical memanggil. Membuat langkah ibunya terjeda, berbalik arah slow kemudian menemukan mimik marah Ical padanya.

Felice menarik langkah lalu menghampiri putranya. Menunjukkan kedua pundak kokohnya yang telah kebal pada segala macam jenis badai hidup.

"Ada apa?" Felice bertanya, tegas dan dagunya agak terangkat. Memberi sorot datar intimidasi kepada Ical.

"Mengapa kau membawa Nora ikut terjun ke dalam dunia kriminalmu, Mrs. Scott? Apa mau dan rencanamu?" timpal Ical. Menegakkan tubuhnya gagah.

Felice menyeringai. Mengukir senyum setipis benang pada bibir seksinya yang berpoles lipstick merah gelap. "Begitulah syaratnya, Captain. Kau keberatan?" balas si penguasa geta kokain itu.

"Begini saja." Ical memejamkan matanya singkat. Menarik napas dalam guna mengontrol amarah.

Kembali lagi Ical menilik wajah ibunya. "Wajarkah seorang Ibu memberi anaknya racun?" tambah Ical.

"Memberi anaknya racun dan sama-sama mati karena keracunan, itu bentuk dari sebuah kasih sayang, Captain. Bentuk kasih sayang dan tak ingin terpisahkan." That's cray.

Ical berdecih. Melirik singkat pada Hunter—adik bungsunya—yang dari tadi mengintip mereka dari balik pintu.

"Pergilah, Hunter. Jangan pernah mendengar percakapan tentang dunia kriminal, agar kau tidak tertarik lalu terjerumus seperti Ibu kita," papar Ical sambil menatap Felice.

"Tak apa, Hunter. Dunia kriminal itu tidak ada kepalsuan, kebohongan dan kemunafikan. Jadilah jahat dan berkuasa, maka semua kepala akan tunduk padamu," sambung Felice. Membalas tajam sorot Ical padanya.

"Kau gila, Mrs. Scott." Ical geram.

"Benar. Lebih baik gila namun jujur," balas Felice cepat. "Tidak seperti mereka yang waras, tetapi justru menggunakan kewarasan mereka untuk membuat orang lain menjadi gila."

Ical mengangkat satu alisnya kecil. "Kau tahu? Kau Ibu dan seorang istri yang sangat buruk. Sangat-sangat buruk, Mrs. Scott."

Terkekeh rendah. Felice membenarkan arloji mahal yang bertengger di lengannya. "Aku sudah tua, Nak. Tapi insting dan logikaku masih jauh lebih kuat darimu," kata Felice.

Memegang satu rahang Ical, lantas Felice usap lembut dan penuh kasih sayang. Tersenyum manis tentu saja.

"Kau terlalu dibutakan oleh cinta dan jiwa yang sakit, Captain Scott. Sadarlah!" Felice menggeleng pelan. Tersenyum lagi kemudian melenggang hendak meninggalkan Ical di sana.

"Jangan bermain teori denganku." Ical menimpali. Mengikuti punggung ibunya yang kini berhenti di ambang pintu.

"Jika yang nyata saja masih tidak dapat kau tafsir dengan benar, lantas untuk apa aku bermain teori denganmu, bocah?"

****

Sejenak meninggalkan pekerjaan, hari-hari ini Ical lebih ingin bersama dengan Nora. Menghabiskan waktu bersama dengan manis, romantis pun hangat.

RODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang