"Ka-kamar tiga ratus tiga di lantai empat. Ah, ya. Mo-mohon maaf, tapi seluruh AC di lantai itu baru saja diganti. Dan mungkin saja di kamar Tu-Tuan dan Nyonya AC-nya belum diaktifkan." Dengan ramah pun agak terbata receptionist hotel memberitahu.
Ical mengangguk. "Baik, terima kasih!" Meraih satu tangan Nora, kedua orang itu lantas berjalan menuju lift hendak ke lantai empat.
Receptionist tadi cepat-cepat mengambil ponselnya. Membuka kamera kemudian memotret Ical dan Nora yang melangkah bersama sembari berpegangan tangan. "Putri Spanyol dan Pangeran sulung Scott menginap di hotel? Come on, ini wajib untuk diabadikan," monolog receptionist itu. Mengambil banyak-banyak foto Ical Nora yang terus melangkah seiring.
Tibalah kedua orang itu di lantai empat. Menuju kamar sewaan mereka kemudian membuka pintu. "What thef... pengap sekali!"
Mereka masuk. Segera Ical mengaktifkan AC dan langsung saja melepas kaos putih gombrang yang ia kenakan. Menyisakan jeansnya yang agak melorot sampai karet boxer-nya nampak jelas. Terlihat sudah pinggang ramping seksi lelaki itu.
Nora duduk di tepi ranjang. Pun sudah menanggalkan jaketnya. Tidak sengaja kontak mata Ical dan Nora bertemu, lantas mengangkat satu alis mereka masing-masing.
"What?" lontar Nora dengan nada datar.
"What?" balas Ical dengan nada agak tinggi.
Kompak mereka membuang muka sudah mengulum bibir. Rasanya agak aneh, karena kali ini tidak ada lagi yang berpura-pura. Semua pure apa adanya.
"Untuk apa kita ke sini?" Kali ini Ical yang bertanya. Padahal ke hotel adalah idenya sendiri.
"Mencuci piring," jawab Nora asal. Mengundang gelak tawa besar dari Ical yang sampai membungkuk-bungkuk.
Ical menghentikan tawanya meski sulit. Wajahnya bahkan sampai memerah dan masih cengengesan kecil melihat mimik datar Nora yang juga sebenarnya ingin tertawa.
"Chivas or Wine?" Ical bertanya lagi. Sudah memegang ponsel dan akan memesan air pusing.
"Chivas," jawab Nora cepat. Langsung saja Ical memesan dua botol Chivas. Sembari mengetik mata pria itu melirik ke arah Nora.
Nora menoleh cepat. Mendadak tersadar dan sekarang sudah melotot. "Untuk apa memesannya?" Nora bangkit berdiri. "Kau ingin membuatku mabuk lagi seperti hari itu?"
"Tidak usah sampai mabuk. Minum saja agar tubuhmu terasa hangat. Kita ke sini hanya untuk minum," kata Ical lalu mengulum bibir. Dilirik penuh curiga oleh Nora.
"Omong kosong. Jangan kira aku sudah melupakan saat kau mengurungku selama lima hari di rumah Joel, dan di hari kedua kau membuatku mabuk sampai kacau," cibir Nora cepat.
"Ck. Kau benar. Aku menyukai hari itu." Dengan nada menggoda Ical membalas. Duduk pada sofa dan kedua kaki pria itu agak mengangkang terbuka.
"Bisa kita ulangi?" minta Ical. Memainkan ponsel di tangan besarnya.
Di sana Nora berdecih pelan. Meraih satu bantal kemudian dia lempar ke wajah Ical yang kontan memejamkan mata lalu terkekeh rendah. "Kenapa? Tidak sukakah kau dengan rasanya?"
Ini. Ini yang Nora kesal dari Ical. Lelaki itu tidak punya urat malu lagi sampai selalu terang-terangan bertanya vulgar. Lagi pula, bagaimana bisa Nora tidak suka dengan rasanya.
"Manusia mana yang tidak suka dengan rasanya." Bagus, Nora. Jujur itu baik.
Ical tertawa. Bangkit berdiri kemudian berjalan mendekati Nora sambil menenteng bantal di tangan kirinya. Seketika pria itu merengkuh, memeluk pinggang Nora lantas merendahkan kepala, meletakkan dagunya pada pundak kanan perempuan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
RODE
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || DARK TOXIC ROMANCE S C O T T S E R I E S #2 CERITA INI PENUH DENGAN UNSUR DEWASA; AKTIFITAS SEX EROTIS, BAHASA VULGAR & KEKERASAN FISIK; PEMBUNUHAN ILEGAL DAN LAIN-LAIN. PLEASE BE WISE! ...