Mematung, membeku dan terpaku di tempat. Jantung Nora seakan meledak dan darahnya berdesir kencang. Menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.
Ical terlampau nekat. Ia mengeluarkan pistolnya dari saku celana kemudian menembak tepat di samping kepala Nora. Menembusi lemari pakaian wanita itu hingga mengenai dinding di belakangnya.
Dengan gemetar hebat Ical berdiri. Mendekati Nora bersama langkah sempoyongan, lemas seakan tak bertenaga. Wajah berlumur darah yang bersumber dari hidungnya, dan bibir yang pecah mulai membengkak.
"Tidak, Ical. Tidak, jangan menyentuhku. Tolong menjauh." Nora benar-benar menolak. Menjauhi Ical namun pria itu tetap melangkah maju.
"JANGAN MENYENTUHKU, ICAL. KAU BARU SAJA HAMPIR MEMBUNUHKU!" pekik Nora.
"MENJAUH. MENJAUH...." Nora menjerit. Memegang kepalanya dan wanita itu pun ikut gemetar. Ia histeris, menjerit kencang serta merta nyaring.
Tatapan Ical tetap meredup. Mengabaikan air matanya yang terus luruh, suara sesak seperti terkena asma, dada kembang kempis hebat, dan hidungnya yang berlumuran darah. Kacau. Pria itu sungguh teramat kacau.
"Bunuh aku. Pegang ini dan bunuh aku sekarang," kata Ical. Secepat mungkin membuat Nora menggenggam pistolnya, kemudian Ical bawa ujung pistol itu ke keningnya sendiri.
Nora tak bisa menarik tangannya karena Ical tahan kuat. Punggung Ical kembali bergejolak gencar. Lelaki itu berubah selembek bubur, menunjukkan sisi lemahnya pada Nora.
"Kupastikan kau hanya dapat pergi setelah kepalaku meledak di hadapanmu," ujar Ical. Terlihat pula dari lubang hidungnya yang mulai mengeluarkan cairan bening meski sedikit. Tampilannya sudah terlihat kacau tak beraturan lagi.
"Tarik pelatuknya, Nora. Ayo tarik," minta Ical serak. Bibirnya benar-benar jatuh melengkung dan pria itu teramat sesak.
"Aku mencintaimu dengan benar. Mulutku bungkam, tapi hatiku selalu memujamu. Bibirku tak berucap, tapi di dalam hati aku selalu mengucapkan ribuan kata cinta untukmu," urai Ical. Mengutarakan semua isi di benak terdalamnya.
Nora menarik tangannya kuat. Melempar pistol Ical ke atas ranjang. "Kau bersungguh-sungguh, Ical?" tanya Nora pelan, serak dan parau. Menunjukkan sorot redup dengan bibirnya yang juga jatuh melengkung.
Ical mengangguk. Terlihat frustasi dan hampir kehilangan akal sehatnya. "Aku bersumpah!"
"Dan aku tidak percaya."
Nora membalas cepat disertai smirk jahat terselubung kecewa. Meraih tasnya di atas nakas, melewati Ical lalu berdecih sinis tepat di sebelah pria itu. Pergilah Nora dari sana, meninggalkan Ical yang terpukul. Hebat.
****
Menghampiri pria lain setelah bertengkar hebat dengan prianya, Nora tahu itu adalah hal yang salah. Akan tetapi, dibandingkan dengan Ical, kesalahan Nora dengan mendatangi Kai malam ini tidaklah seberapa.
"Kai..."
Kai mematung dan matanya pun melebar. Tertegun tatkala Nora yang mendadak saja memeluknya di ambang pintu.
"Nora? Hey!" Kai memegang kedua bahu Nora. Merunduk lantas melihat wanita itu yang menangis hingga tersedu. Menyeka air matanya sendiri dengan perlahan.
"Bo-boleh aku memelukmu?" lirih Nora. Ia membutuhkan sebuah pelukan tulus, dan detik itu juga Kai pun memeluknya erat. Mendekap Nora penuh sayang.
Tangis Nora semakin menjadi-jadi di dalam dada Kai. Kehangatan hati Kai menyentuh relung terdalam perempuan anggun tersebut. Kenyamanan berbeda ia dapatkan dari Kai yang selalu ia tolak mentah-mentah cinta pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RODE
RomanceFollow untuk membuka bab-bab yang dikunci melalui web ! 21+ || DARK TOXIC ROMANCE S C O T T S E R I E S #2 CERITA INI PENUH DENGAN UNSUR DEWASA; AKTIFITAS SEX EROTIS, BAHASA VULGAR & KEKERASAN FISIK; PEMBUNUHAN ILEGAL DAN LAIN-LAIN. PLEASE BE WISE! ...