06 | princess and lethal mercenary

39.8K 1.7K 1.2K
                                    

Pagi datang menjemput. Sinar matahari menyelundup masuk ke dalam kamar Ical dan menembusi dinding-dinding kaca penthouse mewah tersebut.

Nora mengerdip singkat, lantas membuka matanya kecil dan kini menemukan wajah tampan Ical. Berdiri di dekat ranjang, Ical tertangkap basah tengah memotret wanita itu menggunakan polaroid-nya.

"Ical..." Nora menggeliat kecil. Menutupi wajah menggunakan kedua tangan sembari tersenyum dengan wajah khas bangun tidurnya yang anggun.

"Ck! Aku tidak suka, Ical. Tolong hentikan," minta Nora. Melempar satu bantal ke wajah Ical otomatis terkekeh rendah.

Ical meletakkan polaroid-nya di nakas. Naik ke atas ranjang lalu mengangkat perempuan itu dengan amat enteng. Ia gendong lalu membawa Nora menuju kamar mandi.

"Ical!" Nora memekik kemudian tertawa. Ical mendudukkannya di atas meja kamar mandi. Membasuh wajah perempuan itu dengan tangan besarnya secara perlahan. Menyatukan semua rambut Nora lalu Ical jepit.

Mengecup bibir Nora singkat, Ical memenjarakan kekasihnya menggunakan kedua tangan. Saling menatap intens.

"Ingin mandi bersama?"

"NO!" Spontan Nora menolak. Mendorong pipi Ical hingga lelaki itu mengulum bibirnya singkat.

Kembali lagi ia menatap Nora. "Tapi aku ingin memandikanmu, Nona Spanyol," kata Ical. Tepat di depan wajah Nora.

"Tapi aku tidak mau, Tuan China." Nora membalas.

"Okay!" Mereka tertawa pelan. Ical mulai menggosokkan gigi Nora hati-hati. Sesekali mengecup kening perempuan itu, mentoel-toel pinggang Nora hingga Nora tertawa dan merasa geli. Mengayun-ayunkan kedua kakinya seperti anak kecil.

"Kumur dan buang. Jangan ditelan," kata Ical.

"Jangan perlakukanku seperti anak kecil. Aku sudah dewasa," protes Nora setelah membuang kumurannya. Memukul kepala Ical dengan sikat gigi dan lelaki itu tertawa rendah.

"Tapi kau seperti anak kecil di mataku, Nora. Aku gemas..." Ical memeluk pinggang wanita itu, menggesek-gesekkan hidung dan kumisnya di pipi Nora yang langsung tergelak lagi.

"Kau tidak mandi?" tanya Nora. Memegang kedua pipi Ical dengan jemari kecil dan lentik-lentiknya.

"Pukul lima tadi aku sudah mandi. Kepala botakku di bawah terlalu buat sesak sampai aku merasa panas," balas Ical. Melihat kening Nora yang terpaut.

"Kepala botak di bawah?" Nora masih berusaha mencerna apa yang Ical maksud dengan kepala botak di bawah.

"Ini!" Ical mengambil satu tangan Nora dan ia bawa ke tengah-tengah selangkangannya. Ia tahan tangan perempuan itu di sana dan Nora kontan mematung.

Mata keduanya saling terikat. Menatap dalam pun penuh arti. Selama ini Nora sudah cukup kuat menahan diri serta menahan Ical yang sering kali kumat seperti ini.

Untuk sesaat keduanya terdiam. Ical membelai pipi wanita itu dengan punggung tangannya. Menjalar turun hingga pada bahu rapuh Nora yang akan remuk hancur apabila ia lepas kontrol.

"Akan kuanggap kau bersih di saat kau menerima babtisan lalu menikahiku, Ical. Di saat kau telah menjadi suamiku, akan kulupakan semua masa lalumu yang hancur," tutur Nora lembut. Memegang kedua rahang tegas prianya.

Ical mengangguk dengan mata terpejam. Ia paham akan itu. "Masalahnya aku tak mungkin dapat menjadi suamimu, Nora. Ketahuilah bahwa, aku mulai hilang akal untuk memilikimu," balas Ical. Pelan dan rendah suaranya.

"Bawa aku pergi sejauh mungkin." Nora meminta dan Ical menggeleng kecil.

"Ayahmu akan membunuh—." Suara Ical terhenti akibat kecupan singkat dan tiba-tiba yang Nora berikan di bibirnya.

RODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang