24 | another surprise (?)

19.9K 1.2K 250
                                        

Visual Irine Lim on Instagram 🦋

****

"Bereskan semuanya. Dua jam lagi helicopter akan datang."

Ical memerintah. Juga mempersiapkan semua barang-barangnya yang akan ia bawa kembali. Misi telah selesai, para komplotan pembunuh dan pengekspor organ dalam manusia sudah mereka tangkap dan ada pula beberapa yang mereka tembak mati di hutan tersebut.

Jelas sudah jikalau hutan itu menjadi tempat persembunyian bagi yang jahat. Menangkap para wisata lalu mereka mutilasi, mengambil organ-organ tubuh terbaik untuk dijual, pun dikirimkan ke luar negeri.

Misi terberat bagi Ical. Sebab musuh bermain di hutan yang telah mereka tahu jalur-jalurnya, sementara Ical dan para timnya hanyalah penghuni sementara di sana.

"Di mana Putri?" tanya Ical sambil membakar rokoknya. Duduk di sebuah batang pohon yang jatuh tumbang akibat angin kencang.

Seluruh tim saling melempar pandang. Melihat ke semua sisi, mulai berhitung dan ternyata mereka kekurangan tiga orang anggota Tentara termasuk Nora.

"Captain, tiang dua dan lima pun tidak ada."

"Apa mereka pergi bersama Putri?" Ical bangkit dari duduknya.

"Benar, Captain. Tadi mereka menemani Putri untuk mencari buah, padahal sudah kubilang jika kita akan segera kembali," jelas seorang Tentara.

"Ke arah mana mereka pergi?" tanya Ical.

"Ke arah kali. Sepertinya mereka melewati kali itu. Karena sempat kulihat Putri berancang-ancang untuk menyeberang."

Segera Ical mengisi machine gun-nya dengan amunisi. Ia gendong di pundak lantas memegang sigap dua buah pistol. Menggigit rokoknya yang masih panjang pada sudut bibir.

"Segera hubungi pimpinan. Kita tidak akan kembali sebelum Putri, tiang dua dan tiang lima ditemukan," putus Ical. Mulai berlari cepat membelah hutan dengan dua pistol yang ia genggam erat.

Diikuti oleh para Tentara yang agak berpencar, misi pun berlanjut dalam keputusan Ical. Hal seperti ini memanglah sudah Ical wanti-wanti sedari awal ia ambil misi tersebut.

Dengan celana loreng dan kaki berbalut sepatu khusus khas seorang Tentara, kokoh gencar kedua kaki Ical berlari menyeberang kali. Matanya berkeliaran, melihat ke seluruh sisi pun ke atas-atas pohon guna menelisik dan menelusuri jejak musuh.

Setelah cukup jauh membelah Black Forest, lari Ical seketika terhenti tatkala menemukan bekas perapian yang masih hangat. Ditutupi oleh dedaunan hijau namun asapnya masih timbul hingga Ical temukan.

"Sial! Mereka memantau kita dari sini," ucap Ical. Mengambil abu bakaran yang dan ia rasa memanglah masih hangat.

Para Tentara berkumpul bersama Ical. Ikut merasakan bekas perapian itu yang masih hangat menuju panas. "Komplotan itu masih ada," celetuk si tiang tiga dengan wajah penuh coreng hijau.

Ical memutar singkat kedua pistolnya di jari. "Kita berpisah di sini. Seseorang naiklah ke atas pohon tertinggi dan hubungi Felix Scott," titah Ical.

"Jika sampai pukul enam sore nanti aku belum kembali, berlindunglah kalian di atas pohon sampai bala bantuan datang," tambah Kapten itu. Melangkah mundur dan melanjutkan larinya.

Berpisah dengan para Tentara yang juga ikut mencari, Ical terus berlari jauh kian masuk ke dalam Black Forest. Terlihat dari udara, Kapten itu hampir mendekati sang jantung hutan yang terdapat danau dengan airnya yang gelap.

Tak lama kemudian, Ical menemukan lagi bekas perapian dan masih penuh bara. Terdapat beberapa sisa daging babi hutan yang dibakar setengah matang.

Kedua mata Kapten itu menyipit. Menyorot ke semua arah dengan memutar tubuhnya perlahan. Merasakan aura panas manusia yang tidak begitu jauh darinya. Pohon-pohon dan para tumbuhan seakan berbisik, memberitahu bila pria itu tengah diperhatikan oleh banyak mata kejahatan dari sisi-sisi tersembunyi.

RODETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang