stasiun gondangdia

58 11 4
                                    

Stasiun kereta dipenuhi oleh penumpang yang baru turun di tempat pemberhentian. Laki-laki dengan setelan formal kantoran tak memperhatikan langkahnya karena terlalu sibuk dengan smartphone di genggamannya. Dirinya baru sadar saat mendengar suara kereta yang meninggalkan stasiun Gondangdia.

"Sebulan gak ketemu kok tambah lucu aja dia."

Gadis dengan rambut dicepol dua di kanan-kirinya yang mirip TenTen di serial anime Naruto menjadi tujuan langkah si laki-laki tadi. Rupanya sang pria sengaja mengendap-endap agar kehadirannya tak disadari si gadis yang tengah sibuk dengan koper dan beberapa tasnya.

"DOR!"

"Ya! Ish ngagetin!"

Pria itu terkekeh melihat reaksi keterkejutan gadisnya. Mulut kecil gadis itu menggerutu kesal setelah tadi jantungnya serasa mau keluar dari dalam. Tingkahnya justru membuat prianya gemas dan sengaja mengacak-acak poni si gadis.

"Jungyeonnn...i miss your smile. I'm head over heels for you."

"Jangan lebay deh Kim Namjoon. Ayo balik buruan sebelum akong nyariin i," kata Jungyeon.

Namjoon mengangguk, lantas meraih koper milik Jungyeon gadisnya. Mereka berjalan santai sembari mengobrol ringan soal kepulangan Jungyeon.

"Gimana rasanya jadi wakil direktur utama di perusahaan sendiri?" tanya Namjoon.

"Capek, i prefer jadi karyawan kantor biasa. Papah nyuruh-nyuruh mulu," jawab Jungyeon sekalian berkeluh kesah.

"Gak papa, kan namanya juga belajar. Nanti kalo kamu yang jadi direkturnya kamu yang nyuruh-nyuruh."

"I'll think it over. Capek, banyak kerjaan."

"Jangan gitu dong, kamu kan pewaris tunggal perusahaan logistik terbesar se-Indonesia. Masuk sepuluh terbaik se-Asia lagi. Kamu harus bisa handle sendiri nanti."

"Pewaris-pewaris, jangan kayak gitu ah. By the way i'm starving."

"Mau makan dimana?"

"Jalan dulu, ntar i tunjukin."

Kepergian Jungyeon yang kurang lebih selama satu bulan adalah untuk menjadi training wakil direktur utama di perusahaan sang kakek. Jarak rumah dan kantor perusahaan sebetulnya cukup dekat, pakai KRL atau kendaraan pribadi pun dapat dijangkau. Akan tetapi Jungyeon malas jika selalu bangun lebih pagi untuk berangkat kerja. Jadinya ia lebih memilih untuk tinggal sementara di apartement dekat kantor perusahaan yang disewanya. Sebulan ia tak bertemu dengan kekasihnya karena memang sama-sama disibukkan oleh pekerjaan mereka. Selama sebulan mereka hanya menjalin hubungan virtual jarak jauh. Masa training Jungyeon sebetulnya masih kurang sebulan lagi, namun ia memilih pulang karena merindukan rumahnya dan tentunya sang kekasih.









👠👞
















Malam di kediaman keluarga Kim. Meski kesibukan menyita waktu keluarga ini saat siang hari, di waktu malam sebisa mungkin mereka menyempatkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Kakek Juwan mewajibkan keluarganya untuk selalu makan malam bersama.

"Seokjin gimana hubungan kamu sama Nayeon? Kapan kamu mau nikahin dia?" tanya kakek Juwan.

"Iya lho Seokjin, Nenek udah tua. Mending kamu secepatnya nikah supaya Nenek bisa hadir di nikahan kamu," kata nenek Heeseok istri tuan Juwan menimpali.

Seokjin adalah cucu pertama di keluarga Kim yang tentu saja pernikahannya pun dinanti-nanti. Sepupu Namjoon satu ini digadang-gadang akan menjadi pewaris perusahaan logistik milik sang kakek karena detik ini saja meskipun Seokjin belum menyelesaikan studinya, ia sudah memiliki jabatan yang cukup penting sebagai wakil direktur utama perusahaan. Sementara Namjoon, ia masih menjadi manager di perusahaan sang kakek.

Chasing Blessing [BTS Namjoon×TWICE Jungyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang