Tuan Ahong kembali ke rumah bersama ajudannya setelah menyambangi rumah putranya. Lelaki tua itu kemudian disambut oleh beberapa orang suruhannya yang diminta untuk mencari tahu soal keberadaan Jungyeon. Rupanya seluruh orang suruhan tuan Ahong tak dapat menemukan jejak Jungyeon dimanapun. Yang mereka lihat Jungyeon kabur dengan taksi online dan turun di bandara tetapi di sana tak ditemukan penumpang atas nama Jungyeon. Sialnya lagi Jungyeon tak terekam CCTV bandara.
"Saya tau dalangnya. Pasti cucunya si Juwan yang nyembunyiin dia. Jebak cucunya Juwan yang jadi pacar cucu saya, gali apapun yang dia tau soal keberadaan Jungyeon," titah tuan Ahong.
"Baik Tuan akan saya kerahkan seluruh anggota untuk mencari keberadaan Nona Muda."
Bukan soal yang sulit mencari tahu soal Namjoon. Meski kehidupannya private karena keturunan konglomerat, Namjoon tetap lah Namjoon yang memiliki kehidupan. Barang 1% pun kemungkinan pasti orang-orang suruhan tuan Ahong akan mendapat kontaknya.
Sama halnya dengan yang lain, Namjoon juga terus uring-uringan karena kekasihnya yang mendadak hilang. Pekerjaan jadi tak tertangani dengan baik. Kuliah online pun ia tak fokus. Nomor telefon tak aktif, semua sosial media juga dinonaktifkan, entah sebetulnya kemana kekasihnya akan pergi. Mina yang terakhir kali bersama Jungyeon pun sama tak tahu akan kemana gadis itu pergi.
"Kemana sih sebetulnya dia ini? Dia udah nyampe ke tempat tujuannya atau belum? Baik-baik aja atau enggak dia di tempatnya? Gue khawatir dia kenapa-napa."
Tuan Woosik masuk ke ruangan Namjoon tanpa permisi. Aura di sekitarnya tampak tidak bagus. Raut kemarahan tergambar jelas di wajahnya. Ia berkacak pinggang dan memandang Namjoon dengan tajam.
"Mau sampai kapan kamu punya urusan sama cucunya tuan Ahong? Kamu mau papi kamu dipecat dari pekerjaan ini? Kamu mau kita sekeluarga diusir dari rumah kakek kamu dan hidup miskin? Jangan buat macam-macam kamu Namjoon. Sekarang gadis itu sudah pergi sendiri, jangan coba-coba cari gadis itu lagi," tegas tuan Woosik.
"Papi takut miskin? Papi nikah sama mami karena takut miskin aja? Bukan karena saling menyayangi?" tanya Namjoon yang membuat jengkel papinya.
"Jangan melawan kamu. Jangan coba cari gadis itu dan jangan pernah temui gadis itu lagi atau kita diusir dari keluarga Kim. Kita diasingkan, Papi ingin menikmati hari tua dengan tenang jadi Papi minta kamu harus putusin pacar kamu itu. Cari gadis lain."
"Nggak, aku nggak peduli mau hidup miskin sekalipun karena aku sayang sama dia. Bahkan kalau sekarang aku dikeluarkan dari silsilah keluarga aku akan terima," kata Namjoon.
"Bodoh kamu! Papi berusaha dari dulu supaya kamu nggak dianggap rendah oleh keluarga Seokjin dengan bekerja keras nurutin semua perkataan kakek kamu tapi kamu malah memilih untuk jadi rendahan karena cinta."
"Kalau gitu terima kasih atas semua yang Papi kasih ke aku. Papi kalau mau jadi kacung kakek selamanya pun terserah, aku akan cari Jungyeon kemana perginya."
"Minggu depan kamu akan Papi kirim ke Semarang supaya kamu instropeksi diri di sana. Papi nggak akan biayain kamu di sana. Biar kamu kerja susah sendiri. Papi udah siapin akomodasi ke sana."
"Terserah, terserah kalian mau apain aku. Jungyeon juga udah nggak ada, lebih baik aku juga pergi dari hidup kalian-kalian!"
Namjoon kemudian menarik jasnya yang ia sampirkan di kursi kerjanya dan langsung keluar dari ruangannya. Ia keluar membawa rasa kesal dan kekecewaannya terhadap sang ayah. Bukannya membantu mencari cara agar Jungyeon cepat ketemu, malah menambah beban pikiran Namjoon saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Blessing [BTS Namjoon×TWICE Jungyeon]
Fanfiction"Kamu kalo kakek ngomong dengerin, jangan iya-iya aja! Awas kamu sampe Kakek liat kamu jalan sama cucunya Ahong!" - kakek Juwan "Keluarga kita jangan sampe berhubungan sama keluarga si Juwan! Sampe ada yang deket sama anak-cucunya Juwan, nih bumi Ak...