I seneng woy!

8 2 0
                                    

Pak Tono mencoba menghalau orang-orang tuan Woosik untuk mendekati Namjoon. Karena ia tak mau ada kegaduhan yang diciptakan oleh mereka. Sementara Kanto dan bu Narto kebingungan atas situasi sekarang ini.

"Kenapa kamu bisa ada di sini? Kamu nyusulin aku?" tanya Jungyeon.

"Nggak, jangan kePEDEan, aku diusir dari rumah gara-gara kamu," jawab Namjoon yang tidak menaruh bubuk romansa di kalimatnya.

"Iih, serius aku tanyanya."

"Serius aku jawabnya." Jungyeon mengerucutkan bibirnya setelah mengetahui alasan Namjoon yang bukan untuk menemuinya, "tapi itu tandanya kita ditakdirin buat ketemu di sini kan? Walaupun keluarga kita banyak yang nentang, tapi Tuhan yang nyuruh kita tetap bersama," bisik Namjoon.

Orang-orang tuan Woosik akhirnya menyingkirkan pak Tono tanpa mempedulikan apapun lagi. Yang mereka tahu jika Namjoon bertemu dengan Jungyeon, yang harus orang-orang itu lakukan tentu saja menyingkirkan gadis itu dari anak majikannya. Mereka berusaha menyingkirkan Jungyeon dari Namjoon tetapi Namjoon memeluk gadisnya erat.

"Sedikit kalian ada yang megang dia, saya nggak akan tinggal diem aja. Saya bakalan teriakin kalian maling di sini," ancam Namjoon.

"Tapi tuan Woosik menyuruh kita supaya Tuan Muda tidak menemui dia lagi."

"Oke kalau itu pilihan kalian. Saya teriak maling sekarang juga. MA----"

"Oke-oke Tuan Muda tenang. Kami akan membiarkan gadis itu."

"Dan kalian harus ingat, di antara kalian yang ikut saya kemari. Jangan ada yang lapor ke siapapun kalau di sini saya ketemu sama pacar saya. Atau nyawa keluarga kalian terancam," ancam Namjoon.

Gemelutuk gigi Namjoon yang menahan kesal terdengar di telinga Jungyeon. Gadis itu mendongak, menatap Namjoon yang bak singa yang siap menerkam mangsa. Agak sedikit takut Jungyeon menatap mata pemuda itu. Saat Namjoon menyadari tatapan Jungyeon, tatapannya meluluh sayu. Belaian lembutnya tersapu di dahi Jungyeon.

"Jangan kayak gitu, i takut," ujar Jungyeon.

"Maaf, tapi aku harus kayak gitu sama mereka. Mereka ancaman buat kamu."

"Joon, jangan pergi yah. I kangen, i nggak mau pisah dari kamu lagi. I bodoh ninggalin kamu saat itu," pinta Jungyeon.

"Aku nggak akan ninggalin kamu. Aku mau di sini asal sama kamu. Kamu tenang aja."

Suasana menjadi canggung cukup lama. Tuan rumah pun masih shock atas kejadian barusan. Sampai akhirnya bunyi teko panas di dapur memecah keheningan. Bu Narto buru-buru masuk ke dalam untuk mematikan kompornya. Sementara pak Tono menenangkan tuan mudanya dan menyuruhnya duduk.

"Jadi Namjoon iki pacare Mbak'e?" tanya Kanto.

"Iya. Temen lu yang mau lu kenalin ke gue itu Jungyeon bukan?" tanya Namjoon.

"Iyo, rupane kalian wis saling kenal. Yo wes ndak popo (iya, ternyata kalian udah saling kenal. Yaudah nggak papa)," jawab Kanto.

Namjoon masih memeluk pinggang gadisnya, sesenti pun tak akan ia lepaskan. Kepergiannya kemari ternyata tak membawa kesialan sepenuhnya. Bersyukur ia bisa bertemu Jungyeon di tempat ini.











































Bulan masih setia mengelilingi orbitnya malam ini. Pantulan surya kala menyinarinya terlihat indah dipandang. Jungyeon sangat betah melihat satelit bumi satu itu. Sementara si jangkung satu di sebelahnya masih setia memandangi wajah bulat lucu khas wingko babat kepunyaan kekasihnya. Namjoon dan Jungyeon, mereka kini tengah memadu cinta di teras rumah baru milik Jungyeon. Ancaman Namjoon mempan juga untuk mengalahkan orang-orang suruhan papinya.

Chasing Blessing [BTS Namjoon×TWICE Jungyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang