Berkat promosi yang dibuatkan Namjoon selama seminggu ini, furniture buatan Kanto dan kawannya mas Genta laku terjual dua kali lipat dari biasanya. Hal itu membuat mereka senang karena keuntungan yang mereka dapatkan malah bisa untuk modal lagi.
"Mas kalo dibuatkan kursi yang di teras mau nggak Mas? Jadi satu set ada meja sama ada kursi," usul Genta.
"Boleh tuh kalo kalian bisa. Kalian bisa buat yang beda nggak?" tanya Namjoon.
"Mas Namjoon ndak usah khawatir. Genta saged napa mawon Mas (Genta bisa apa aja Mas)," tutur Kanto.
"Bisa yah, kita cari inspirasinya di internet."
"Duh Mas, kalo aku ora iso piye jan (duh Mas, kalo aku ngga bisa gimana coba)?" tanya Genta.
"Gen, wis ora usah wedhi. Kowe mesti iso. Kowe wedi barang iso dadi omah (Gen gak usah takut. Kamu pasti bisa. Kamu pasir aja bisa jadi rumah)," kata Kanto.
"Iku sejen Cok. Wedine dicampur semen mulo dadi omah, piye kowe jan, jan (Itu beda Cok. Pasirnya dicampur semen makanya jadi rumah, gimana sih kamu)," kata Genta.
"Udah-udah jangan ribut mulu. Gini aja, gimana kalo semisal kalian berdua yang kreasiin sendiri? Walaupun agak lama juga nggak papa, tapi harus serius buatnya. Jadi gue bisa promosiin lebih harganya," kata Namjoon.
"Ide bagus tuh Mas. Kanto ini suka sama yang unik-unik, nanti kita coba buat gambarannya dulu Mas," kata Genta.
"Sip. Nanti kalo mau beli kebutuhan bahan, ajak gue juga. Nanti kita beli pake mobil aja, sekalian cari bahan yang bagus," kata Namjoon.
"Siap Massseh."
Di tengah obrolan mereka, bi Narto yang membawa nampan berisi 3 kopi panas dan setumpuk pisang goreng di atas piring datang menyambangi ketiganya. Namjoon yang jaraknya dekat dengan bi Narto langsung menghampirinya untuk membantu membawakan nampan penuh itu. Sambil cengengesan karena dia mengincar pisang goreng hangat.
"Di kota ndak ada pisang goreng po Mas? Kok kaya'e tiap bi Narto goreng pisang, Mas Namjoon ki mesti sing pertama njupuk? (Di kota nggak ada pisang goreng Mas? Kok kayaknya tiap bi Narto goreng pisang, Mas Namjoon ini selalu yang pertama ngambil)?" tanya Genta.
"Ada, tapi lu emang mau kebagian dikit pisang goreng enak ini?" kata Namjoon.
"Weleh-weleh," kompak Kanto dan Genta.
👠👞
Nyonya Yejin mendatangi kantor perusahaan suaminya pagi ini. Setelah hilangnya sang putri, nyonya Yejin memilih untuk menghindar dari orang-orang sekitarnya terutama keluarga Park. Lantaran malu dengan gagalnya lamaran yang disebabkan oleh putrinya sendiri. Hari ini kali pertamanya ia kembali menemui sang suami untuk mencari tahu dimana keberadaan putrinya setelah sekian lama ia juga tak dapat menemukan rimbanya.
Pintu ruangan diketuk, tanpa menunggu aba-aba dari dalam nyonya Yejin segera masuk ke dalam. Rupanya sang suami masih sibuk meneliti tumpukan berkas penting di atas mejanya. Wanita itu melangkah anggun mendekati prianya yang masih sama setiap harinya meski di ke dua puluh tiga tahun pernikahan mereka.
"Selamat pagi nyonya Yejin, ada yang bisa dibantu?" tanya tuan Hyunbin.
Pria itu menanggalkan kacamatanya, meletakannya di atas tumpukan berkas lain yang belum ia periksa. Nyonya Yejin melipatkan tangannya ke dada, tatapan jengah ia layangkan dan kemudian sendirinya duduk di atas sofa coklat mewah di sana.
"Kasih tau dimana Jungyeon. Kamu pasti tau kan dimana dia? Saya mau jemput dia sekarang. Anak itu pergi kelamaan, nggak tau orang tuanya di sini nanggung malu," kesal nyonya Yejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Blessing [BTS Namjoon×TWICE Jungyeon]
Fanfiction"Kamu kalo kakek ngomong dengerin, jangan iya-iya aja! Awas kamu sampe Kakek liat kamu jalan sama cucunya Ahong!" - kakek Juwan "Keluarga kita jangan sampe berhubungan sama keluarga si Juwan! Sampe ada yang deket sama anak-cucunya Juwan, nih bumi Ak...