Sudah hampir seminggu Jungyeon absen dari semua kegiatannya. Kuliah atau tugas magangnya di kantor pun tak ia urusi. Akongnya sudah pernah datang ke rumah, bukannya memperbaiki moodnya malah membuatnya semakin bad mood. Semalam setelah Jungyeon dijenguk oleh beberapa sahabatnya kondisinya membaik. Moodnya sedikit kembali setelah bertemu Nayeon, Momo, Jihyo dan Tzuyu di rumahnya. Tetapi pagi ini dia kembali mengurung diri di kamar dan tak mau menemui siapapun kecuali tuan Hyunbin.
"Jungyeon, Papah masuk yah," seru tuan Hyunbin dari luar.
Sebetulnya Jungyeon tak pernah mengunci kamarnya, hanya saja ia tak pernah mengizinkan siapapun masuk kecuali sang ayah.
"Iya," balas Jungyeon.
"Jungyeon ayo siap-siap, Namjoon nungguin kamu di depan katanya mau ajak kamu keluar. Ayo buruan dandan yang cantik," kata tuan Hyunbin.
Jungyeon panik, masalahnya rumah akongnya itu tepat berada di depan rumah Jungyeon. Makanya selama ini setiap kali bertemu Namjoon, Jungyeon selalu memintanya agar menunggunya di depan gang saja. Tapi kali ini Namjoon berani sekali menjemputnya ke rumah? Apa Namjoon sedang mabuk sampai berani datang kemari?
"Papah ngasal, kalo ketauan akong bisa habis dia dikeroyok massa bodyguardnya akong," kata Jungyeon yang langsung keluar tanpa babibu lagi karena takut Namjoon betul-betul datang.
Ketika menuruni tangga rumahnya Jungyeon berpapasan dengan nyonya Yejin. Mereka beradu pandang sepersekian detik sebelum akhirnya nyonya Yejin bertanya,
"Nyariin Namjoon?"
"Iya. Dia beneran kesini? Mamah sama papah kok nggak ngelarang sih? Kalo akong liat gimana?"
Lari Jungyeon tergopoh-gopoh menuruni anak tangga.
"Akong nggak ada di rumahnya, lagi ketemu client di luar kota. Jadi papah nyuruh Namjoon ke sini," kata mamah Yejin.
Jungyeon langsung menghentikan larinya "Seriously Mom?" tanya Jungyeon.
"Yeah."
Seketika lari gadis itu semakin melesat untuk menemui sang pujangga yang amat ia rindukan. Bola mata Jungyeon melebar seketika melihat sosok Namjoon yang duduk di ruang tamu. Masa bodo akan penampilan buluknya Jungyeon langsung memeluk Namjoon saat itu juga.
"I need to see your cutie smile for my vitamin," ungkap Jungyeon.
Ingin rasanya Namjoon membalas ucapan Jungyeon tempo hari saat ia menjemputnya di stasiun ketika Jungyeon mengatainya lebay, namun situasinya tak mendukung. Dia juga amat merindukan kekasihnya, yang besok sudah menjadi tunangan sahabatnya.
"Why? Are you feeling blue? Kamu lagi ketemu pacar kamu, jangan sedih," kata Jungyeon saat menyadari mata Namjoon sedikit berkaca-kaca.
"No, i'm fully exited meeting with you. Tapi kamu keliatan nggak baik-baik aja, that's make me feeling blue," ungkap Namjoon.
"No, i'm fine. Don't worry. Oh iya aku ganti baju dulu yah, kamu tungguin sebentar, okay?"
"Nggak mandi?"
"Nggak usah i udah cantik. Tungguin yah."
Namjoon terkekeh sebelum akhirnya menjawab, "iya-iya."
Selepas perginya Jungyeon, bi Iyem datang mengantarkan minuman untuk Namjoon.
"Terima kasih Bi. Maaf ngerepotin," ucap Namjoon.
"Nggak apa-apa Den, silahkan diminum. Non Jungyeon pasti lama siap-siapnya, sambil nunggu sambil makan aja Den," kata bi Iyem.
"Iya Bi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Blessing [BTS Namjoon×TWICE Jungyeon]
Fanfiction"Kamu kalo kakek ngomong dengerin, jangan iya-iya aja! Awas kamu sampe Kakek liat kamu jalan sama cucunya Ahong!" - kakek Juwan "Keluarga kita jangan sampe berhubungan sama keluarga si Juwan! Sampe ada yang deket sama anak-cucunya Juwan, nih bumi Ak...