"Mau kemana kamu?" tanya kakek Ahong pada cucunya yang sudah berdandan rapi.
Mata jeli kakek Ahong memindai penampilan cucunya dari atas sampai bawah. Jungyeon merutuki nasibnya. Kenapa kakeknya harus datang ke rumah saat ia akan pergi menemui kekasihnya.
"Meet up with my besties. Akong tumben kemari?" tanya Jungyeon.
"Akong mau bicara sama kamu."
"Bicara soal apa? Kalo bisnis nanti aja deh, ini kan malam Minggu. Jungyeon mau ketemu sama temen-temen. Nanti aja yah Kong. Sekarang Jungyeon udah ditunggu sama temen-temen, Akong happy-happy sama papah sama mamah, oke? Jungyeon pergi dulu yah."
Belum genap selangkah kaki melangkah, Jungyeon sudah ditarik paksa oleh sang kakek.
"Duduk Akong mau bicara sama kamu. Akong dengar kamu masih pacaran sama cucunya si Juwan?" tanya kakek Ahong.
"Dengar dari siapa?" jawab Jungyeon.
"Hendry bilang kamu gak mau dijemput sama dia waktu di stasiun. Katanya kamu udah dijemput sama cucunya Juwan, Akong punya bukti fotonya dari Hendry jadi kamu gak bisa mengelak."
Hendry adalah tangan kanan kakek Ahong. Pria itu merupakan putra dari tangan kanan pertama kakek Ahong, namun karena pria kepercayaan kakek Ahong sudah meninggal, jadi putranya yang sekarang menggantikan posisinya. Kegiatan Jungyeon di luar memang banyak diawasi oleh Hendry. Termasuk soal hubungannya dengan Namjoon.
"Salah besar yah kalo Jungyeon jatuh cinta sama Namjoon? Cinta gak bisa memilih kalo Akong tau," kata Jungyeon.
"Salah kalau kamu cintanya sama dia. Kamu udah Akong jodohkan sama Jimin. Jadi sebaiknya kamu akhiri hubungan kamu sama cucunya si Juwan itu. Jangan temui dia lagi. Sabtu depan keluarga Park akan datang kemari, kamu jangan buat janji hari itu," kata kakek Ahong.
"Jimin? Park Jimin? Jimin punya pacar Akong, temen Jungyeon juga. Lagipula Jungyeon gak suka sama Jimin, Jimin bukan selera i buat cinta-cintaan," ujar Jungyeon.
"Suka atau tidak suka kamu harus menikah sama Jimin. Sabtu depan akan langsung diadakan pertunangan kalian. Dan saat kalian lulus kuliah nanti, Akong akan langsung melaksanakan pernikahan kalian."
"Akong apaan sih? Akong kayak gitu atas izin siapa? Jungyeon punya pilihan hidup sendiri. Akong sayang sama Jungyeon nggak sih? Kenapa Akong selalu maksa-maksa Jungyeon?" kesal Jungyeon.
"Justru itu karena Akong sayang kamu, Akong jauhin kamu dari keluarga si Juwan yang selalu iri sama keluarga kita. Bayangkan kalo kamu masuk keluarga Juwan, yang ada kamu disakitin sama mereka."
"Akong terlalu negatif thingking sama keluarga Namjoon. Belum tentu yang Akong ucapin itu bener."
"Mamah kamu sudah setuju agar kamu menikahi putra sulung keluarga Park. Kamu tentunya nggak mau kan membangkang karena nggak nurutin keputusan mamahmu?"
Motif perjodohan yang dilakukan oleh sang kakek bukan tak diketahui Jungyeon. Tak jauh-jauh pasti masih urusan bisnis. Keluarga Jimin memiliki 15% saham di perusahaan logistik T&T. Belum lagi perusahaan sawit milik keluarga Park kini tengah dalam masa jayanya. Pasti kakek Ahong ingin menjalin kerjasama dibalik perjodohan itu.
"Ada apa ini Jungyeon sama Akong?" tanya tuan Hyunbin yang baru saja tiba dari kepulangannya setelah menjemput sang istri dari acara sosialita.
"Ayah ada apa sampai datang ke rumah?" tanya nyonya Yejin.
Jungyeon langsung mengadu pada papahnya bahwa dirinya akan segera dinikahkan dengan putra sulung keluarga Park.
"Mamah sama Akong mau nikahin Jungyeon sama Jimin. Jungyeon nggak mau dipaksa-paksa. Dari dulu Jungyeon selalu dipaksa buat menuhin semua keinginan Akong termasuk milih jurusan kuliah yang Jungyeon nggak tertarik sama sekali. Sekarang Jungyeon harus nikah sama laki-laki pilihan Akong juga Jungyeon nggak mau Pah," adu Jungyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Blessing [BTS Namjoon×TWICE Jungyeon]
Fanfiction"Kamu kalo kakek ngomong dengerin, jangan iya-iya aja! Awas kamu sampe Kakek liat kamu jalan sama cucunya Ahong!" - kakek Juwan "Keluarga kita jangan sampe berhubungan sama keluarga si Juwan! Sampe ada yang deket sama anak-cucunya Juwan, nih bumi Ak...