perang gerilya

29 7 0
                                    

Sore ini kedua keluarga akan dipertemukan di kediaman tuan Hyunbin. Acara pertunangan ini private dan cukup dihadiri oleh kedua pihak keluarga. Rumah Jungyeon dari pagi sudah riuh oleh persiapan nanti sore, sementara Jungyeon sendiri sibuk bersantai di balkon kamarnya sambil memakan kentang goreng yang ia bawa dari dapur. Seperti tidak punya beban pikiran saja.

"Kentang dan saus, bunga dan kumbang, Romeo dan Juliet! Enak juga makan kentang di balkon sambil lihat rumput tetangga," kata Jungyeon bermonolog.

Sisa satu potong kentang yang langsung dilahap habis oleh Jungyeon. Jika kalian berpikir kalau Jungyeon akan keluar menaruh piringnya, kalian salah. Jungyeon hanya menaruh piringnya di meja kerja dengan beberapa gelas kotor yang lama tak ia cuci juga.

Krek...Krek...Krek...

Jungyeon melempar pandang ke arah pintu. Terdengar juga ribut-ribut dari luar kamarnya. Hal itu membuat Jungyeon buru-buru mendekati pintu kamarnya dan mencoba membukanya. Gagal. Pintu itu ternyata sudah terkunci dari luar.

"Pah! Buka pintunya! Kenapa dikunci?" teriak Jungyeon dari dalam.

"Yah bukain pintu kamarnya, kenapa sampai harus dikunci? Kasian dia Yah."

"Tidak! Biar dia tidak pergi kemana-mana!"

Itu suara akong yang amat Jungyeon kenali. Dalang dibalik penguncian pintu kamarnya ternyata akongnya sendiri.

"Pergi kemana? Di rumah ramai orang, mana berani dia pergi Yah. Udah bukain aja pintunya," kata tuan Hyunbin.

"Akong kenapa sih! Akong jahat! Kalau nanti Jungyeon kenapa-napa di kamar Akong jangan nyesel!" teriak Jungyeon.

Grak! Gebrakan pintu jati yang beradu dengan kaki Jungyeon mengejutkan akong dan tuan Hyunbin. Jungyeon sendiri juga terkejut dan kesakitan tentunya. Dia bahkan menangis karena sangkin sakit dan kesalnya.

"Bodoh kenapa sakit banget?" rutuk Jungyeon.

"Buka Yah, Jungyeon nanti kenapa-napa."

"Nggak, Ayah akan buka nanti saat waktunya."

Sebetulnya Jungyeon tidak peduli jika pintu kamarnya dikunci. Ia sudah menyiapkan cara kabur lewat balkon kamarnya. Belajar dari sinetron-sinetron dan ftv yang ia tonton, pemeran yang akan dijodohkan keluarga biasanya terjun menggunakan kain yang saling diikat dan digunakan untuk pegangan turun. Kebetulan Jungyeon juga tidak akan membawa barang-barang banyak, cukup handphone dan perlengkapannya beserta sejumlah uang yang akan ia pakai untuk membayar rumah dan kebutuhan hidupnya nanti.

"Huhuhu sakit," tangis Jungyeon.

"Jungyeon? Are you ok? Sorry Papah gak bisa bantuin, kuncinya semua dibawa akong. Papah gak kuat dobrak pintu kamar kamu," panggil tuan Hyunbin dari luar.

"Nggak papa kok Pah. Tapi kaki Jungyeon sakit," adu Jungyeon.

"Nanti Papah coba panggil pak Rowan buat lepas lubang kuncinya, sebentar yah Jungyeon yah."

Tuan Hyunbin sampai lari-lari mencari sopir pribadinya untuk meminta bantuan. Ia panik karena Jungyeon di dalam kamarnya kesakitan sendirian. Akibat larinya tuan Hyunbin pun jatuh dan kakinya agak terkilir membuatnya jadi susah bangun. Asisten rumah tangga yang melihatnya tentu langsung membantunya bangun sambil memanggil-manggil majikan perempuannya.

"Bu...Ibu...Pak Hyunbin jatuh Bu," teriak bi Iyem.

Suara itu membuat beberapa orang yang tengah menyiapkan pertunangan Jungyeon datang menghampiri tuan Hyunbin. Termasuk pak Rowan yang dicari tuan Hyunbin.

"Pak Rowan tolong lepasin lubang kunci kamarnya Jungyeon, dia mau keluar tapi nggak bisa," pinta tuan Hyunbin.

Di tengah kesakitannya pun ia masih mengutamakan Jungyeon.

Chasing Blessing [BTS Namjoon×TWICE Jungyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang