jakarta-semarang

10 3 0
                                    

Mobil tuan Woosik tiba di dusun tempat Namjoon akan diasingkan. Namjoon menyebutnya begitu karena kepergiannya ini atas dasar paksaan papinya. Mobil yang disupiri pak Tono supir pribadi papinya berhenti di sebuah rumah di ujung jalan. Suasana malam di sana sungguh sepi, hanya terdengar bunyi suara hewan malam.

"Den bangun Den, udah nyampe ini," gugah pak Tono.

Namjoon mengucek matanya untuk melihat lebih jelas keadaan sekitar. Orang suruhan papinya sudah menurunkan semua koper-koper miliknya dari bagasi. Jadi Namjoon dan orang suruhan papinya ini naik mobil yang terpisah. Orang suruhan papinya membawa mobil Namjoon karena pak Tono kurang memahami mesin mobil Namjoon.

"Ini rumah siapa?" tanya Namjoon.

"Ini rumah bu Narto, Den. Saya diminta bapak untuk mengantar Aden kesini," kata pak Tono.

"Pak Tono langsung pulang lagi ke Jakarta? Enggak kan Pak? Temenin saya sehari dulu di sini," pinta Namjoon.

"Gimana yah Den? Soalnya saya pulang juga sama orang-orangnya bapak," kata pak Tono.

"Saya yang ngomong ke mereka."

Setelah perbincangan panjang antara Namjoon dan orang-orang suruhan papinya, mereka pun mau untuk menemani Namjoon sehari. Namjoon ditemani pak Tono pun menyambangi rumah bu Narto. Bu Narto yang mungkin mendengar suara orang-orang di luar pun akhirnya penasaran. Wanita yang sudah lanjut usia itu terkejut mengetahui banyak sekali orang di depan rumahnya.

"Eeh Tono, ya Allah. Piye kabare Tono?" tanya bu Narto.

"Sae Bu, Bu Narto piye? (Baik Bu, Bu Narto gimana?)" Pak Tono menyalami bu Narto dengan sopan.

Namjoon ikut menyalami bu Narto seperti yang pak Tono lakukan.

"Iki sopo Tono?" tanya bu Narto saat Namjoon mencium tangannya.

"Iki Den Namjoon, putune pak Juwan sing nomer kalih, sing diasuh Bu Narto dhisik (ini Den Namjoon, cucu keduanya tuan Juwan yang diasuh sama Bu Narto dulu)," kata pak Tono.

"Ealah Gusti, bagus tenan Le. Ayo mlebu mlebu, leren sek (Ealah Gusti ganteng banget Nak. Ayo masuk masuk, istirahat dulu)," ajak bu Narto.

Namjoon bertanya tentang apa yang dibicarakan bu Narto dan pak Tono soalnya. Rupanya hal yang diutarakan bu Narto adalah bahwa dirinya sangat tampan. Agak malu juga dipuji orang lain soal ketampanannya. Tapi Namjoon senang juga dipuji oleh orang lain. Pak Tono pun mengajak yang lainnya masuk ke rumah bu Narto.

"Sepi yo Bu? Kanto teng pundi? (Sepi yah Bu? Kanto dimana?)" tanya pak Tono.

"Jek dolan Ton. Ana tonggo anyar wedhok, mau njaluk tulung Kanto pasang tabung gas sore kala wau. Si mbak'e jare ngundang Kanto mangan neng omahe, (masih main Ton. Ada tetangga baru cewek, tadi sore minta tolong Kanto pasang tabung gas. Si mbaknya katanya ngundang Kanto makan di rumahnya)," ujar bu Narto.

"Lha meh dadi mantune po? Ahahaha," gurau pak Tono.

"Kowe iki lho. Sek yo tak nyiapke ombean (kamu ini lho. Sebentar yah mau nyiapin minum)," kata bu Narto.

"Sip Bu. Matur suwun, ahahaha," kata pak Tono.

Setelah bu Narto pergi, Namjoon baru menanyakan apa yang sedari tadi pak Tono dan bu Narto bicarakan. Pikir Namjoon itu obrolan yang serius, ternyata hanya basa-basi seseorang yang baru bertemu setelah sekian lama.

"Pak kalau saya nggak bisa bahasa sini gimana saya ngomongnya? Masa saya setiap hari harus pake google translate Pak?" tanya Namjoon.

"Nggak kok Den, bu Narto ya tau kok bahasa Indonesia. Asal Den Namjoon nggak pake bahasa Inggris, nanti bu Narto nggak tau."

Chasing Blessing [BTS Namjoon×TWICE Jungyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang