Ketukan pintu kamar dari luar tak dibalas si empunya. Nyonya Ilhwa membuka langsung pintu kamar Namjoon, barangkali putranya masih belum pulang juga. Agak sedikit tenang perasaannya saat melihat Namjoon yang tertidur dengan balutan selimut yang menutupi seluruh badannya. Nyonya Ilhwa lantas menghampiri Namjoon untuk membangunkannya karena pagi ini Namjoon seharusnya pergi ke kantor.
"Joon, udah jam enam ini. Kamu mau ke kantor enggak?" tanya nyonya Ilhwa.
Namjoon hanya sedikit terusik oleh suara nyonya Ilhwa. Kali ini nyonya Ilhwa membangunkan putranya dengan memijat-mijat tangan Namjoon.
"Mau ke kantor enggak Joon? Apa mau istirahat aja di rumah?"
Cara itu berhasil membuat Namjoon terbangun. Kelopak mata yang sedari tadi melekat kini perlahan membuka. Namjoon membersihkan kotoran matanya untuk melihat lebih jelas siapa yang ada di depannya. Pening di kepala masih dapat ia rasakan makanya ia tak mencoba untuk beranjak bangun.
"Kamu mau ke kantor enggak?" Namjoon hanya menggeleng. "Semalem pulang jam berapa? Kok Mami nggak liat kamu pulang?"
"Jam dua, maaf nggak ngabarin Mami. Soalnya handphone Namjoon mati lupa bawa charger," jawab Namjoon.
"Terus kamu habis kemana? Bukannya terakhir kamu nelfon Mami udah di jalan, kok ditungguin gak pulang-pulang?"
"Namjoon bantuin orang nyasar Mi. Rumahnya jauh, Namjoon juga gak tau nama daerahnya apa. Kakek-kakek gitu katanya gak ada uang buat pulang," ujar Namjoon setengah bohong. Ia hanya tak mau membuat ibunya khawatir soal kondisinya sekarang.
"Ya ampun Namjoon, lain kali sebisa mungkin kabarin kalo ada perlu. Mami nungguin kamu pulang semalem."
"Iya Mi maaf yah. Semalem Namjoon nggak bangunin Mami juga soalnya Mami pules banget."
"Udah, nggak papa. Mandi gih baru kita sarapan. Kalo nggak mau ke kantor ya tetep harus mandi, biar segeran," kata mami Ilhwa.
"Oke Mami."
"Mami mau ke dapur dulu yah bantuin mbak Pur siapin sarapan." Namjoon mengangguk.
"I mau makan apa yah? I males kalo jalan ke warung. Oh iya i lupa kalo gasnya habis. Ish i males banget beli gas, masa jalan kaki ke warung? Jauh banget woy," gerutu Jungyeon.
Jungyeon hari ini malas sekali untuk beraktivitas. Bosan sendiri terlalu lama berdiam di sana. Kegiatannya di Candirejo setiap hari hanya menonton tv di rumah sambil berbicara sendirian. Internet di dusun sana masih kalah cepat ketimbang di Jakarta, padahal Jungyeon sudah mengganti nomornya dengan operator seluler yang punya jaringan tercepat di sana, tapi itu kata penjualnya. Nyatanya Jungyeon masih sering kesusahan mengakses internet.
"Terpaksa deh i beli gas. Males i beli makan di warung, itu-itu terus makannya. Tapi i masak apa? Bahannya aja gak ada. Yaudahlah beli gas dulu," kata Jungyeon.
Tak tahu cara melepas regulator gas, Jungyeon mencari caranya di youtube. Makin malas dia untuk membeli gas. Masalahnya untuk menonton satu vidio di youtube butuh waktu loading yang cukup lama.
"Ini kayaknya yang jual sim card penipu. Mentang-mentang i gak tau," kesal Jungyeon.
Akhirnya Jungyeon melepas sendiri regulator gasnya. Tidak mungkin meledak juga soalnya gasnya sudah habis, pikir Jungyeon. Dibawanya tabung itu keluar rumah. Dengan susah payah tentunya. Menyesal ia saat menolak ajakan Namjoon untuk ikut gym, coba kalau dia ikut pasti gas delapan kilo bukan apa-apa untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chasing Blessing [BTS Namjoon×TWICE Jungyeon]
Fanfiction"Kamu kalo kakek ngomong dengerin, jangan iya-iya aja! Awas kamu sampe Kakek liat kamu jalan sama cucunya Ahong!" - kakek Juwan "Keluarga kita jangan sampe berhubungan sama keluarga si Juwan! Sampe ada yang deket sama anak-cucunya Juwan, nih bumi Ak...