penginapan bintang 4

10 1 1
                                    

Motor butut Kanto mogok tepat di depan pintu masuk hotel. Beruntung, meski tadi sempat susah juga dinyalakan setelah terendam banjir. Namjoon hanya menuntun motor butut itu diikuti Jungyeon yang menyangking barang belanjaannya. Sampai depan, satpam hotel menertawakan mereka karena menuntun motor butut. Mereka tidak tahu kalau di saku Namjoon tersimpan black card yang limitnya tanpa batas.

"Kok nggak ada yang bantuin kita yah? Malah mereka sibuk bercanda sendiri," tanya Jungyeon.

"Nggak papa, kita kan lagi jadi orang miskin. Wajar kalo nggak ada yang bantuin," jawab Namjoon.

"Hah?"

Namjoon menepuk setang si Molek, baru di situ Jungyeon mengerti apa maksudnya Namjoon. Ya mereka kemari dengan kendaraan butut, bukan mobil mewah yang biasa dipakai bangsawan yang biasanya menginap di penginapan seperti ini.

"Tapi kan kita juga bayar Joon. Masa nggak dibantuin, kan kita berhak dapet pelayanan yang bagus dari mereka juga," sungut Jungyeon.

"Jungyeon masih nggak ngerti?" tanya Namjoon.

"Ngerti Namjoon, tapi kan tetep aja. Kita ke sini kan sama kayak orang lain yang mau nginep, masa dicuekin lagi kesusahan."

Setelah memarkirkan si Molek dan menempatkan helm dengan aman, Namjoon menggandeng Jungyeon untuk masuk ke dalam hotel. Di depan pintu masuk keduanya masih tak disambut ramah oleh satpam, namun Namjoon tak begitu mempedulikannya. Sedari tadi Jungyeon saja yang tak terima ia dilayani dengan pelayanan tak memuaskan.

Di tempat resepsionis baru lah mereka dilayani dengan baik karena petugas resepsionis mengetahui kamar mewah yang dipesan Namjoon. Mereka dibawakan barang-barangnya oleh petugas tersendiri ke kamar double room yang Namjoon pesan. Namjoon tak bisa sembarangan memesan dua kamar, ia takut rincian pemesananan di tagihan kartu debitnya justru menjadi boomerang. Bisa saja kan tuan Woosik mencari tahu pengeluaran Namjoon selama diasingkan, lalu jika sampai tahu kalau Namjoon memesan dua kamar, untuk siapa kamar yang satunya lagi? Mana mungkin Namjoon bilang jika kamar itu dibooking untuk Jungyeon. Beli baju saja Namjoon tidak bisa memakai kartu debitnya, Namjoon memakaikan semua sisa uang tunainya untuk membelanjakan baju-baju Jungyeon dan dirinya. Bisa gawat jika keluarganya tahu lewat rincian tagihan debit. Namjoon harus lebih berhati-hati karena orang-orang tuan Woosik juga sudah sempat tahu soal keberadaan Jungyeon.

"Gih kamu duluan bersih-bersih sama ganti baju," kata Namjoon.

Jungyeon membawa pakaian ganti dan handuk untuk lekas membersihkan badan. Keringat dan bekas cipratan air hujan di jalan membuat badannya gatal-gatal terutama kakinya.

















































Pukul tiga pagi Namjoon dan Jungyeon baru selesai persiapan tidur. Tubuh semuanya lelah. Tangan Namjoon bahkan terasa pegal setelah menyetir motor seharian.

"Bantal aku itu, itu sama guling satu," kata Namjoon menunjuk semua bantal tidur yang tersedia di kamar.

"Terus bantal i?" Jungyeon menarik lengan kekar Namjoon, "bantal i yang ini bantal i. Ayo tiduuuuurrrr."

Bruk! Bruk!

Kedua badan besar mereka masing-masing kompak dijatuhkan di atas kasur empuk yang hangat. Lalu keduanya tertawa karena merasa bodoh dengan kelakuan sendiri.

"Kalo aku khilaf di sini kamu maafin nggak?" tanya Namjoon.

"Dih Namjoon belum apa-apa udah khilaf-khilaf. Dosa tau dosa! Kasian papah i kalo anaknya nggak bener ikut nanggung dosanya," omel Jungyeon seraya mencubit pipi gembul pemilik hatinya.

Chasing Blessing [BTS Namjoon×TWICE Jungyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang