4. "Apakah pernah Islam mengajarkan untuk menoleransi segala hal zina & dosa?"

261 37 5
                                    

"Bukan begitu, tapi.."

"Apakah pernah Islam mengajarkan untuk menoleransi segala hal zina dan dosa?" pertanyaan Wildan kali ini benar-benar membuat Haura hampir tidak bisa berkata-kata.

Wanita kelahiran Brazil - Indonesia itu hanya bisa menunduk dan memainkan jari jemarinya. Sosok ayahnya adalah sosok lelaki Indonesia yang berhasil menggaet wanita Brazil yang saat itu mualaf.

Haura baru saja kembali ke Indonesia, 2 tahun yang lalu. Ia sudah mempelajari bahasa Indonesia sejak lahir jadinya ia begitu fasih tanpa harus belajar kembali. Kedua orangtuanya selalu mengajarkan ia 2 bahasa.

Dan.

Haura juga baru masuk Islam 2 tahun yang lalu.

Awalnya ia tidak memiliki agama karena ia tidak mempercayai apapun. Namun, sejak datang ke Indonesia. Dia mencoba untuk masuk agama Islam, ditambah ayahnya membuka sebuah pesantren yang begitu besar. Yayasan Pondok Pesantren Darul Hikmah.

Jadi, ia sebetulnya tidak mengetahui tentang zina atau berpacaran. Dia juga orang awam yang hanya baru tahu cara menutup diri tanpa memahami istilah lebih dalam agama Islam.

"Kau tidak bisa membentak Haura seperti itu," ujar Wiliam ke Wildan.

"Saya nggak membentak, bahkan nada bicara saya tetap di satu tangga nada. Do Re Mi, dan nada bicara saya berada di Mi. Itu sudah yang paling lembut," ucap Wildan.

"Kau tidak tahu bahwa Haura pernah terpuruk sejak kejadian beberapa waktu silam. Makanya saya selalu ada di sampingnya, saya membantunya untuk bangkit dari rasa keterpurukan," tegas Wiliam.

"Kau lelaki yang paham agama Islam?" tanya Wildan.

"Tentu, saya tau sedikit demi sedikit. Karena saya tidak begitu belajar tentang agama, setidaknya saya belajar untuk terus berdiri disamping orang yang membutuhkan saya." pungkas Wiliam.

"Tapi tidak dengan zina. Melakukan sesuatu dengan niat baik itu bagus, tapi jika niat baik itu adalah soal zina. Itu sama saja salah, tidak ada kebenaran diatas kesalahan. Dan, tidak ada toleransi terhadap zina. Berpacaran dan saling berdiri sambil menatap wajah masing-masing sambil tersenyum puas itu sudah zina. Zina itu banyak jalurnya, jangan sampai salah langkah," tegas Wildan.

"Kau tidak paham kalau orang-orang yang depresi membutuhkan support kita," tegas Wiliam.

"Saya tidak mengatakan bahwa kau tidak boleh memberikan support. Tapi, masalah disini adalah zina. Tidak ada toleransi dalam zina meskipun dalam keadaan depresi sekalipun. Cara untuk menyembuhkan seseorang yang depresi banyak, bukan dengan cara zina." ucap Wildan.

"Kau hanya memahami hukum Islam tanpa tahu bagaimana perasaan mereka?" tanya Wiliam.

"Saya tahu, tapi kau harus tahu juga. Bahwa memberikan jalan terbaik dengan memberikan pikiran positif itu bagus, tapi bukan dengan halnya berzina. Jika memang kau bersikeras untuk membuatnya terus disamping mu dan kau bertanggung jawab penuh maka nikahi dirinya. Itu adalah jalan satu-satunya dalam hal kebaikan yang kau sebutkan itu," tegas Wildan.

"Dan, perlu kau ketahui satu hal. Jika kau tidak berjodoh, dan kau putus dengannya. Apakah dunia nya tidak akan runtuh kembali? Apakah dia mampu untuk tetap hidup tanpa kehadiran dirimu? Makanya jangan pernah menyembuhkan seseorang dengan perasaan, sebab, perasaan manusia berubah-ubah. Seandainya, kau menyukai wanita lain yang bisa menjaga dirimu lebih baik, kau mau meninggalkan wanita ini? Karena wanita ini hanya sakit-sakitan. Kau harus paham makna dari sembuh, jika yang kau lihat dia sembuh karena jatuh cinta, kau salah! Salah karena tidak ada kesembuhan yang di selesaikan dari cinta. Jangan terlalu banyak menonton drama Korea, terlalu realistis itu penting. Kau harus tahu, bagaimana hal ini bisa berjalan. Kau yakin sudah benar-benar sanggup untuk mengklaim dia benar-benar milikmu dengan menikahinya? Kau pasti belum kepikiran untuk menikah, bukan?"

MAS WILDAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang