Kevin sekarang berada kantor atau lebih tepatnya diruangan vincent, dan duduk disalah satu sofa yang langsung menghadap kearah vincent sudah 30 menit yang lalu vincent mau pun Kevin hanya bertatapan dalam diam tidak ada yang mau membuka percakapan.
Kevin dengan tangan disilangkan depan dada, serta raut wajah kesalnya. Sedangkan vincent menyandarkan tubuhnya disandarkan kursi dan tangan menyilang di depan dada, serta raut wajah yang sama kesalnya dengan kevin.
"Kenapa kamu tidak mengabari ku lebih dulu kalau mau pergi ke rumah temanmu?" vincent memulai pembicaraan walau dengan datar namun terlihat tegas di setiap kalimat.
"Udah aku bilang kalau aku lupa, dan ponselku juga kehabisan baterai lagipula apa pentingnya mengabari mu untuk urusan seperti itu" Kevin memalingkan wajahnya ke arah lain dan bibir yang dimajukan.
"Oh... Tuan muda satu ini sepertinya sudah berani dengan ku, hanya karena dapat teman baru" vincent memberi jeda sebelum melanjutkan perkataannya.
"Apa kamu tahu semua orang ku hampir seharian mencarimu, apa menurutmu itu Bagus membuat orang kesusahan dan merasa khawatir! "
Jujur saja saat ia dikabarkan bahwa Kevin menghilang membuatnya merasa sangat khawatir akan hal itu dan jika saja sampai terjadi apa-apa mungkin vincent tidak akan memaafkan alex dan juga Randall atau mungkin ia akan melakukan hal yang lebih dari itu. Entahlah. Vincent hanya tidak mau orang yang ia sayangi sampai terluka.
"Aku tidak menyuruhmu untuk mengkhawatirkan ku, lagi pula aku bisa pulang sendiri dengan transportasi umum"
"Tuan muda, apa kamu punya uang untuk membayarnya? " ucap vincent menyindir.
"Aku bisa pakai kartuku"
"Kamu sangat percaya diri ya tuan muda, tapi apa kamu tidak lupa dari mana asal kartumu? "
Kevin tidak bisa menjawab ucapan vincent dan hanya terdiam seribu bahasa, karena yang dikatakan vincent benar kartu itu darinya. Beginilah jika Kevin dan vincent berdebat tidak akan ada yang mau mengalah. Keheningan pun melanda mereka lagi selama beberapa menit sampai ada seseorang mengetuk pintu ruangan vincent.
"Masuk" ucap vincent mempersilahkan. Kemudian muncullah sosok elise.
"Tuan, maaf, mengganggu, 5 menit lagi anda akan ada rapat dengan presdir willona group"
"Baik saya akan segera ke sana" sejurus kemudian elise keluar dari ruangan vincent.
"Baiklah Kevin sepertinya aku akan melanjutkan kerjaku, dan kamu tetaplah disini sampai aku kembali orangku sudah berjaga didepan pintu jangan coba kabur" ucap vincent sambil menunjuk kevin.
Vincent beranjak dari duduknya, berjalan melewati tempat Kevin duduk sekarang hendak pergi ke ruang pertemuan, namun saat hampir dekat dengan pintu sebuah panggilan dari Kevin menghentikan langkahnya.
"Aku lapar, saat ke rumah temanku tadi aku belum sempat makan. Apa kamu tega membiarkanku mati kelaparan? " Kevin mempelankan suaranya pada kalimat terakhir tapi masih bisa didengar oleh vincent.
Vincent mengeluarkan senyum menggodanya tapi tidak dapat dilihat oleh Kevin karena posisi vincent membelakangi kevin. Inilah saatnya bagi vincent untuk mengerjai Kevin. Menurutnya hal ini sangat menyenangkan dan terkesan menghibur apa lagi saat kekesalan Kevin mulai terpancing.
"Tuan muda, anda tidak perlu khawatir aku sudah menyuruh martin beli makanan kesukaanmu" vincent berbalik menatap Kevin.
"Tapi karena tadi anda bilang mempunyai uang jadi anda harus membayar makanannya, jika tidak aku akan menyuruh martin membatalkan pesanannya" vincent melanjutkan langkahnya menuju tempat pertemuan, namun sebelum ia benar-benar keluar ruangan ia mendengar suara teriakan Kevin memenuhi seisi ruangan.
"Papa...kamu orang tua yang kejam memeras anaknya sendiri liat saja aku akan membayar dua kali lipat saat aku besar nanti!" Kevin berteriak sepenuh tenaga, sedangkan vincent tersenyum penuh kemenangan karena memenangkan perdebatan dengan Kevin.
. . .
Sudah hampir satu jam Kevin duduk di sofa salah satu di ruangan vincent sejak ia meninggalkan ruangan ini tanpa bisa melakukan apapun. Seperti yang vincent katakan tadi ia benar-benar menyuruh orangnya untuk berjaga didepan pintu dan tidak memperbolehkan Kevin untuk keluar alhasil ia hanya diam ditempat ia duduk.
Kevin menghela napas berat.
Terdengar suara knop pintu, dan suara langkah kaki yang mulai mendekat ke arahnya.
"Papa, kenapa kamu lama sekali aku__" Kevin tidak melanjutkan ucapannya saat tahu orang yang masuk bukanlah vincent.
"Maaf tuan muda saya izin untuk mengambil berkas yang tertinggal"
"Bibi siapa? "
"Saya sekertaris tuan vincent"
"Dimana papa"?
"Tuan masih ada rapat, apa tuan muda ada yang ingin disampaikan? "
Kevin menggeleng cepat dan masih menatap elise dengan tatapan yang kagum.
"Kalau begitu saya permisi" elise pun pergi setelah mengucapkan kata-kata itu meninggalkan Kevin seorang yang masih saja merasa kagum akan kecantikan elise.
"Aunty tadi cantik, cocok jadi mama aku"
Vincent kembali dari pertemuannya tadi dengan raut wajah kesal. Bagaimana tidak presdir tadi memaksa Vincent menerima proyek bodoh dan itu bagi Vincent tidak akan menguntungkannya sama sekali bagi perusahaannya. Daripada perusahaannya rugi lebih baik dia tidak menerima.
Bruk!
"Dasar presdir tua tidak tahu malu apa dia pikir avrelio group perusahaan tidak kompenten sampai dia meremehkan pekerjaanku?! " ucap vincent penuh amarah.
"Papa sepertinya ada yang membuatmu kesal. Siapa orang yang berani melakukannya"
"Sudahlah, ini bukan urusanmu anak kecil"
"Dasar tidak tahu terima kasih masih baik aku memberi perhatian padamu dengan bertanya" ucap kevin yang juga dibuat kesal olehnya.
Tetapi itu tidak ada pengaruh buat vincent, karena ia masih saja memikirkan hasil rapat hari ini dan itu sungguh menjengkelkan untuknya. Bagaimana tidak saat di rapat tadi ia dikatakan sebagai presdir yang tidak kompeten dan itu sangat membuat ia marah.
Vincent beranjak dari duduknya berjalan ke tempat duduk Kevin.
"Ayo kita pulang hari aku ingin istirahat dirumah saja karena pikiranku cukup lelah karena pencarianmu"
"Apa pekerjaan papa disini sudah selesai, bukannya papa orang yang kerja? " Kevin berkata dengan nada menyindir.
"Meeting tadi adalah agenda terakhirku, jadi setelah ini tidak ada apa-apa lagi. Tidak ada salahnya aku istirahat di rumah"
"Baiklah" Kevin beranjak berdiri, lalu mengangkat kedua tangan, isyarat minta di gendong. Tanpa mengatakan apapun vincent menurutinya dan mengangkat tubuh kecil Kevin, berjalan keluar ruangan.
Didepan ruangan vincent masih ada dua bodyguard berjaga. Karena vincent bukan majikan yang kejam, ia pun juga menyuruh mereka untuk pulang dan beristirahat bagaimanapun semua orangnya sudah terlibat dalam pencarian Kevin.
Vincent melanjutkan langkahnya menuju parkiran mobil disana martin sudah menyiapkan mobil dengan dia yang menjadi sopirnya. Terlihat dari arah kejauhan elise menghampirinya membuat langkahnya terhenti.
"Predir karena anda tidak ada agenda lain bolehkah saya pulang juga hari ini? "
"Terserah, tapi besok jangan lupa membuat janji temu saya dengan pemilik hotel hillion"
"Baik presdir terima kasih atas kebaikan anda" elise membungkukkan badan tanda hormat saat vincent pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Young Daddy
General Fictionvincent avrelio adalah seorang presdir muda yang baru saja lulus dari universitas ternama di inggris saat ia baru menduduki posisi sebagai presdir di perusahaannya disitulah dalam semalam ia menjadi seorang ayah dari anak yang ditemukannya