vincent avrelio adalah seorang presdir muda yang baru saja lulus dari universitas ternama di inggris saat ia baru menduduki posisi sebagai presdir di perusahaannya disitulah dalam semalam ia menjadi seorang ayah dari anak yang ditemukannya
Keesokan harinya elise bekerja seperti biasanya dan soal ucapan kenzo masih saja mengganggu pikirannya, tetapi elise harus tetap fokus ia tidak mau akibat memikirkan masalah pribadi membuat pekerjaannya menjadi kacau. Sekarang elise tengah menyiapkan materi untuk rapat pagi ini dan jika ada kesalahan, itu akan membuat perusahaan rugi besar dengan kehilangan kontrak puluhan miliyar. Saat dirasa semua beres elise pergi keruangan vincent untuk menyerahkannya.
Diwaktu istirahat makan siang elise pergi makan diluar didekat kantor bersama renata, karena renata menelponnya ingin mengatakan sesuatu. Dan kini mereka telah duduk berhadapan hanya dipisahkan oleh meja bundar berukuran kecil yang berisikan makanan yang telah dipesan.
"Apa kamu masih bisa makan? " ucap renata ketus dan mampu membuat dahi elise berkerut, lalu menghentikan kegiatannya yang akan menyantap makanan.
"Apa, maksudmu? "
"Elise, sudahlah, jangan pura-pura seakan kamu tidak tahu" ada jeda tiga detik.
Elise tidak berani menatap wajah renata. Inilah kebiasaan elise jika masalah kenzo yang menanyakan soal ayah kandungnya dia hanya akan memikirkan ucapan kenzo tanpa berniat menanggapinya.
"Elise, aku sudah pernah bilang, lupakan dia kenzo butuh sosok seorang ayah!"
"Buka hatimu dan segeralah menikah tidak ada yang bisa diharapkan darinya dia tidak akan pernah kembali" ucap renata penuh penekanan.
"Dia__"
"Renata, cukup, aku tetap akan menunggunya kembali" elise memotong pembicaraan renata, kemudian pergi meninggalkannya. Renata yang melihat elise pergi hanya bisa menghela napas dia sudah lelah berkali-kali mengatakan hal ini, tetapi elise selalu saja tidak mau dengar dan pergi begitu saja seperti tadi. Renata sebagai sahabat tidak bisa berbuat banyak karena ini masalah rumah tangganya, tetapi renata sangat menyayangi kenzo dia sudah menganggapnya seperti keponakannya sendiri. Dia hanya cuma bisa berharap yang terbaik untuknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di ruangannya vincent sibuk bekerja dengan melihat berkas-berkas di atas meja sambil sesekali pandangannya beralih menatap layar monitor laptopnya yang berlogo apple tidak lupa jari-jarinya menari lincah di atas keyboard.
Disaat vincent sibuk bekerja tiba-tiba ponselnya yang dia letakkan tepat di samping laptop berdering dan tertera nama Kevin di sana, vincent langsung mengangkatnya dan menekan tombol speaker.
"Halo, pa? " ucap Kevin dari di sebrang telpon. Vincent mendengarkan tanpa menghentikan kegiatannya.