2

65.5K 5.9K 330
                                    





Rengganis terbangun dari tidur siangnya karena tawa anak-anak, wanita itu ketiduran ketika menonton kartun bocah kembar botak yang sering dilihatnya meskipun sudah dewasa.

"Gara-gara Dewa tuh, kakaknya jadi bangun!" Bocah kembar itu duduk di karpet masih menggunakan seragam merah putih yang tampak berantakan. Dewa menggunakan topi upacaranya terbalik, sedangkan dasi Kula menjadi kalung karena sudah tidak terpasang rapi di kerah kemeja putihnya.

"Eyang mana?" Tanya Rengganis sembari meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena tertidur di sofa.

"Eyang lagi masak ayam goreng."

"Kok kalian belum ganti baju tapi udah main? Nanti dimarahin Mama gimana?"

Dewa dan Kula menunduk sedih, "Ibu engga akan marah, kan Ibu engga tau."

"Kalian di rumah sama siapa emang?"

"Suster sama Dek Jay, Ayah kerja, Mas Angga masih sekolah."

"Ibu?"

"Ibu tinggal sama Om Gio, sama adek baru."

Kini Rengganis paham, wanita itu prihatin menatap kedua bocah kembar itu. Apalagi melihat wajah lesu keduanya setelah dirinya menanyakan mengenai ibu mereka.

"Udah makan siang?"

"Belum, kata Eyang nunggu ayamnya mateng."

"Ya udah sana ganti baju dulu, terus balik ke sini. Kita makan siang bareng, Kakak juga mau bikin puding. Kalian mau?"

"Mauu!" mereka menjawab dengan semangat.

"Sana cepet ganti baju, terus bantuin bikin pudingnya." Rengganis tersenyum ketika kembar identik itu berlari dengan semangat kembali ke rumahnya untuk berganti pakaian.

o0o

Keluarga Bara sedang asik menikmati makan malamnya, pria itu menyuapi anak bungsunya sembari mendengar cerita dari anak-anaknya hari ini. Meskipun sibuk menjadi Lurah dan mengurus perkebunan, sebisa mungkin Bara meluangkan waktu untuk anak-anaknya.

"Yah tadi Dewa sama Kula bantuin Kak Rengganis bikin puding loh. Puding buatan Dewa enak banget."

"Halah pasti kalian malah ngerecokin Kak Rengganis, bukan malah bantuin." Ujar Angga.

"Ihh Kula bantu ngaduk-aduk tauu..."

"Dewa bantu habisin pudingnya!"

Mendengar cerita putra kembarnya Bara tertawa, ingatan pria itu kembali kepada wanita yang kemarin pagi sedang menyapu halaman rumah hanya menggunakan daster pendek.

"Pinternya anak ayah. Tapi kata Suster Ana kalian pulang sekolah bukannya ganti baju malah langsung main, papa engga suka kalo kalian engga nurut apa kata Suster."

Bibir Dewa mengerucut mendengar perkataan Bara, pasti pengasuhnya itu mengadu pada ayahnya.

Assalamualaikum

Angga berjalan ke depan berniat untuk membukakan pintu untuk tamunya. Remaja itu mempersilahkan salah satu pekerja di perkebunan ayahnya itu masuk ke dalam rumahnya dengan membawa berbagai sayuran serta buah hasil perkebunan.

"Maaf ya Pak Lurah, saya nganternya malam-malam. Baru selesai panen cabai soalnya."

"Tidak apa-apa Pakdhe, diantar besok juga tidak masalah." Bara memang tadi menghubungi salah satu pekerja di perkebunannya meminta tolong agar membawakan hasil kebunnya karena persediaan sayur dan buahnya habis.

DUDA KESAYANGAN RENGGANIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang