24

36.5K 3.5K 102
                                    

Setelah resepsi pernikahan yang dilaksanakan di Yogyakarta, Bara sekeluarga kembali ke Karanganyar. Apartemen untuk Angga juga sudah mereka dapatkan berkat bantuan Sena. Mereka mendapat harga yang lebih murah karena kenalan pria itu.

Angga sendiri memilih untuk menghabiskan liburan di rumah bersama dengan adik-adiknya sebelum pria itu merantau di Yogyakarta. Bulan depan ia akan mulai masuk kuliah di tempat Rengganis kuliah dulu.

“Nonton apa Mas?” tanya Rengganis mendekati anaknya yang sedang fokus menatap ponselnya.

Wanita itu membawa mangkuk besar berisi potongan buah-buahan hasil perkebunan mereka. Rengganis duduk di sebelah anaknya, membari menusuk buah dengan garpu dan menyodorkannya pada Angga. Remaja itu pun membuka mulut, menerima suapannya.

“Ini Bun video ILC yang bahas pasal-pasal yang tercecer di draf final RKUHP.” Angga mendekatkan ponselnya pada Rengganis agar wanita itu juga dapat melihat video yang ditontonnya.

Rengganis ikut mendengarkan video itu sembari memakan buah potong berganti-gantian menyuapi anak sambungnya.

“Kemarin Bunda ikutan Ayah nonton ILC yang pasal penghinaan presiden dan pejabar negara. Sayang banget ya acara diskusi sebagus ini malah engga tayang lagi di televisi. Padahal yang bisa mengedukasi masyarakat Indonesia. Jadi nontonnya bukan cuma sinetron atau gosip aja.”

“Tapi dengan di tayangin di youtube malah bagus.”

“Iya sih, malah enak engga ada iklannya. Dulu waktu masih tanyang di televisi suka greget, pas lagi panas-panasnya malah iklan. Habis itu suka ketinggalan karena pas iklan malah dipindah chanelnya. Tapi kan engga semua masyarakat bisa akses youtube Mas, lucunya lagi channel youtube yang mengedukasi lebih sedikit viewersnya dari pada konten prank ataupun konten yang kurang bermanfaat lainnya.”

Angga menyetujui pendapat Rengganis.

“Ayah belum pulang Bun?”

“Udah tadi, terus langsung antar si kembar TPA.”

“Tumben mereka mau berangkat TPA,” Angga heran.

Rengganis tertawa, “iya kemarin mereka ngajakin camping di pinggir pantai. Diiyain sama Ayah asal rajin berangkat TPA di masjid.”

Bara ikut bergabung dengan istri dan anaknya yang sedang duduk di ruang keluarga. Pria itu baru saja pulang dari masjid setelah mengantar si kembar TPA. Ia duduk di tengah tengah Rengganis dan Angga.

“Ya Allah Yah, itu kan masih banyak tempat duduk, Ngapain nyempil-nyempil gini sih.” Rengganis mendorong Bara agar sedikit bergeser karena merasa sempit.

Karena tidak ingin menggangu Ayah dan Bundanya, Angga memilih naik ke kamarnya.

“Mau kemana?” tanya Rengganis pada Angga.

“Ke kamar Bun, udah sore mau mandi.”

“Ini di habisin, bawa aja ke kamar. Ntar mangkuknya jangan lupa ditaruh di cucian yaaa.”

Angga menerima mangkuk yang berisi potongan buah itu, bejalan menuju kamarnya.

“Kok dikasih Angga semua, Mas kan juga pengen makan buah.” Bara memprotes, sedangkan Rengganis memutar matanya jengah.

“Nanti aku potongin lagi. Sana mandi, bau asem tau.” Rengganis menutup hidungnya, agak menjauhi suaminya.

Bara mengangkat tangannya, lalu membaui ketiaknya sendiri. Pria itu tidak mencium bau asem sedikit pun, bahkan tubuhnya masih wangi parfum. Sadar jika Rengganis menggodanya, Bara langsung menangkap tubuh wanita itu.

DUDA KESAYANGAN RENGGANIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang