22

43.4K 3K 62
                                    



Rengganis saat ini sedang duduk di depan cermin kamar hotelnya, sedangkan MUA sibuk merias wajahnya. Bara berada di bawah untuk berkoordinasi dengan WO terkait tamu-tamu penting yang akan menghadiri resepsi pernikahannya.

Pesta pernikahan akan dilaksanakan sore hari dengan tema garden party yang terletak di samping kolam renang hotel Royal Ambarrukmo. Mereka tiba di Yogyakarta kemarin malam, lalu menginap di rumah Ayahnya. Karena keinginan Sena.

Untuk menghormati mertuanya, Bara pun menurut. Jarak rumah Sena dengan Hotel tempat dilaksanakannya resepsi pun tidak terlalu jauh.

“Mbak aku sampil nelpon engga papa kan?”

“Engga papa mbak santai, asal jangan banyak gerak aja kepalanya.” MUA itu kembali mengaplikasikan creamblush sebelum bedak tabur.

“Mas anak -anak gimana? Udah pada mandi? Pakaiannya udah aku siapin tadi di kamar mereka. Si kembar jangan dibolehin lari-larian yaa, nanti keringetan basah semua bajunya.”

“Ini pada udah mandi, Jay agak rewel engga mau pake vestnya.”

“Ya udah yang penting kamu pakein celana sama kemeja dulu, nanti biar aku bujuk pake vestnya.”

“Mau sama Bunda, Yahh!” Jay merengek, sepertinya balita itu merebut ponsel Bara.

“Bun? Mau ke tempat Bunda! Jay engga mau pake bajunya!”

“Padahal Mas Angga sama Kakak juga pake baju itu lho. Emang Jay engga mau kembaran bajunya sama Mas? Pasti jadi ganteng kalo anak Bunda pake baju itu.” Rengganis mencoba membujuk putra bungsunya itu.

“Habis itu nanti ikut Ayah ke tempat Bunda. Cepet gih ganti baju dulu.”

Anak itu menurut. Rengganis menghembuskan napas lega. Sejak kemarin begitu hectic. Padahal ia membuat acara sesimple mungkin, tapi tetap saja banyak yang harus dipersiapkan. Belum lagi harus mengurus anak-anaknya yang aktif luar biasa.

“Repot banget ya Mbak? Tapi tadi malem cukup tidur kan?”

MUA yang ia gunakan jasanya itu memang masih muda dan ramah. Dari portofolio yang diperlihatkan oleh WO-nya pun hasil make up-nya tampak flawless dan rapi.

“Iya untung semalem bisa istirahat. Cuma ini agak repot karena tadi berangkat dari rumah, terus agak khawatir juga sama anak-anak. Ini tadi si bungsu malah engga mau pake baju, habis mandi.”

Rengganis menutup matanya, karena saat ini MUA nya sedang mengaplikasikan eyeshadow cream lalu eyeshadow powder.

“Kalau boleh tahu anaknya berapa Mbak Rengganis?”

“Empat, kebetulan yang kedua sama yang ketiga kembar.”

MUA itu sedikit terkejut, pasalnya Rengganis masih tampak sangat muda tapi sudah memiliki empat anak.

“Masih kecil-kecil?”

“Yang pertama udah masuk kuliah ini, yang bungsu masih 3 tahun.”

Mata Rengganis terbuka karena MUA sudah selesai mengaplikasikan eyeshadow di kedua kelopak matanya. Wanita itu tertawa melihat wajah bingung MUA-nya, mungkin ia bingung kenapa ia memiliki anak yang sudah masuk kuliah.

“Kebetulan aku nikah sama duda empat anak.” jawab Rengganis santai.

“Loh Masnya tadi kan suami Mbak Rengganis?” MUA itu memang sempat bertemu dengan Bara sebelum pria itu keluar dari kamar mereka yang digunakan sebagai ruang rias.

“Iya Mbak.”

“Masih muda gitu kok, tak kirain masih 28 atau 29 an Mbak.”

Rengganis menyemburkan tawanya, memang suaminya itu tampak lebih muda dari pada umurnya. Tapi ia tidak menyangka jika MUA mengira umur Bara masih 28 atau 29 tahunan.

DUDA KESAYANGAN RENGGANIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang