10

65K 5K 46
                                    

Masih ada yang bangun??

Aku nulis ini setengah sadar, mohon maaf kalo banyak typo yaaa

Ngantuk, pengen di puk puk












Rengganis terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat. Ditangan kirinya terpasang jarum infus, gadis itu menoleh saat ada yang memasuki ruangan tempatnya dirawat. Ternyata Nayla.

“Lo yang bener aja dong, masak baru gue tinggal ke Lombok lo udah kayak gini aja. Udah nikah engga ngundang-ngundang, sekarang malah masuk rumah sakit!” Gerutu Nayla sembari meletakkan parcel buah di meja.

“Gue engga papa kali, pada lebay aja.”

“Keluarga lo khawatir malah dibilang lebay. Parah sih, ehhh jangan jangan lo gini gara-gara kecapekan digempur Pak Lurah yaa?”

Rengganis tersenyum kecut. Apanya yang digempur, bahkan sudah hampir seminggu menikah mereka belum berhubungan selayaknya suami istri.

“Tadi ketemu Mama engga?” Rengganis memilih untuk mengabaikan pertanyaan sahabatnya itu.

“Iya, mau ke kantin katanya.”

Memang dua hari di rawat di rumah sakit wanita itu ditunggui oleh mama dan suaminya secara bergantian. Suaminya akan menginap dan berangkat bekerja dari rumah sakit.

Beberapa hari ini wanita itu juga mendapat wejangan dari mamanya agar mengikhlaskan kepergian eyang. Rengganis terlalu larut dalam kesedihan hingga mengabaikan kesehatan bahkan keluarga barunya.

“Kok lo baru balik dari Lombok? Emang habis ini rencana mau stay dimana?”

“Di Jogja atau Bali. Enakan dimana menurut lo?”

“Ya lo nyaman tinggal dimana? Jangan Bali deh, yang ada tiap hari mabok terus!” Renganis mendengus menginat kebiasaan Nayla yang akan mabuk jika sedang stess.

“Ya kali tiap hari gue mabok! Lagian gue udah engga bisa mabok lagi.”

“Lo dah tobat?” tanya Rengganis takjub, “Alhamdulillah…akhirnyaaa.”

Nayla menjitak kepala sahabatnya karena reaksinya yang berlebihan.

“Gue hamil.”

Rengganis berhenti mengusap kepalanya yang yang sakit karena baru saja dijitak. Wanita itu mematung, mencoba mencerna informasi yang baru saja disampaikan Nayla.

“Lo bercanda kan Nay?” rengganis bertanya setelah pulih dari keterkejutannya.

“Baru beberapa minggu. Tokcer juga sperma Natha.”

“Terus gimana dong?” Rengganis gusar dengan keadaan sahabatnya itu, sedangkan Nayla malah dengan santai memakan jeruk yang agak asam.

“Gimana apanya?” Nayla pura-pura tidak mengerti dengan pertanyaan sahabatnya.

“Lo mau rujuk sama Natha? Dia udah tau? Kandungan lo baik-baik aja kan?”

“Puji Tuhan kandungan gue baik. Kayaknya gue engga akan ngasih tau Natha deh. Lagian dia udah punya cewek.”

“Tapi kann..”

Belum sempat Rengganis berbicara Nayla sudah menyela, “Iya gue tau ini anak dia juga. Cuma gue masih mikir-mikir. Ntar deh, gue juga bingung.”

Rengganis prihatin dengan keadaan sahabatnya ini. Hubungannya dengan mantan suaminya memang agak rumit, ditambah dengan mertuanya yang selalu ikut campur dalam pernikahan mereka sejak dulu.

“Udah engga usah mikirin gue. Yang penting lo cepet sehat. Itu kasian anak-anak sama suami lo. Btw gue belum ketemu langsung sama Pak Lurah nih, ganteng engga? Kok lo mau nikah sama Om-Om?”

DUDA KESAYANGAN RENGGANIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang